Kita rapuh rangka layangan, dengan angin dipermainkan
Sudah terlalu panjang, benang hitam ini kita ulur-ulurkan
Kusut serat cahaya kilat, di langit, tak lagi bisa kita
bedakan, aku ingin menggulung apa yang tak terputuskan:
sebelum segalanya jadi rumit dan tak dapat diuraikan…
Hujan itu airmata yang melebat tapi sudah sangat hambar
Cinta sewaktu-waktu memang tak selalu sampai, bukan?
“Aku ingin menangis,” katamu. Aku mungkin akan jadi sabar,
bisa berkali-kali mendengar, seperti menyimak lagu terakhir,
karya seperdua hati, kelompok musik yang hampir bubar
(Sumber)