Seruni.id – Tahun baru Islam merupakan sebuah momen penting bagi seluruh umat Islam di dunia. Karena pada tahun tersebut menjadi sebuah tanda peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam. Yaitu, memperingati perhijrahan atau perpindahan Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Sejarah tahun baru Islam terjadi pada 1 Muharram, mungkin banyak dari kita yang belum mengetahui tentang 1 Muharram.
1 Muharram Adalah…
Sebenarnya, 1 Muharram adalah bulan pertama tahun Hijriah (30) hari, Muharram sendiri berasal dari kata yang artinya ‘Diharamkan’ atau dipantang, yaitu merupakan hari tahun baru dalam agama Islam.
Awal mula penanggalan Hijriah pertama kali dirintis pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab ra. Pada waktu itu, muncul wacana diperlakukannya penanggalan yang baku dan seragam untuk berbagai urusan kenegaraan dan kemasyarakatan. Kemudian, muncullah berbagai usulan dari para sahabat. Dalam sejarahnya, Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) pernah menerima surat dari Gubernurnya di Bashra, Abu Musa Al Asy’ari yang menyebutkan pada awal suratnya berbunyi :
“….menjawab surat Tuan yang tidak tertanggal….”. Perkataan pendek yang tampaknya tidak begitu penting telah menarik perhatian Khalifah Umar, yaitu perlunya umat Islam mempunyai penanggalan yang pasti. Hingga akhirnya diadakan musyawarah khusus untuk menentukan kapan awal tahun baru Islam.
Penetapan Sejarah Tahun Baru Islam
Musyawarah tersebut turut dihadiri oleh para tokoh ternama dari kalangan sahabat. Dalam musyawarah, kemudian muncul usulan-usulan untuk menetapkan awal dimulainya tahun baru Islam. Di antara usulan tersebut terdapat pendapat yang mengatakan penanggalan Islam dihitung dari peristiwa penyerangan Abrahah terhadap Ka’bah yang dikenal dengan Amul Fiil (tahun gakah).
Ada yang menyarankan kalau penanggalan Islam dihitung dari turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw, dimana waktu itu beliau secara resmi dilantik oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul untuk seluruh umat.
Ada pula yang mengusulkan penanggalan Islam dihitung dari wafatnya Rasulullah SAW. Alasannya karena waktu itu diturunkan wahyu terakhir yang menegaskan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna.
Selain itu, ada yang berpendapat bahwa penanggalan Islam dihitung dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah, dengan alasan karena peristiwa itu merupakan pintu masuk kehidupan baru bagi Rasulullah saw dan umatnya dari masa kemusyrikan menuju masa tauhid (Islam).
Setelah lama melakukan musyawarah bersama dengan berbagai pendapat dan argumentasi masing-masing, akhirnya disepakati bahwa usulan terakhir yang diterima. Kemudian Khalifah mengumumkan bahwa tahun baru Islam dihitung dari hijrahnya Rasulullah saw dari Mekkah ke Madinah.
Perjuangan Rasulullah
Betapa besar dan berat perjuangan Rasulullah kala itu. Hingga setiap datang tanggal 1 Muharram, ingatan kita terkenang kembali pada puncak perjuangan Rasulullah saw 1440 tahun silam.
Suatu perjuangan untuk membebaskan kaum muslimin dari kedzaliman dan tindakan sewenang-wenang yang menimpa mereka dikarenakan tindakan orang-orang kafir. Semakin hari semakin meningkat saja kedzalimannya bahkan masuk kategori sangat membahayakan masa depan Islam dan kaum muslimin.
Maka dengan ijin Allah SWT, Rasulullah SAW beserta para sahabat setia akhirnya meninggalkan tanah kelahirannya yang tercinta Mekkah Al-Mukarrahmah untuk pindah ke negeri yang baru yaitu Yatsrib (Madinah).
Perpindahan Rasulullah saw dari Mekkah ke Madinah inilah yang disebut hijrah. Dan oleh Khalifah Umar bin Khattab dijadikan momentum dan titik awal perjalanan sejarah Islam. Beliau mengucapkan kalimat, ” Hijrah itu memisahkan antara yang hak dan batil, karena itu jadikanlah catatan sejarah”.
Dalam menghadapi tahun baru Hijriyah atau bulan Muharram, kebanyakan kaum Muslimin salah kaprah dalam menyikapi hal ini. Ketika tahun baru Masehi tiba, mereka ramai-ramai menyambutnya dengan megah dan meriah, namun saat tahun baru Islam, kebanyakan dari kita justru tidak menyambut kedatangannya selayaknya tahun baru Masehi. Mengapa demikian?
Satu hal yang mesti dan wajib kita ingat, bahwa sudah sepatutnya kita mencukupkan diri dengan ajaran Nabi dan para sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu pun merayakannya, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka dalam hal ini. Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali menguatarakan sebuah kalimat,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”
Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.
Sebenarnya tidak ada amalan tertentu yang dikhususkan untuk menyambut tahun baru Hijriyah. Dan terkadang, amalan yang banyak dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam menyambut tahun baru Islam merupakan amalan yang tidak ada tuntunannya karena sama sekali tidak berdasarkan dalil, atau jika ada dalil, dalil tersebut pun lemah.
Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah
Doa Awal dan Akhir Tahun
Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits.
Yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan.
Puasa Awal dan Akhir Tahun
Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah. Inilah puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang digunakan adalah berikut ini.
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَة خَمْسِيْنَ سَنَةً
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50 tahun.”
Lantas, bagaimanakah penilaian ulama pakar hadits mengenai riwayat di atas:
• Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya Wahb bin Wahb, yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
• Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perowi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.
• Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.
Kesimpulannya, hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya jelas-jelas lemah.
Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah.
Merayakan Tahun Baru Islam
Merayakan tahun baru hijriyah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau membuat pesta makan, jelas adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya.
Karena penyambutan tahun Hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya.
Yang memeriahkan tahun baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru Masehi yang dirayakan oleh Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”
Menyambut tahun baru Hiriyah bukanlah dengan memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula kematian. Sungguh hidup di dunia hanyalah sesaat dan semakin bertambahnya waktu kematian pun semakin dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia tidak lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.”
Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya memiliki beberapa hari. Tatkala satu hari hilang, akan hilang pula sebagian darimu.”
Resolusi Menyambut Tahun Baru Islam
Dalam menyambut tahun baru Islam ini, kita harus memiliki resolusi yang harus kita lakukan untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Resolusi tak hanya berlaku pada tahun baru Masehi saja, namun bagi umat Muslim khususnya tahun baru Islam ini, bisa menjadi suatu momentum untuk membuat resolusi kehidupan yang baru, baik untuk agama, diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Berikut beberapa resolusi yang harus kita miliki, diantaanya adalah sebagai berikut:
Sholat Tepat pada Waktunya
Sholat merupakan sebuah kewajiban bagi umat bergama Islam yang sangat tidak boleh ditinggalkan. Namun tak dipungkiri, masih banyak dari kita yang sering kali lalai dalam menjalankan ibadah wajib yang satu ini. Terkadang kita masih suka telat menjalankan sholat, bahkan lebih parahnya lupa dan meninggalkannya.
Pada tahun baru Islam ini, jadikan momentum untuk kita memperbaiki sholat, yaitu dengan menjalankan sholat tepat pada waktunya. Salah satu caranya bisa dengan mengunduh aplikasi pengingat sholat, agar setiap kali adzan berkumandang, kamu bergegas melaksanakan sholat.
Sholat Berjamaah dengan Keluarga di Rumah
Rumah merupakan sebuah tempat kita melepas lelah, rumah merupakan tempat ternyaman untuk beriistirahat. Namun, jangan pernah lupakan juga, bahwa rumah adalah tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat kita beribadah.
Di tahun baru Islam ini, sebaiknya jangan jadikan rumah hanya sebagai tempat singgah saja, tapi jadikan pula sebagai tempat kita mendirikan sholat berjamaah bersama keluarga. Selain sholat tepat waktu, mendirikan sholat berjamaah pun akan menambah pahala.
Memperbaiki Ibadah Harian yang Bisa Dilakukan di Rumah
Menjadi seorang Muslim, berarti kita harus selalu mengamalkan ibadah kita dengan serangkaian ibadah, baik yang wajib ataupun sunnah. Mulai dari sholat lima waktu, membaca alquran, gemar bersedekah, serta melafalkan dzikir pagi-sore.
Kegiatan ibadah ini bisa menjadi salah satu resolusi kita dalam menyambut tahun baru Islam. Kita bisa memulainya di rumah, buatlah rumah menjadi senyaman mungkin saat kita memulai rutinitas ibadah, dengan rumah yang nyaman, rapi, dan bersih tentunya akan membuat ibadah kita khusuk.
Mempelajari Alquran Lebih Dalam
Selain menjadi list rutinitas ibadahmu, membaca alquran membuat suasana hati lebih nyaman, tenang dan tentram juga. Maka dari itu mempelajari alquran secara lebih mendalam mulai dari membaca tafsir, cara membaca alquran mulai dari panjang pendek kata dan tajwid bisa menjadi konsen dala resolusi tahun baru Islam kali ini.
Saatnya Berhijab
Merubah penampilan menjadi lebih baik kenapa tidak? Khususnya bagi Muslimah, tak ada salahnya momentum tahun baru Islam kali ini saat yang tepat untuk mengubah penampilan menjadi berhijab. Masih pusing bagaimana model hijab yang harus kamu kenakan? Sekarang sudah banyak kok inspirasi para hijabers yang bisa kamu tiru untuk di jadikan role model.
Apa pun Resolusi baru menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1439 H yang perlu diingat adalah niat tulus dalam hati, dan yakin untuk melakukan perubahan menjadi umat yang lebih baik, ya.
Tahun Baru Islam 2019
Setelah membahas sejarah singkat tahun baru Islam, mungkin banyak yang bertanya, tahun baru islam 2019 jatuh pada tanggal berapa sih? Agar tidak ketinggalan dan semakin penasaran, Seruni akan memberikan jawabannya, bahwa tahun baru Islam 2019 jatuh pada tanggal 1 Muharram 1441 H atau 31 Agustus 2019.
Itulah sejarah tahun baru Islam yang patut kita ketahui, semoga dengan adanya artikel ini, dapat membantu kalian untuk lebih mengetahui tentang Islam. Aamiin ya rabbal’alamin.