Seruni.id – Begitu sempurnanya skenario yang telah Allah buat dalam kehidupan di dunia ini. Sebab, Allah tak pernah salah menetapkan waktu bagi setiap hambanya untuk menjemput hidayah yang datang. Entah itu seseorang yang putuskan menjadi mualaf, atau hal lainnya.
Seperti yang kita tahu, terkadang hidayah datang secara tidak terduga, bahkan dari arah yang tak disangka-sangka. Hidayah pun tak pandang bulu dan usia, siapa saja bisa menemukannya. Entah mereka yang masih muda, atau yang sudah memasuki usia senja sekalipun.
Seperti halnya kisah yang dialami oleh Greta, wanita 70 tahun yang berasal dari keluarga imigran Italia di Amerika Serikat. Di usianya yang tak lagi muda, dia memutuskan untuk menjadi mualaf.
Tanpa ragu, ia menceritakan kisahnya secara gamblang bagaimana proses perjalanannya mencari kebenaran tentang Islam hingga resmi menjadi seorang Muslimah. Dikuti dari laman About Islam, Greta mengaku bahwa dirinya dulu adalah seorang umat yang taat.
Sebab, ia dibesarkan oleh seorang petinggi agama dan tumbuh dalam keluarga yang masih memelihara unsure tradisi. Keluarganya yang agamis menjadikannya seseorang yang terbiasa pergi ke tempat ibadah, dan tak lupa berdoa di rumah.
Namun, setelah dirinya memutuskan menikah dengan seorang pria Lutheran, semuanya kian berubah dan membuat kedua orangtuanya kecewa. Perbedaan kepercayaan dan tempat ibadah menjadi tantangan paling berat dalam rumah tangga mereka.
Meski ia keduanya berbeda keyakinan, namun hal ini tak serta merta membuat Greta meninggalkan kepercayaannya. Namun, di sisi lain, ia juga mengatangan bahwa dirinya turut bergabung dengan suaminya ketika hendak pergi ke tempat ibadah. Kendati demikian, dua tempat ibadah yang kerap ia sambangi tak membuat hitnya merasa nyaman dan tenang.
“Ketika suami saya mengurangi rutinitasnya menghadiri aktivitas di tempat ibadahnya, saya mulai coba mendatangi tempat-tempat ibadah lain. Aksi coba-coba ini tidak membuat suami saya keberatan, meskipun saya tetap saja tak membiarkan orangtua tahu tentang hal ini. Anehnya, dari sekian banyak variasi dan perbedaan tempat ibadah yang saya datangi, saya merasa belum pernah benar-benar menemukan apa yang saya cari; kebenaran,” kata Greta, sebagaimana dikutip dari About Islam, Kamis (25/6/2020).
Waktu bergulir, hingga buah hatinya tumbuh dewasa dan menemukan jalannya masing-masing.
“Mereka pergi dan membangun tempat tinggal masing-masing. Suami saya pun sudah meninggal. Namun di titik ini saya masih mencari tempat ibadah yang tepat, mencari cara bagaimana menemukan kebenaran,” jelasnya.
Akhirnya, ia mencoba menghentikan pencariannya selama ini. Greta mulai menyerah dan berakhir pada tempat ibadah yang kerap disambangi oleh tetangganya. Wanita paruh baya ini mengaku senang karena mendapatkan bantuan dari komunitas yang terdapat di tempat ibadah tersebut. Namun, hal tersebut tetap saja belum bisa membuat dirinya tenang.
Masih ada keinginan yang membara dalam dirinya, keinginan untuk mengetahui dan berada pada kebenaran. Greta pun mulai berdoa, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk membimbingnya ke satu hal yang disebutnya sebagai kebenaran.
“Saya menyebutkan dalam doa saya bahwa saya ingin mengetahui kebenaran itu, hal yang selama ini saya cari. Tentang bagaimana menyembah Dia sebagaimana Ia layak disembah,” kata Greta.
Kemudian, beberapa minggu berikutnya putrinya datang dari Mesir untuk mengunjunginya. Sontak ia kaget melihat perubahan yang terjadi dalam diri putrinya.
“Kami sudah tak bertemu selama beberapa tahun. Saya senang dan sekaligus terkejut melihatnya datang. Ia mengenakan hijab,” tuturnya.
Melihat putrinya berdiri di depan pintu dengan tampilan tersebut, Greta merasa kembali diingatkan akan doa yang dipanjatkan beberapa waktu lalu. Dalam hati ia seakan bertanya kepada dirinya, apakah ini jawaban yang diberikan kepadanya melalui putrinya.
Hingga tiba pada suatu sore, ia melihat sang putrid menunaikan shalat. Saat itu, posisi putrinya sedang sujud. Greta saat itu segera menutup pintu agar putrinya tidak terganggu ketika menjalankan ibadahnya itu. Tak disangka, apa yang ia lihat dari putrinya ternyata membuat dirinya begitu terkesan.
“Melihatnya bersujud, saya seketika kembali mempertanyakan diri saya, apakah ini yang dikirim oleh Tuhan sebagai jawaban atas doa yang saya panjatkan?” ujarnya.
Dari kekaguman itu, selepas makan malam Greta memberanikan diri untuk mengetahui lebih dalam tentang kepercayaan putrinya. Ia tidak segan bertanya apakah putrinya itu masih pemeluk keyakinan yang sama dengannya saat ini. Sebuah jawaban ‘tidak’ ia dapatkan dari putrinya tersebut.
“Kami berbincang lama setelah itu. Ia kemudian membuka kitab Alquran dan buku catatannya, lalu menjelaskan semuanya kepada saya dengan detail. Saya hanya mendengarkannya. Tanpa sadar, air mata tiba-tiba mengalir deras. Saya menangis. Dari sinilah saya yakin bahwa ini yang dikirim Allah kepada saya sebagai jawaban atas doa-doa saya; meminta bimbingan-Nya pada kebenaran. Inilah kebenaran yang dimaksud, dan saya sepenuhnya yakin,” tegas Greta.
Ketika putrinya selesai menjelaskan, Greta seketika memeluknya sambil berurai air mata.
“Mengapa tidak ada yang memberi tahu saya tentang ini sebelumnya,” ungkap Greta kemudian.
Baca Juga: Kedisiplinan Umat Islam dalam Beribadah Membuat Jameela Tertarik Menjadi Mualaf
Di sana, setelah momen mengharukan itu, akhirnya Greta yakin dengan Islam dan putuskan menjadi mualaf. Ia merasa terharu dengan perjalanan panjangnya hingga mencapai usia tua untuk menemukan kebenaran. Ia mengaku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menunjukkan kebenaran yang selama ini dicarinya.