Makna dan Tujuan Siraman, Prosesi Adat Jawa Sebelum Melangsungkan Pernikahan

Makna dan Tujuan Siraman, Prosesi Adat Jawa Sebelum Melangsungkan Pernikahan
id.pinterest.com

Seruni.id – Sejak dahulu kala hingga saat ini, masyarakat Jawa mengenal berbagai macam adat istiadat yang masih dilestarikan. Salah satu yang sudah sangat populer adalah upacara siraman. Biasanya, prosesi ini dilakukan ketika seseorang hendak menikah.

Makna dan Tujuan Siraman, Prosesi Adat Jawa Sebelum Melangsungkan Pernikahan
id.pinterest.com

Upacara siraman umumnya dilakukan antara jam 10.00 atau 15.00 WIB. Dalam prosesi ini, kedua mempelai akan disiram atau diguyur dengan air yang dicampur dengan berbagai macam bunga. Secara umum, siraman bertujuan untuk membersihkan fisik dan mental calon mempelai sebelum ijab kabul. Namun, untuk lebih jelasnya berikut Seruni telah merangkumnya untukmu.

Pengertian Siraman

Dalam bahasa Jawa ‘siram’ memiliki arti mandi. Namun, ada pula yang mengartikannya dengan mengguyur. Secara istilah, siraman adalah proses memandikan atau mengguyur calon pengantin sebelum prosesi ijab kabul dilaksanakan. Masyarakat Jawa mengartikan siraman tidak hanya sebagai membersihkan raga saja. Namun, lebih dari itu, yaitu untuk membersihkan jiwa kedua calon mempelai. Membersihkan jiwa dan raga adalah hal yang sangat penting, sehingga kedua calon pengantin dalam keadaan bersih dan segar saat memulai kehidupan baru sebagai pasangan suami istri.

Apa Tujuan dari Siraman?

Tujuan dari siraman sebelum menikah adalah sebagai permohonan berkah dan rahmat Tuhan agar kedua mempelai dibersihkan dari segala keburukan. Dengan melakukan siraman, calon pengantin diharapkan mendapatkan tuntunan selama mengarungi biduk rumah tangga. Selain itu, siraman juga dimaknai secara simbolik bahwa pengantin bertekad untuk berperilaku, bertindak, serta bertutur kata yang bersih selama menjadi suami istri.

Penentuan waktu untuk melakukan siraman pun tidak boleh sembarangan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada umumnya prosesi ini dilakukan pada pukul 10.00 WIB atau 15.00 Wib. Pasalnya, kedua waktu tersebut dipercaya merupakan waktu saat bidadari turun ke sungai untuk mandi. Dengan melakukannya pada waktu tersebut, pengantin wanita diharapkan bisa menjadi cantik laksana bidadari.

Tata Cara

Untuk kalian yang akan melakukan siraman sebelum menikah, perhatikanlah tata cara serta apa saja yang perlu dipersiapkan. Adapun tata cara siraman adalah sebagai berikut:

  • Menyiapkan air kembang setaman yang nantinya digunakan untuk menyiram kedua mempelai. Bisanya, air yang digunakan pun berasal dari beberapa tempat berbeda.
  • Kemudian, calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman akan dijemput kedua orangtuanya dari kamar. Calon pengantin akan dituntun untuk ke tempat siraman, yang diiringi para sanak saudaranya.
  • Setelah calon pengantin sudah berada di tempat, barulah acara akan dimulai didahului dengan doa yang dipimpin tokoh setempat.
  • Biasanya, pihak terakhir yang akan menyiram adalah juru rias atau sesepuh yang sebelumnya telah disepakati.
  • Pada siraman terakhir, kedua calon pengantin akan dikeramas dengan beberapa piranti atau ubarampe, yaitu landha merang, santan kanil, dan air asam.
  • Selain itu, tubuh mereja juga akan dibaluru dengan konyoh, lalu disiram kembali sampai bersih.
  • Acara berikutnya yaitu doa bersama, yang kemudian ditutup dengan penyiraman air kendi yang telah disiapkan kepada calon pengantin.

Makna Ubarampe Siraman

Dalam prosesi siraman, ada beberapa piranti atau ubarempe yang harus disiapkan. Masing-masing jenis ubarampe tidaklah sembarangan, mereka memiliki makna dan filosofi mendalam. Berikut beberapa maknanya:

Air Siraman

Air siraman atau bisa disebut dengan banyi peritosari merupakan air yang dicampur dengan bunga setaman. Di antara jenis bunganya yaitu mawar, melati, dan kenanga. Sumber air bisa memilih salah satu dari: 7 sumber air berbeda, air keraton, air tempuran dua aliran sungai, atau sumur-sumur tua. Adapun sumber air dari 7 tempat yang berbeda ini melambangkan harapan hidup untuk saling menolong. Tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu, yang kemudian dimaknai dengan saling pitulungan atau saling tolong menolong.

Kembang Setaman

Seperti yang disebutkan di atas, kembang setaman biasanya berisikan bunga mawar, melati, dan kenanga. Ketiganya merupakan bunga dengan harum yang semerbak. Adapun tujuan penggunaan bunga ini adalah agar keluarga yang dibina senantiasa keharuman dari para leluhur. Masyarakat Jawa memaknai keharuman tersebut sebagai keberkahan, direstui, sehingga keluarga yang dibina tidak menjumpai ringan yang besar.

  • Masing-masing jenis bunga ternyata punya makna tersendiri. Seperti bunga melati yang melambangkan ketulusan yang luar biasa. Melati biasa dimaknai sebagai “rasa melas saka jero ati” atau kasih sayang dari dalam hati.
  • Bunga kenanga dimaknai dengan kata “keneng-a” atau gapailah. Bisa diartikan, calon pengantin diharapkan dapat menggapai keluhuran budi pada pendahulu.
  • Sedangkan bunga mawar memiliki makna “mawa-arsa” yang artinya memiliki kehendak atau niat. Di mana pengantin harus memiliki ketulusan niat dalam membina rumah tangga.

Beberapa ubarampe siraman lain seperti gayung dari batok kelapa dimaknai agar kedua mempelai memanfaatkan hasil alam secara bijaksana. Lalu ada kendi yang dipecahkan, yang bermakna pengantin siap menikah dan membina rumah tangga dengan baik.

Baca Juga:

Selain itu juga ada makanan yang disajikan saat upacara siraman seperti nasi tumpeng, bubur ketan 5 warna, pisang raja, dan sebagainya. Masing-masing makanan itu juga memiliki makna filosofis yang mendalam, dan harapan kebaikan bagi kedua calon pengantin.