Seruni.id – Hari Raya Idulfitri sudah di depan mata, selain mudik ada satu lagi tradisi khas lebaran di Indonesia yakni memberi salam tempel atau amplop berisi uang. Biasanya salam tempel diberikan kepada anak-anak kecil. Tentunya ini menjadi sukacita tersendiri di masa kecil dan umumnya menjadi momen paling dirindukan ketika sudah beranjak dewasa.
Namun, salahkah tradisi salam tempel ini? Tentu saja tidak. Sebab, banyak manfaat yang bisa dirasakan dari tradisi membagi-bagikan uang saat hari raya lebaran. Di antaranya mengajarkan anak bersyukur dan berterima kasih, memotivasi anak bersilaturahmi pada kerabat dan tetangga, serta mengajarkannya untuk mengelola keuangan.
Namun, sayangnya nilai polisit ini sudah mulai luntur. Karena biasanya di tengah momen berbagai THR, tanpa disadari orangtua sering kali mengajarkan anak-anak untuk memiliki jiwa ‘meminta-minta’. Inilah hal yang perlu dihindari. Agar hal buruk tersebut tidak terjadi pada anak-anak kita, Seruni telah merangkum beberapa hal yang perlu dihindari orang tua agar anak tidak memiliki jiwa ‘meminta-minta di hari raya nanti.
1. Kalimat yang Salah dari Orangtua
Biasanya membagikan hadiah lebaran atau THR berbarengan dengan acara halalbihalal. Nah, pada waktu ini, orangtua harus berhati-hati dalam berucap, ya. Ada beberapa kalimat yang perlu dihindari, karena secara tidak disengaja, kalimat ini membuat anak memiliki mental ‘pengemis’, berikut ini:
- “Nak, lihat tuh ada tante datang, salim dulu sana biar diberi uang,”
- “Tante kan sudah kerja, pasti dapat THR, kan? Bagi-bagi dong untuk keponakannya,”
- “Duh, keponakannya mau salim nih tante, jangan lupa THR buat keponakannya, ya,”
- “Aduh, sudah jauh-jauh datang, masa belum dikasih THR sih,”
- “Tante aja udah ngasih THR, masa omnya enggak sih,”
- “Nak, yuk ikut ke rumah teman mama. Nanti kamu dikasih uang, loh”
- “Omnya mau pulang tuh! Salim dulu sana, nanti dikasih uang,”
Pastinya sering banget kan kita mendengar kalimat-kalimat di atas? Kelihatannya sih memang sepele, ya. Namun, jika kebiasaan ini dilakukan terus menerus, hanya akan membuat anak memiliki jiwa ‘meminta-minta’ terhadap orang lain suatu saat nanti. Apalagi, memori otak anak masih sangat tajam, mereka akan merekam ucapan dan perilaku tersebut, bisa jadi suatu saat nanti ia akan meminta-minta uang kepada orang lain. Kalau tidak ingin ini terjadi, yuk segera hentikan mengucapkan hal-hal tersebut.
2. Hadis dan Ayat Al-Quran yang Perlu Diketahui Orangtua
Pada dasarnya, memiliki jia peminta-minta sangat dilarang dalam Islam. Hal tersebut telah tertulis dalam beberapa hadis berikut ini,
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidak fakir, maka seakan-akan ia memakan bara api” (HR Ahmad 4/165)
Dalam hadis lain pun ditegaskan barang siapa yang meminta-minta maka tidak ada daging di wajahnya saat hari kiamat.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain (mengemis) sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di wajahnya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Seseorang yang meminta-minta sama saja mereka meminta bara api.
“Barangsiapa meminta-minta harta orang untuk memperkaya diri, sebenarnya ia hanyalah meminta bara api. Oleh karenanya, silahkan meminta sedikit atau banyak.” (HR. Muslim)
Meski demikian, meminta-minta diperbolehkan apabila seseorang berada di tiga situasi, yakni memiliki hutang, sedang tertimpa musibah, dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup.
Diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.
3. Libatkan Anak dalam Beramal
Agar kelak anak tidak memiliki mental pengemis, maka dari itu sebagai orangtua kita wajib mengajarkan mereka untuk beramal sejak ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melibatkan anak saat melakukan kegiatan amal. Hal tersebut guna memperlihatkan langsung bahwa kedua orangtuanya benar-benar beramal, bukan hanya memberikan teori saja.
Contoh kegiatannya, bisa berupa berbagi mainan dan baju bekas layak pakai kepada orang yang lebih membutuhkan. Karena anak belum memiliki penghasilan sendiri, jadi mereka bisa beramal menggunakan barang yang ia miliki. Mintalah anka untuk memilih pakaian dan mainan yang akan didonasikan. Setelah anak menyisihkan mainan dan pakaian, ajak anak ke pos pengumpul donasi untuk memberikan barang-barang tersebut.
Adapun contoh lainnya, kita bisa mengajak anak untuk membayar zakat. Berzakat merupakan salah satu kegiatan beramal yang jarang diketahui orang. Sebab, seseorang yang membayar zakat langsung berurusan dengan amil zakat. Untuk itu, mengajak anak saat mama membayar zakar termasuk momentum yang bagus guna menambah referensi kegiatan beramal di mata anak-anak.
4. Manfaat Mengajarkan Anak Beramal Sejak Dini
Dengan melakukan kegiatan amal, itu tandanya kita dan anak telah melakukan hal bermanfaat untuk orang lain. Namun, selain berdampak bagi penerima, beramal juga berdampak bagi pemberinya, loh. Nah, berikut ini ada beberapa manfaat yang didapat dari mengajarkan anak beramal:
- Membuat mereka merasa berperan dan terhubung dengan lingkungan atau dunia luar.
- Merasa bahagia saat mengetahui pemberiannya bermanfaat untuk orang lain.
- Memiliki perasaan dan pandangan positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Membantu menemukan arti dan tujuan dalam menjalani hidup.
- Beramal juga dapat membuat anak merasakan kesenangan karena merasa mampu berperan dan membuat kondisi orang lain menjadi lebih baik dengan apa yang dilakukannya.
- Membantu meningkatkan jiwa sosial dalam diri anak.
Baca Juga: Ini Sosok Pencetus THR untuk Pegawai
Jadi, itulah hal-hal yang perlu orangtua hindari saat mendidik anak, agar mereka tidak memiliki jiwa ‘meminta-minta’. Anak- anak boleh kok menerima uang THR di hari raya dari sanak saudara dan kerabat dekat boleh, tetapi jangan ajarkan mereka untuk meminta. Setelah itu, jangan lupa pula mengingatkan anak untuk mengucapkan terima kasih dan tersenyum saat diberi THR.