Seruni.id – Kehadiran ojol ‘ojek online’ tentunya sangat membantu kita. Mereka hadir tidak hanya melayani antar-jemput penumpang saja. Tetapi juga memberikan pelayanan antar-jemput barang, membeli makanan, dan sebagainya. Dengan tarif yang cukup terjangkau, mereka telah memudahkan kita.
Namun sayangnya, banyak customer yang terkadang suka se-enaknya saja. Membatalkan orderan, mencaci maki dirver karena pesanan yang kurang tepat, atau pun telat menjemput. Pemabatalan pemesanan berdasarkan persetujuan driver dan customer, boleh dibilang fair.
Namun, ketika si pemesan dengan se-enaknya membatalkan, itu akan merugikan drivernya. Seperti kisah driver ojol wanita bernama Ovie Kusmanti yang membagikan kisah pilunya selama menjadi tukang ojek online.
Kisah Pilu Ojek Online
“Aku mengetik tulisan ini saat mengantri di salah satu resto ayam goreng ternama produk Amerika.
Yaa, aku adalah seorang driver ojol wanita. Alias tukang ojek. Aku ingin sedikit bercerita.
Di resto ini ada tiga mesin kasir. Otomatis ada tiga jalur antrian. Dalam satu jalur antrian, ada sekitar delapan sampai sepuluh orang. Dari begitu banyak yang antri, cuma tiga sampai lima orang yang pembeli umum. Yang lain tentu saja driver ojol seperti aku.
Ruangan resto ini ber-AC. Tapi mesin pendingin itu tidak banyak menolong karena ramainya yang berdiri di sini. Apalagi, kami mengantri dalam keadaan memakai atribut hijau kebanggaan ini. Jaket berlambang perusahaan aplikator ojol. Tak ayal, keringatpun membasahi baju yg kupakai di dalam jaket ini. Gerah….
Kau mau tau cara kerja kami ??? Sebentar…
Aku ajak kau membayangkan gimana rasanya jadi kami yaa…
Kalau kau dapat orderan di resto ternama seperti ini, kau harus antri begini.
Butuh waktu sekitar 20 menit untuk bisa sampai di depan kasir. Bisa lebih lama kalau orang di depanmu belanja banyak.
Nah…
Sampai di kasir, kau baru bisa tau orderan yg diminta customermu itu tersedia atau tidak. Kalau dari belakang kau tanya, kasir tidak akan mau menjawab. Takut saatnya kau sampai di depan ternyata stoknya udah habis, padahal tadi dijawab ada. Sampe di sini paham kan?
Naaahhh…
Bila orderanmu ada yg kosong, kau harus cepat telpon customer. Bayangin kesalnya bila saat kau telpon, customer tidak mengangkat telpon. Coba chat dari aplikasi driver juga tidak terkirim. Karena customer sudah menutup aplikasi pemesannya di sana. Antrian di belakang mendesak. Kasir juga tidak bisa menunggu lama.
Lalu….
Saatnya telponmu diangkat, customer membatalkan orderan karena Ichi Ocha yg dimintanya kosong. Harus diganti dengan Pepsi. “Cancel aja ya kak…saya gak bisa minum soda !!!”
Ini resto ayam goreng, Bambaaaaang…
Resto ayam goreng !!! Yang penting makananmu ada !!!
Tak bisakah kau minum air putih saja di rumahmu kalau kau tidak bisa minum soda ???
😭😭😭😭😭
Atau…
“Yaaah… Kok crispy sih ??? Saya pengen yg spicy. Cansel aja ya kak..” Rasanya pengen jawab : “Cobain aja dulu yg crispy dek. Nanti waktu lagi makan kakak tabok, deh. Pedas juga kok jadinya.”
😠😠😠
Lalu bila customer tetap ngotot cansel, kau pun keluar dari barisan antrian dengan tangan hampa.
Keringat bercucuran. Orderan tak jadi kau kerjakan. Sakit ??? Banget Mbang, bangeettt !!! Rasanya kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.
😭😭😭
Okey… Itu cerita kalau lagi kosong stoknya. Kalau ada ? Seringkali karena tingginya permintaan, jawaban yang kau terima saat di depan kasir adalah: “Ayam crispy dada montok ada kak. Tapi tunggu 15 menit yaa karena masih digoreng.” Pasrah… Udah terlanjur menunggu 20 menit lebih. Gak mungkin batal gara2 tambahan waktu 15 menit lagi.
Tukar ke yg lain ? Customer tadi bilang harus dada montok !!! Gak mau yg lain !!!!! (Tanda serunya banyak) Padahal, patokan dada montok sama dada tulang paling selisih size beberapa nomer doang. Misalnya 34 cup A…ke 38 cup B. Ehhhh…salah. Aku juga gak begitu paham. Pokoknya gitu deh…
Saat menunggu (lagi), kau coba kasi kabar ke customer. Melalui chat. Sayang TM nya. TM terbatas sementara jam kerjamu panjang lagi. Ya kan ??? Chat gak dibaca. Customer yang menunggu sudah kelaparan. Saat orderan sudah di tangan, kau bergegas ke parkiran. Lalu menembus macetnya jalanan. Keringat di tubuhmu pun kering dihembus angin yang bertiup sepanjang jalan.
Ojol Sering Dapat Bintang 1
Saatnya kau antar, customer menerima dengan ekspresi wajah ngajak perang. Lama. Ya kan ??? Apalagi kalau ada selisih seribu atau 2 ribu dengan harga di aplikasi karena tambahan ‘charge take away’. Customer meneliti bon yg kau bawa seakan2 ada kejadian salah input di angka2 tersebut. Padahal…kau bukan KPU yg suka salah nginput kan ??? Kau cuma driver ojol cuiii… Cuma driver ojol !!! Ongkos yg kau terima pun tak seberapa dibanding lamanya mengantri tadi.
😂😂😂
Orderan selesai. Kau pun pergi melanjutkan pekerjaan. Beberapa hari kemudian masuk ulasan di akunmu. Bintang 1. Plus koment: “Driver lambat. Saya nunggu 1 jam. Sampe kelaparan. Gak bagus nih kerja drivernya.”
Kalau sudah berada dalam keadaan begini, cuma bisa bilang: Kau kejam, Bambang.. Kau kejam !!! Kau bahkan lebih kejam dari Galih Ginanjar !!!!
😭😭😭😭😭”
Begitulah kisahnya, banyak hal pilu yang harus mereka lewati. Banyak waktu yang terbuang, belum lagi ketika mereka merugi ratusan ribu demi membelikan pesanan si customer yang kemudian dibatalkan. Untuk kita semua, sebagai pengguna jasa ojek online, kita harus sadar, bahwa mereka bekerja semata-mata untuk mencari nafkah demi orang tersayang yang menunggu mereka pulang.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Yogi Permana, Driver Ojol yang Sisihkan Penghasilannya untuk Palestina
[/su_box]
Bagaimana ketika kita berada di posisi yang sama seperti mereka? Apa kita bisa terima dengan lapang dada? Rasanya belum tentu. Maka, mulai sekarang, hargailah apapun pekerjaan mereka. Jangan lagi se-enaknya. Sebab, kita tidak pernah tahu, di balik kerja kerasnya, mungkin ada hal yang sedang diperjuangkan.