5 Cara Mengatasi Trauma pada Anak yang Menjadi Korban Bencana Alam

5 Cara Mengatasi Trauma pada Anak yang Menjadi Korban Bencana
orami.co.id

Seruni.id – Musibah gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022), menjatuhkan banyak korban. Gempa bumi yang terjadi secara tiba-tiba tentu sangat mengguncang psikologis para korban. Sehingga diperlukan upaya penanganan kesehatan jiwa bagi mereka, tidak terkecuali dengan anak-anak. Menurut penelitian, dampak psikologis cenderung lebih dirasakan oleh anak-anak. Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus mengatasi trauma pada anak yang menjadi korban bencana tersebut. Berikut ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna mengatasi trauma bencana alam pada anak:

5 Cara Mengatasi Trauma pada Anak yang Menjadi Korban Bencana
momsindonesia.com

1. Tenangkan Anak

Bencana alam yang terjadi secara tiba-tiba, tentu dapat membuat kita panik. Bahkan, perasaan tersebut masih akan tetap ada meski bencana telah berlalu. Rasa panik yang muncul memang wajar, terutama khawatir bencana akan kembali terjadi. Misalnya seperti gempa susulan. Namun, jika kita panik berlebihan, rasa ini turut dirakan oleh anak, loh. Sehingga kita perlu tetap tenang agar anak tidak meniru perilaku kita dan menjadi rewel atau menangis karena ketakutan.

Beritahu juga kepada anak mengenai kondisi yang terjadi saat itu. Hindari berbohong, karena kebohongan akan membuat anak bertanya-tanya mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi. Sampaikan dengan cara yang sederhana dengan memberikan beberapa instruksi yang dapat mereka pahami sesuai dengan usia anak.

2. Luangkan Waktu untuk Berinteraksi Bersama Anak

Untuk mengatasi trauma pada anak, dibutuhkan ruang dan waktu agar bisa berinteraksi dengannya. Ajak anak mengobrol agar suasana hatinya menjadi lebih baik. Tanyakan pada mereka yang dirasakan atau apa yang sedang berada di pikirannya. Biarkan dan dengarkan saat anak berbicara agar ia bisa leluasa mengutarakan isi hatinya.

3. Upayakan Agar Anak Tetap Bisa Melakukan Aktivitas Hariannya

Apabila kondisi sudah memungkinkan, cobalah untuk mengajak anak melakukan aktivitas yang disukai, seperti bermain. Pasalnya, aktivitas ini dapat mengalihkan pikiran anak dari bencana alam yang dialami karena muncul rasa takut, cemas, dan resah.

Selain itu, dengan bermain, anak dapat termotivasi untuk tetap semangat dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Aktivitas bermain sangat penting untuk dilakukan terutama pada anak yang berusia 1-3 tahun. Selain itu, dukunglah anak untuk mengikuti aktivitas bermain atau mengajar yang biasanya dilakukan oleh para relawan.

4. Berikan Motivasi

Melihat banyaknya kerusakan yang terjadi akibat bencana alam atau korban jiwa yang berjatuhan, tanpa disadari dapat meruntuhkan psikologi anak. Maka dari itu, untuk mengatasi trauma pada anak, upayakan untuk selalu memberikan motivasi padanya.

Katakan pada anak, bahwa di balik peristiwa yang terjadi pasti kembali membaik seperti semula. Beritahu anak agar tetap semangat dan bersyukur dengan keadaan yang ada. Dengan begitu anak dapat belajar untuk mengambil hikmah dari bencana alam yang terjadi, serta mendekatkan diri terhadap Sang Pencipta.

5. Lakukan Konsultasi dengan Tenaga Medis yang Ada di Lokasi

Cara mengatasi trauma pada anak yang satu ini, sepertinya perlu sekali dilakukan. Apalagi, jika anak masih sangat terkejut dengan bencana yang menimpa meski sudah berlalu. Misalnya, jika anak terus-menerus menangis atau masih berdiam diri. Segeralah melakukan konsultasi dengan tenaga medis.

Biasanya tenaga medis akan melakukan pertolongan pertama pada anak yang mengalami hal tersebut dengan cara mendengarkan, menyatakan keprihatinan, menilai kebutuhan, serta tidak memaksa untuk berbicara. Selain itu, tenaga medis juga akan meminta pendamping dari keluarga terutama orang tua untuk melindungi anak lebih lanjut.

Baca Juga: 

Masing-masing anak memiliki reaksi trauma yang berbeda-beda. Inilah mengapa dibutuhkan peran orang-orang dewasa, baik orangtua, guru, maupun tetangga untuk memberikan dukungan dan pendampingan selama bencara hingga kondisi benar-benar membaik.

Namun, apabila keadaan sudah membaik, tetapi anak masih mengalami trauma, Seruni sarankan untuk langsung melakukan konsultasi pada dokter ahli kejiwaan atau dokter anak tentang langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi trauma pada anak. Semoga bermanfaat!