Seperti lilin, menyalalah aku, memantulkan sinar
Tiba keberuntunganku, kuterangi diri bagai lilin
Janji hembus pagi, menyatu pada siang malammu
terbakar, kuning, bergoyang, menangis, bagai lilin
Alun rambutmu bagai gunting menuju puncak jiwaku
Di api yang memisah terbakar aku habis, bagai lilin.
Mutiara menderu dari laut mataku, ke bungah dadaku
Hatiku tersulut mengirim pijarnya, bagai lilin.
Kobar matahari jadi lentera surga, sungguh tampak
Setiap pagi tangisku tak terbendung, bagai lilin
Rupa-Mu bagai musim semi, Api-Mu melawan duka
Berapa lama terbakar jarak terpisah, bagai lilin.
Dari kenangan cahaya-Mu, setiap malam menyala terbang
Bila hanya hati yang terbakar, jiwaku pun ingin bagai lilin.
Berapa lama membakar diri Shams Tabriz, cintamu berseri.
Tak ada yang kita tahu kecuali terbakar, bagai lilin.
[dari Diwani Shams 103]
(sumber)