SEPERTI jemari hujan memainkan bunyi di dedaunanmu,
mendentingkan kesunyian yang terlalu kental kukenali.
Aku pernah punya keberanian yang ternyata menakutkan.
Tanpamu, aku pengecut, sesat sudah pada langkah pertama.
Aku ingin menuliskan kalimat apa saja, dengan kata
seru “Oh..” pada awalnya. Dan “Ah..”, pada akhirnya.
Aku bayangkan itu ada dalam lirih lirik, yang dilagukan
penyanyi – yang seperti aku – tak pernah pandai menari.
Adapun lagu itu – setelah takzim kau simak – berarti:
meninggalkan engkau, itu artinya aku meninggalkan
diriku sendiri. Itulah sebabnya hanya padamu aku kembali.
(Sumber)