BAGI kita, tentu saat menjadi sosok pasif adalah sesuatu yang tidak baik, agresif apalagi. Kebalikan dari hal tersebut, maka Anda perlu lebih asertif. Menurut Randy J. Peterson, pakar psikologi, sikap asertif adalah bagaimana Anda mengontrol perilaku sendiri, bukan orang lain.
Sebelum sampai kepada pemahaman asertif dan cara mencapainya, ada baiknya Anda memahami empat karakter orang menurut pemikiran mereka soal kontrol. Seperti yang dipaparkan Psikolog Eric Barker dikutip Seruni dari laman Time.
Nah, seseorang menyerobot antrean di depan Anda. Anda kesal tapi tak bilang apa-apa. Anda tak setuju dengan rencana atasan di kantor, tapi diam saja. Lalu apakah dua contoh di atas terdengar familier?
Sehingga jika jawabannya adalah ya, maka kemungkinan besar Anda adalah apa yang disebut Dr. Robert Glover sebagai penderita “Sindrom Nice Guy”. Cenderung menghindari konflik dan ingin menyenangkan semua orang. Begitulah ciri orang yang punya pendekatan pasif terhadap hidup dan relasi. Kerap kali ditindas karena tak mampu membela diri.
Sementara, bagi para pasif, konflik layaknya penyakit menular yang harus dihindari. Karenanya mereka lebih memilih diam atau menganggukkan kepala tanda setuju, meski hatinya tidak demikian. Mereka merasa selalu dimanfaatkan orang lain. Padahal, mereka sendiri yang membuat hal itu terjadi.
Hal tersebut tentu berlawanan dengan para agresif. Mereka cenderung ingin selalu pegang kendali atas orang lain, dan itu bukan hal baik. Biasanya mereka melakukan intimidasi untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Biasanya orang cenderung menghindari tipe orang agresif.
Bahkah ada juga mereka yang masuk kategori pasif-agresif. Mereka ingin mengontrol orang lain tapi tak mau berterus terang. Mereka tak ingin dilihat sebagai sosok agresif dan berutang budi pada orang lain. Ketiga karakter tersebut memiliki aspek negatif yang nyata. Bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Hal itulah yang menyebabkan, sebagaimana seperti dibuktikan riset, sikap asertif lah yang paling tepat dalam berurusan dengan orang lain. Sikap ini membantu Anda mendapatkan apa yang Anda butuhkan, sekaligus memelihara hubungan untuk jangka panjang. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan asertif? KBBI mengartikannya dengan satu kata saja; tegas.
Sikap ini juga bisa dimaknai sebagai keterampilan antarpersonal dimana Anda mempraktikkan percaya diri dalam kadar sehat. Mampu membela diri dan hak-hak Anda, sembari menghormati hak orang lain. Anda tegas dan jujur terhadap orang lain. Bicara jika menginginkan atau membutuhkan sesuatu.
Sementara di sisi lain Anda dapat memahami jika orang lain pun berhak untuk menolak permintaan tersebut. Anda tak marah saat hal itu terjadi. “Sikap asertif adalah bagaimana Anda mengontrol perilaku sendiri, bukan orang lain.” Begitulah definisi asertif menurut Randy J. Peterson, profesor psikologi dan psikiatri University of British Columbia.
Hal itu memang terdengar klise. Namun saat kita terperangkap dalam cara pikir pasif, fakta sederhana itu lah yang kerap terlupakan. Bahkan, Barker mengingatkan bahwa pilihan menjadi kata kunci dalam praktik asertif. Dalam sikap pasif, orang sering lupa kalau mereka punya pilihan. Masalahnya, para pasif kerap berpikir mereka tak bisa bilang tidak.
Memang, ketegasan memiliki konsekuensi tersendiri. Namun jika Anda menghormati hak orang lain, maka hasilnya tak akan seburuk yang Anda kira. Penting untuk diingat bahwa sikap asertif adalah keterampilan yang bisa diasah. Kata Barker, “Sikap asertif layaknya palu. Anda mengeluarkannya saat membutuhkan; Anda tidak berjalan mondar-mandir membawanya sepanjang hari.”
Lalu apa saja yang harus dilakukan? Pertama, kalem saja. Jangan langsung bilang ya terhadap satu ajakan atau permintaan. Tunda jawaban jika perlu. “Nanti saya kabari.” Setelah itu cermati apa yang Anda yakini. Apa yang terjadi jika Anda bilang tidak?Apakah hal itu masuk akal? Ataukah hanya asumsi dan imajinasi Anda saja?
Selanjutnya adalah, buat keputusan berdasarkan keyakinan yang masuk akal. Ingat saja, Anda punya pilihan dan berhak menentukan. Perlu diingat bahwa Anda tak bisa mencegah permintaan orang lain. Tapi Anda bisa bilang tidak. Orang lain tak bisa membaca pikiran Anda. Jadi jika butuh atau menginginkan sesuatu, bicaralah.
Nah, dengan menjadi asertif, Anda menjadi manusia seutuhnya. Dengan beragam ide, perbedaan, dan cela. Anda tidak mencoba berpura-pura menjadi sempurna, hanya berusaha menjadi diri sendiri. Selamat mencoba. (DP)