Seruni.id – Kebanyakan orangtua menghindari anak agar tidak merengek dengan cara memberikan apapun yang si kecil minta. Namun, ketika permintaannya sudah tidak masuk akal, mungkin seorang ibu secara reflek akan melarang anak dengan mengatakan “tidak” atau “jangan”.
Tapi, apakah kalian sudah tahu, bahwa terlalu sering mengatakan “tidak” dan “jangan” kepada anak ternyata bisa berdampak pada psikologisnya? Dilansir dari Kumparan, psikolog dari Rumah Dandelion, Orissa Anggita Rinjani, M.Psi, P.si penggunaan dua kata tersebut sebenarnya tidak disarankan dalam proses pendisiplinkan anak.
Penelitian lain juga menunjukkan, bahwa banyaknya larangan yang diterima dapat mempengaruhi sikap anak dikemudian hari. Bahkan, bisa saja mereka meniru kembali cara kita menolak permintaannya. Dan parahnya, mereka akan memiliki kemampuan bahasa yang kurang dibandingkan dengan anak lain yang sering menerima kalimat positif. Sebelum terlambat, yuk ubah kebiasaan tersebut agar anak bisa tumbuh menjadi lebih baik. Bagaimana caranya?
1. Gunakan Kata Lain
Moms, sebisa mungkin gantilah kalimat “tidak” dan “jangan” dengan kata-kata yang positif. Seperti apa sih kalimat positif itu? Misalnya daripada berkata “Jangan bermain bola di dalam ruangan”. Lebih baik gunakan kalimat “Mari kita bermain di luar saja, yuk?”. Namun, gimana bagaimana jika ia merengek meminta permen ketika diajak berbelanja? Kebanyakan orangtua pasti akan berkata “Tidak boleh makan permen sebelum makan malam”, kalimat ini bisa digantikan menjadi “Kita bisa makan permen bila sudah makan malam ya, Nak.”
2. Latih Rasa Tanggung Jawab Anak
Bagaimana cara melatih rasa tanggung jawab anak? Contohnya, jika si kecil terlihat sedang bermain-main dengan gelas minuman dan tak sengaja menumpahkannya, jangan marahi dia. Berikanlah kain lap dan mintalah ia untuk memberihkannya. Dengan cara ini, kita tidak melarangnya dan dia tetap dapat melanjutkan permainannya, hal ini dilakukan demi melatih tanggung jawabnya.
3. Berikan Anak Pilihan
Selanjutnya, cara melarang anak yang efektif adalah dengan tidak menjawab “ya” atau “tidak” kepadanya. Lantas, apa yang harus dilakukan? Berilah mereka pilihan lain dalam menjawab permintaannya. Misalnya, jika si kecil meminta mainan, jawablah permintaannya dengan menawarkan pilihan lain seperti buah atau roti. Maka dari itu, ia akan belajar bahwa kita menolaknya secara tidak langsung, namun tetap positif.
4. Berikan Mereka Alasan yang Masuk Akal
Ketika kamu melarang, sebaiknya berikan pula mereka alasan mengapa permintaannya tidak dikabulkan. Meskipun ia belum dapat memahami, setidaknya proses ini merupakan suatu untuk melatih jalan pikirannya. Contoh, anak merengek dan mulai memukul-mukul meja ketika diajak makan di restoran. Maka jelaskan padanya bahwa prilaku tersebut dapat menganggu orang lain. Walaupun mungkin ia tidak mau menurutinya, setidakya ia mulai belajar untuk memikirakan lingkungan sekitarnya dan mulai berlatih untuk bertoleransi terhadap orang lain.
5. Katakan “Tidak” Jika Terpaksa
Dalam kondisi yang mendesak, mau tidak mau kita terpaksa harus berkata “tidak” pada anak. Terutama jika beberapa cara di atas tidak efektif. Mengucapkan tidak boleh emosional, namun tetap tegas, ya. Sehingga ia dapat mengerti bahwa larangan tersebut tidak main-main. Bahasa tubuh juga penting, agar anak tahu bahwa kita benar-benar melarangnya.
6. Sebisa Mungkin Menghindari Permintaan Anak
Sebelum anak meminta sesuatu yang tidak kita izinkan, maka sesegeralah mengantisipasinya agar ia tidak teringat untuk memintanya kembali. Misalnya kita tidak akan membelikan mainan di took, maka ketika melewati toko tersebut alihkan perhatiannya dengan hal lain, misalnya mengajaknya untuk ke toko lain, “Mari kita lihat lampu-lampu di sebelah sana”.
Baca Juga: Tanamkan Pendidikan Agama Sejak Dini, Dude Harlino Ajak Anak Ikut Kajian
Mudah kan, Moms? Yuk segera terapkan cara-cara ini agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.