Seruni.id – Nyamuk Wolbachia belakangan sedang ramai diperbincangkan, loh. Apalagi, banyak narasi yang berkembang, bahwa nyamuk Wolbachia adalah sebuah misi dari Bill Gates untuk membentuk genetik lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Namun, hal ini pun dibantah oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, ia menyebut bahwa klaim yang beredar di masyarakat tidaklah benar alias hoaks.
“Wolbachia sendiri adalah bakteri yang dapat tumbuh alami di serangga, terutama nyamuk, kecuali nyamuk Aedes Aegypti,” katanya.
Nyamuk Wolbachia yang ramai diperbincangkan ini pun, membuat banyak orang penasaran dan mencari informasi lebih mengenai hal tersebut. Alhasil, kata nyamuk Wolbachia kini menjadi viral di media sosial. Lantas, sebenarnya apa sih nyamuk Wolbachia alias nyamuk ‘Bill Gates’ ini? Yuk kita bahas bersama-sama berikut ini:
Apa itu Nyamuk Wolbachia atau Nyamuk Bill Gates?
Mungkin banyak orang yang masih merasa asing dengan nyamuk Wolbachia ini. Tak heran jika banyak yang belum tahu dengan nyamuk yang satu ini. Mengenai nyamuk ini, pakar keseharan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Profesor Zubairi Djoerban, turut angkat bicara.
Melalui akun Twitter-nya, ia menjelaskan bahwa sebenarnya nyamuk ‘Bill Gates’ ini bernama Wolbachia. Dijelaskan olehnya, bahwa ini merupakan sebuah proyek yang dikembangkan oleh World Mosquito Program (WMP), yaitu perusahaan milik Monash University.
“Mungkin karena proyek ini mendapatkan dukungan dari Bill dan Melinda Gates Foundation, maka banyak dikenal sebagai nyamuk Bill Gates,” tulisnya dalam cuitan Twitter pada (16/11/2023).
Sementara itu, dr Adam Prabata melalui akun Instagramnya menjelaskan, Wolbachia merupakan nyamuk Aedes Aegypti yang telah diinfeksikan bakteri Wolbachia. Katanya, bakteri tersebut umumnya ditemukan pada serangga, seperti kupu-kupu, lebah, lalat, atau kumbang.
“Bakteri Wolbachia tidak membuat manusia sakit. Bakteri Wolbachia juga tidak membuat hewan lain (ikan, burung, hewan peliharaan) sakit,” jelasnya melalui foto yang diunggah di Instagram, Jumat (17/11/2023).
Proyek yang Dikembangkan untuk Menurunkan Kasus DBD
Penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan dan ancaman serius di dunia, termasuk di Indonesia. Sehingga, proyek ini dikembangkan dengan tujuan untuk menurunkan penyebaran demam berdarah, demam kuning, dan chikungnya.
Dalam cuitannya, Profesor Zubairi juga mnjelaskan, jika bakteri Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus Dengue yang terkandung dalam nyamuk Aedes Aegypti. Mudahnya, ini seperti vaksin, tapi yang divaksin itu nyamuknya agar tidak menyebarkan virus ke manusia.
Cara Nyamuk Wolbachia Menurunkan Kasus DBD
Pada foto yang diunggah oleh dr Adam Prabata, ia menjelaskan tentang bagaimana cara nyamuk Wolbachia dapat menurunkan kasus DBD. Menurutnya, nyamuk Aedes Aegypti jantan yang telah terinfeksi Wolbachia akan berkembang biak dengan nyamuk Aedes Agypti betina yang tidak terinfeksi. Namun, telur nyamuk tersebut nantinya tidak akan menetas. Sehingga, cara ini akan menurunkan jumlah populasi nyamuk.
Cara yang kedua, bakteri Wolbachia akan melawan virus Dengue, Chikungunya, Zika, dan Demam Kuning pada Aedes Aegypti. Dengan begitu, virus akan sulit berkembang biak di tubuh nyamuk karena berkompetisi dengan Wolbachia.
dr Adam Prabata pun menjelaskan bahwa dengan cara kedua tersebut akan membuat risiko penularan virus DBD oleh nyamuk dapat berkurang.
“Nyamuk Wolbachia dapat menurunkan angka kasus demam berdarah dengan cara berikut: Menurunkan jumlah nyamuk Aedes Aegypti, menurunkan risiko penularan DBD oleh nyamuk Aedes Aegypti,” katanya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui siaran pers resminya menjelaskan tentang cara kerja nyamuk Wolbachia ini. Menurut pihaknya, Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus Dengue dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti, sehingga virus tidak akan menular ke tubuh manusia.
“Jika Aedes aegypti jantan ber-Wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina, maka virus Dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang ber-Wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak ber-Wolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia,” kata Kemenkes.
Proyek ini Sudah Dijalankan di Indonesia
Masih dari cuitan Profesor Zubairi, ia menjelaskan bahwa nyamuk tersebut sudah berhasil digunakan di beberapa negara bagian Brasil, kepulauan Cayman, Panama, India, dan Singapura.
Sementara itu, mengutip dari laman Sehat Negeriku, Kementerian Kesehatan RI, menjelaskan bahwa pihkanya menerapkan teknologi Wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
Sebagai pilot project di Indonesia, program tersebut kabarkan dilaksanakan di lima kota, yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
Menurut Kemenkes, uji coba penyebaran nyamuk ini telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022 lalu. Hasilnya, nyamuk itu terbukti mampu menekan kasus demam berdarah.
“Sebelumnya Uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022. Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen,” kata Kemenkes.
Bagaimana dengan Kemanannya?
Meski nyamuk tersebut dapat menekan populasi nyamuk demam berdarah, tetapi masih banyak orang yang meragukannya. Tak sedikit yang khawatir nyamuk ini akan menyebabkan pandemi baru. Sebenarnya, apakah nyamuk ini aman?
Dalam unggahan foto dr Adam Pabata di Instagram, dia juga menjelaskan tingkat keamanan nyamuk Wolbachia. Menurutnya, nyamuk ini sangat rendah risiko pada manusia dan lingkungan.
“Bagaimana keamanan nyamuk Wolbachia? Sangat rendah risiko pada manusia dan lingkungan akibat nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi bakteri Wolbachia. Hasil keamanan ini ada yang berasal dari penelitian di Indonesia,” katanya.
“Nyamuk Wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah serta aman bagi manusia dan lingkungan,” katanya lagi.
Hal senada juga dijelaskan oleh Prof Zubairi melalui cuitannya. Kata dia, Environmental Protection Agency (EPA) sendiri menyatakan kalau nyamuk transgenik atau Wolbachia ini tidak menimbulkan risiko bagi manusia, hewan, atau lingkungan.
“Untuk diketahui, hanya nyamuk transgenik jantan yang dilepaskan karena tidak akan menggigit manusia. Sehingga tidak membahayakan dan tidak ikut menyebarkan virus Zika serta patogen lainnya,” jelas Prof Zubairi.
Baca Juga: 6 Gejala Demam Berdarah yang Sering Diabaikan
Demikianlah rangkuman lengkap yang menjelaskan seputar nyamuk Wolbachia. Dari rangkuman kali ini, kamu tentunya jadi tahu lebih banyak tentang nyamuk Wolbachia yang tengah ramai dibicarakan orang-orang.