Seruni.id – Hijab tak hanya sekedar penutup diri saja, namun menjadi sebuah bagi setiap wanita Muslimah. Hijab yang kerap digunakan oleh para Muslimah justru menjadi jalan untuk seorang wanita bernama Kezia Fortunata menjemput hidayah dari Allah SWT.
Berawal Ketika Menjadi Model Hijab
Mulanya, gadis yang sedang menempuh pendidikan sarjana ini diminta oleh sahahatnya untuk menjadi model hijab. Usai menjadi model, temannya itu memberinya hadiah berupa hijab. Dari situlah ia mulai mengenakan hijab meski belum beragama Islam.
Menurut pemaparannya dalam sebuah video di channel YouTube pribadi miliknya, kedua orangtuanya pernah bertanya apa alasannya Kezia mengenakan hijab. Lantas ia beralasan hanya untuk melindungi dari sengatan matahari.
“Pernah mama dan papa bertanya alasan aku mengenakan hijab, aku menjawab untuk melindungi dari panas matahari dan mama papa menerima alasan itu,” jelas dia.
Meski tidak setiap hari, ketika ia ke kampus pun ia kerap mengenakan hijab. Kezia tahu betul, jika hijab di Indonesia identik dengan Muslim. Namun, dirinya belum memahami kalau hijab merupakan sebuah kewajiban bagi wanita Muslimah.
Acapkali orang memandang sebelah mata akan hijabnya. Meski ia mengakui saat itu belum ada keinginan dalam dirinya untuk mempelajari Islam lebih jauh. Apalagi, dia masih sering tutup buka hijbanya. Bukan hanya teman satu agamanya saja, teman Muslimnya pun mejauhinya terutama setelah dia benar-benar memeluk Islam.
Tertarik Mengenal Islam
Kezia Fortunata mulai tergugah hatinya utnuk mengenal Islam tatkala ia menjalin hubungan dengan seorang pria Muslim. Namun sayangnya, akhir 2017 lalu hubungan itu berakhir. Lantaran, ia meminta untuk diajaran shalat, namun pria tersebut menolaknya dengan alasan tidak ingin terjadi konflik keluarga Kezia.
Tak berselang lama, akhirnya ia menemukan orang baru yang mengenalkannya dengan seorang guru untuk mengajarinya shalat dan mengaji. Saat itu, dia baru kembali dari Amerika. Membuat keimanannya masih naik turun untuk lebih dalam mempelajari Islam.
“Aku masih maju mundur, apakah yang saya pelajari ini benar, sampai di satu titik, aku memutuskan untuk kost karena ingin rutin melaksanakan shalat,” ujar dia.
Kezia harus melalui proses yang tidak mudah dalam mengenal Islam. Apalagi, ketika Mamanya mengetahui hal tersebut. Dan menghubungi temannya untuk membujuk Kezia kembali beribadah rutin di agama sebelumnya. Akhirnya, dia kembali menjalankan ibadah di agama lamanya, tetapi ia masih terus belajar shalat.
Tak Mungkin Menjalani Dua Agama Berbeda
Sampai akhirnya dia menyadari, bahwa tidak mungkin jika menjalani dua agama yang berbeda. Apalagi, ketika Kezia mengingat akan kematian, dia tidak ingin masih tetap menggenggam dua agama berbeda. Saat mempelajari Islam, Kezia tidak memiliki banyak pertanyaan.
Hingga mengingat kematian itu, dia mulai memberanikan diri meyakini dan mencari tahu lebih dalam mengenai Islam.
“Aku tidak mungkin begini terus, jika besok aku mati, agama mana yang harus aku bawa,” tutur dia.
Kezia kini tak lagi membuka tutup hijabnya. Namun, dia lebih dahulu mencaritahu akan penggunaan hijab. Tidak hanya Muslimah yang mengenakan hijab, di Israel pun non-Muslim mengenakan hijab karena cuaca dan iklim di sana. Selain itu mengenakan hijab adalah sesuatu yang baik, dia juga merasa lebih terjaga dari pandangan laki-laki. Meski masih ada yang menyapa, namun dengan lebih sopan.
Ketika dia ke Amerika pun, dia terus mengenakan hijab, meski saat itu dia masih belum yakin untuk mengucapkan syahadat. Awal 2019 setelah dia pulang dari Amerika Mamanya jatuh sakit. Namun dia belum mengerti tata cara berdoa untuk Muslim, begitu juga hafal bacaan untuk shalat. Dia hanya berbicara saat mamanya kritis meminta kesembuhan. Dia juga meminta untuk ditunjukkan jalan jika memang Islam adalah agama yang benar.
“Aku tanya sama Allah, Ya Allah kalau memang Islam agama-Mu yang benar dan Nabi Muhammad, Nabi utusan Allah yang terakhir dan ajaran itu harus aku ikuti, Engkau tunjukkan jalannya, permudah aku mengenal Engkau lebih dekat lagi ya Allah,” ujarnya.
Mengikrarkan Dua Kalimat Syahadat
Sampai suatu ketika ia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak disebutkan namanya. Dia masuk bersama tiga temannya yang berhijab. Ketika masuk ke kantor dia mendapatkan suasana positif. Setelah beberapa lama dia bisa bercerita-cerita dengan teman kantor.
“Aku bercerita kepada manajer, kalau aku tertarik belajar Islam. Dia sangat mendukung termasuk tiga temanku, salah satu temanku paling bersemangat mengajarkan sejarah dan Alquran, tak kenal maka tak sayang sama Allah,” jelas dia.
Temannya itu memberikan sebuah Al-Qur’an untuk belajar, dan Kezia mulai berhijab saat pergi ke kantor. Selama sepekan berhijab dia mulai yakin untuk memeluk Islam. Dia masih ke tempat ibadah yang lama, tetapi sudah tidak merasakan kedamaian. Bukan karena mengenal teman Muslim yang baru, tetapi memang tidak ada perasaan damai.
Saat Ramadhan 2019, tepatnya Rabu (8/5) dia diberikan waktu dalam acara kajian di kantor untuk bersyahadat. Meski saat itu dia bertanya-tanya alasan bersyahadat, padahal setiap shalat bacaan syahadat pun ada.
Baca Juga: Usai Menyaksikan Drama Serial Turki, Suami Istri di Meksiko Masuk Islam
Dengan beberapa penjelasan, dia meyakinkan diri untuk bersyahadat meski malu untuk tampil di depan banyak orang. Setelah besyahdat banyak jamaah kajian yang menangis haru dan mengucapakan selamat untuknya.
Banyak orang yang tidak dikenal mendukungnya dan bahkan beberapa di antara mereka memberikan hadiah jilbab. Setelah bersyahadat, dia berusaha tidak pernah wmeninggalkan shalat lima waktu.
“Aku sekarang sedang belajar mengaji dari awal, Iqra yang aku pelajari,” ujar dia.