Seruni.id – Banyak anak atau anggota keluarga lainnya yang tak menyadari jika orang terkasihnya mengalami Demensia, yang mereka tahu orang terkasih mereka hanyalah mengalami lupa biasa dan pikun dini, tanpa menyadari jika orang terkasih mereka sedang mengalami hal yang serius. Demensia itu sendiri adalah gangguan fungsi otak yang mempengaruhi daya ingat, emosi, perilaku, dan fungsi otak lainnya.
Penyebabnya beragam, paling sering demensia terjadi pada usia lanjut, tapi tak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi pada mereka di usia matang. Perubahan kemampuan komunikasi inilah yang terjadi pada orang tua dengan demensia, dan tingkatnya pun beragam, tergantung sudah sampai di mana proses penyakitnya. Namun, kamu bisa menyadarinya lewat perubahan yang mereka alami, di antaranya:
- Kesulitan menemukan kata-kata yang tepat,
- Menggunakan kata-kata yang sudah dikenal secara berulang,
- Lebih mendeskripsikan hal yang sudah dikenal daripada menyebut nama hal tersebut,
- Dengan mudah kehilangan runtutan pikiran,
- Kesulitan mengatur kata-kata secara logis,
- Kembali menggunakan bahasa asli atau bahasa ibu,
- Jarang bicara,
- Gugup jika ditanggapi dengan terlalu cepat, dan
- Lebih mengandalkan bahasa tubuh dari pada berbicara.
“Di antara berbagai penyakit yang berdampak signifikan terhadap kemampuan komunikasi usia lanjut, demensia merupakan penyakit yang paling mengganggu.” Dr. dr. Nina Kemala Sari, SpPD, K-Ger, MPH, Direktur Pengembangan dan Pemasaran RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Kesabaran dan Cinta Kasih adalah Hal Terbaik
Apa alasan kita untuk bisa tetap ada mendampingi mereka? Cukup ingat selalu, mereka ada sejak saat kita belum ada, ada saat kita tidak bisa apa-apa, selalu ada sejak kecil kita penuh berulang tanya, menjawab tanpa bosan dan merasa terganggu, menemani masa remaja kita yang sangat-sangat mengkhawatirkan, tetap ada hingga kita dewasa dan tua yang tak habisnya ia bantu dan pikirkan.
Bisakah sekarang kita lunasi kasih tak bertepi itu? Karena kesabaran dan cinta kita hanyalah sejumput dari keluasan hati yang selama ini ia berikan. Bagaimana kita bisa berhasil merawat orang tua yang menderita demensia? Berkomunikasilah dengan baik padanya. Tidak mudah untuk membuat orang tua mengerti apa yang kita sampaikan. Dengan segala masalah kesehatan yang ia alami, gangguan mendengar dan melihat pun respon yang melambat, dampak dari penyakit juga pengobatan, membuat komunikasi dengan orang tua pun memerlukan strategi khusus.
Kenapa? Karena untuk mengatasi gangguan pendengaran misalnya, dibutuhkan pembicaraan yang perlahan dan jelas, dengan mata yang menatap mata mereka, karena ia kerap memilih untuk membaca gerakan bibir, kalau perlu tuliskan apa yang ingin kamu katakan. Dan, jika terdapat gangguan penglihatan, pastikan cahaya ruangan cukup terang, rekaman juga bisa dijadikan pilihan untuk pembahasan yang mungkin beberapa menit berikutnya sudah ia lupakan.
Penyakit Alzheimer dan demensia lainnya secara bertahap menurunkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi. Komunikasi dengan seorang yang menderita Demensia membutuhkan kesabaran, pengertian, dan keterampilan mendengar yang sangat baik.
Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia, DY Suharya sempat menganggap ibunya sebagai orang yang paling menyebalkan. Saat usia tua, ibunya sering marah-marah, bahkan menuduh orang lain mencuri barang miliknya.
“Pembantu, sopir semua dipecat-pecatin karena dituduh mencuri. Jadi gejalanya ada drama di kehidupan masing-masing,” ungkap DY.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke luar negeri, karena tak tahan berdekatan dengan ibunya. Saat itu, wanita yang akrab disapa DY ini tak tahu jika ibunya menderita Alzheimer. Namun, setelah mengetahui penyakit yang diderita ibu tercintanya, DY kembali ke Indonesia untuk mengurus ibunya. Tentunya DY bukan satu-satunya orang yang mengalami hal ini. Banyak yang belum tahu gejala penyakit alzheimer yang menyebabkan kepikunan dan penurunan kemampuan mental. Akibat dari ketidaktahuan ini, sering terjadi kesalahpahaman saat bertemu dengan penderita Alzheimer.
“Jangan paksakan mereka dengan dunia kita. Terus diajak ngobrol. Kita harus berikan kasih sayang. Jangan merasa mereka adalah beban bagi kita,” jelas DY.
Menurut DY memang tak semua orang atau keluarga sendiri mampu mengurus orang dengan demensia ini. Karena butuh kesabaran yang tinggi untuk mengatasinya. DY bersama keluarganya pun berbagi peran untuk mengurus ibunya sesuai dengan kompetensi masing-masing. Berikut beberapa cara mengatasi gejala perilaku Alzheimer:
Sulit Tidur
Jika penderita demensia sulit tidur, ajak mereka untuk melakukan aktivitas yang positif. Selain itu, batasi juga jam tidur siangnya dan lakukan higiene tidur. Higiene tidur merupakan cara mengatur sikap dan lingkungan agar mendapatkan tidur malam yang normal dan berkualitas. Misalnya, mengatur kebiasaan makan, minum, olahraga, dan nonton tv. Dari sisi faktor lingkungan, misalnya mengatur cahaya, suara, suasana, hingga suhu kamar.
Perilaku yang Berulang
Penderita alzheimer suka melakukan perilaku berulang seperti mempertanyakan atau menceritakan sesuatu yang sama berulang kali. Mereka bisa menanyakan di mana kacamatanya saat benda itu ada di atas kepalanya, atau menggantung di bajunya. Dan, untuk mengatasi hal ini, alihkan perhatiannya dengan aktivitas lain.
Suka Berkelana
Penderita Alzheimer sering “menghilang” dengan berjalan-jalan atau berkelana sendiri ke luar rumah. Kamu bisa mengatasinya dengan membatasi akses ke luar rumah, berikan tanda pengenal, dan ciptakan pula lingkungan yang aman untuk bergerak di dalam maupun luar rumah.
Buang Air Sembarangan
Jika penderita Alzheimer melakukan hal ini, teruslah latih mereka untuk ke kamar mandi setiap harinya.
Halusinasi dan Delusi
Jika mereka mulai berhalusinasi, seperti berbicara dengan yang sebenarnya tak ada, maka cobalah untuk menenangkan dan alihkan perhatiannya. Jangan menghadapinya dengan berdebat, karena tak akan ada akhirnya.
Agitasi atau Agresi
Agitasi merupakan suatu gangguan yang ditunjukkan dengan aktivitas motorik. Maka, lindungilah keamanan mereka, diri sendiri dan orang di sekitarnya. Lakukan juga persuasi dan komunikasi non-verbal.
Perlu Perawat Khusus
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, bahwa diperlukan tenaga perawat khusus untuk menangani penderita Alzheimer. Menurut Nafsiah, banyak perawat yang belum paham mengenai penyakit Alzheimer. Nafsiah mengatakan, sejumlah perawat telah dibekali pelatihan untuk menangani penderita Alzheimer.
“Membutuhkan perawat dengan talenta khusus untuk lansia dengan demensia. Jadi bukan sembarang perawat, tetapi ia dengan hati yang sabar. Jadi mereka merawat dengan hati,” kata Nafsiah.
Komunikasi dengan Penderita Demensia Stadium Awal
Stadium awal Penyakit Alzheimer atau yang biasa disebut dengan Alzheimer Ringan ini biasanya berlangsung sekitar 2-3 tahun. Di waktu ini, seseorang masih dapat berpartisipasi dalam percakapan yang berarti dan terlibat dalam aktivitas sosial, walaupun sudah kurang tertarik melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan, karena mereka akan lebih sering berada di zona nyaman seperti di kamar. Penderita akan mengulang-ulang cerita, merasa kewalahan dengan stimulasi berlebihan atau memiliki kesulitan menemukan kata-kata yang benar dan mulai kesulitan melakukan aktivitas kompleks seperti menyiapkan makan malam atau mengurus keuangan.
Tips Agar Komunikasi Lancar
- Jangan membuat asumsi tentang kemampuan seseorang untuk berkomunikasi karena
- Diagnosis Alzheimer. Penyakit ini mempengaruhi tiap orang secara berbeda,
- Jangan abaikan orang dengan penyakit ini dari percakapan dengan pihak lainnya,
- Berbicara langsung kepada nyaman beliau lakukan dan kegiatan apa yang beliau perlu bantuan,
- Cari cara komunikasi yang paling nyaman untuk orang tua, apakah percakapan tatap muka, email, atau telepon,
- Tidak apa tertawa. Kadang-kadang humor mencerahkan suasana hati dan membuat komunikasi menjadi lebih mudah, serta
- Jujur dan berterus teranglah tentang perasaanmu. Jangan menjauhkan diri, persahabatan dan dukungan kamu akan sangat penting untuk orang tua.
Komunikasi dengan Penderita Demensia Stadium Sedang Hingga Berat
Tahap menengah Penyakit Alzheimer, juga disebut dengan Tahap Alzheimer Sedang, biasanya terjadi dengan waktu sekitar 1,5 tahun. Kemampuan hidup mandiri orang tua akan menurun, kesulitan menghitung dan menilai apakah situasi yang ia hadapi baik atau buruk, sehingga rentan pada penipuan, mengalami kebingungan, disorientasi, lupa atau tidak tahu jalan pulang pun masalah keselamatan lainnya.
Orang tua akan makin sulit untuk berkomunikasi dan membutuhkan perawatan yang lebih lanjut. Ketika penyakit berlanjut, fungsi kognitif semakin menurun, orang tua akan semakin kehilangan sebagian besar kemampuan mengenali orang di sekitarnya, emosi meledak-ledak karena bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi di sekelilingnya. Periode ini akan berlangsung sekitar 2,5 tahun atau lebih sejak awal mereka menderita penyakit ini. Jadi, total tahapan ini akan berlangsung paling lama, sekitar 4 tahun atau lebih.
Tips Agar Komunikasi Lancar
- Berikan waktu untuk merespon sehingga orang tua dapat berpikir tentang apa yang ingin ia katakan,
- Lakukan percakapan tatap muka satu-satu dalam ruangan yang tenang dengan gangguan minimal,
- Sabar dan suportif. Nyamankan dan yakinkan orang tua sehingga hal itu akan mendorong beliau untuk menjelaskan pikiran-pikirannya,
- Pelihara kontak mata. Hal ini menunjukkan bahwa kamu peduli dengan apa yang ia katakan,
- Hindari mengkritik atau mengoreksi. Sebaiknya, dengarkan dan coba menemukan arti dari apa yang ia katakan. Ulangi apa yang dikatakan untuk mengklarifikasi,
- Hindari berargumentasi. Jika beliau mengatakan sesuatu yang kamu tidak setujui, biarkan saja,
- Jangan membebani mereka dengan permintaan yang panjang. Tawarkan instruksi atau tugas-tugas langkah demi langkah dengan jelas,
- Berbicaralah dengan lambat dan jelas,
- Ajukan pertanyaan “ya” atau “tidak”, contoh, “Ibu mau minum susu?” daripada “Ibu mau minum apa?”,
- Ajukan satu pertanyaan pada satu waktu (jangan lebih),
- Berikan tanda visual. Untuk membantu mendemonstrasikan tugas, tunjuk atau sentuh barang yang kamu ingin untuk mereka gunakan atau memulai tugas untuk beliau, dan
- Catatan tertulis akan sangat membantu saat kata-kata membingungkan mereka.
Komunikasi dengan Penderita Demensia Stadium Lanjut
Penyakit Alzheimer Stadium lanjut, atau disebut dengan Alzheimer Sangat Berat, dapat berlangsung sejak beberapa minggu hingga beberapa tahun. Ketika penyakit ini menjadi semakin berat, orang dengan Alzheimer mungkin hanya mengandalkan komunikasi non verbal, seperti ekspresi wajah atau suara vokal saja. Orang tua masih bisa mendengar dan mengerti, tapi tidak bisa lagi merespon dan yang paling menyayat hati adalah saat mereka tidak lagi bisa mengenali orang di sekitarnya. Biasanya dibutuhkan perawatan selama 24 jam non-stop pada stadium ini, karena mereka benar-benar kembali seperti bayi.
Tips Agar Komunikasi Lancar
- Perlakukan orang tua dengan penuh martabat dan rasa hormat. Hindari perkataan merendahkan atau seolah-olah ia tak ada,
- Dekati orang tua dari depan dan jelaskan siapa dirimu sebenarnya, misalnya, “Ibu, ini Titi, anak Ibu,
- Gunakan komunikasi non-verbal. Kalau kamu tidak mengerti apa yang dikatakan, mintalah ia untuk menunjuk atau menggunakan bahasa tubuh,
- Kadang-kadang emosi yang diekspresikan menjadi lebih penting daripada apa yang dikatakan. Cari tahu perasaan di balik kata-kata atau suara,
- Gunakan sentuhan, pandangan, suara, penciuman, dan cita rasa sebagai bentuk komunikasi dengan orang tua, dan
- Tak apa jika kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan, karena yang paling penting bagi mereka adalah kehadiran dan persahabatan yang kamu berikan.
Bagikan artikel ini pada siapapun yang kamu kenal dan sayang, jangan biarkan kamu dan mereka memiliki hubungan yang buruk hanya karena tidak menyadari orang terkasihnya sedang mengalami demensia. Satu cara paling ampun membuatmu mampu bertahan menghadapi mereka adalah, sadari jika tanpa mereka kita tak akan pernah ada, mereka tak mengenal lelah menanggapi kita dan mengurus dengan penuh cinta, anggaplah ini jalan yang Tuhan beri untuk kita bisa membahagiakan mereka di sisa usianya.
Semoga kamu, dia, dan mereka akan selalu hidup penuh cinta, seberat apa pun hari ini, bertahanlah hingga esok. Dan, ulangi pemikiran ini setiap waktunya. Salam sayang, untuk siapapun kalian yang sedang dan akan terus berjuang.