Seruni.id – Kian hari semakin bertambah saudara Muslim kita. Mereka punya alasan tersendiri mengapa memilih Islam sebagai agamanya. Seperti Florensia Amalia Setiawan, ia meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan yang harus diyakini, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala Sang Pencipta alam semesta.
Sebelum menjadi mualaf, ia merupakan penganut agama lain. Bahkan, ia sempat meragukan konsep ketuhanan yang diajarkan oleh agama yang sebelumnya.
Meyakini Allah
Sejak duduk di bangku SMP sebenarnya ia sudah meyakini bahwa Allah itu satu. Hal ini diungkapkan olehnya dalam wawancara di Mualaf Center Yogyakarta beberapa waktu lalu, yang disiarkan channel Youtube VertizoneTv.
“Sejak SMP saya berkeyakini bahwa Allah itu hanya satu,” katanya sebagaimana yang dikutip dari Okezone, Rabu (5/8/2020).
Sebelum benar-benar yakin untuk memeluk Islam, sebenarnya dia sudah berupaya mendalamai agamanya terdahulu. Namun, saat itu muncul keraguan dalam dirinya.
“Sejak itu saya mulai ragu,” ujarnya.
Tapi akhirnya, entah bagaimana, ia memilih Islam karena ia meyakini Tuhan dalam Islam sesuai dengan keyakinannya hanya satu; Allah. Dia percaya, setiap manusia menyembah dan memohon sesuatu langsung kepada Allah tanpa perlu perantara.
Mencari Tahu Tentang Islam Lebih Dalam
Sebelum resmi menjadi seorang mualaf, Florensia mencari tahu tentang agama Allah, sampai ia menemui beberapa Muslim demi meyakinkannya. Menurutnya, saat itu orang yang dia temui tidak lantas mengajaknya measuk Islam, hanya mengajarkan dirinya tenang kebaikan.
Ajakan untuk berbuat kebaikan itulah yang semakin membuat dirinya tertarik dengan Islam, karena ia kagum pada Islam yang mengajarkan tentang segala hal, termasuk kebaikan.
“Jadi kalau mau dakwah itu sebenarnya mudah, sebarkan saja kebaikan-kebaikan di sekitar kita terutama kepada teman-teman yang sedang mengalami banyak masalah,” ujar anak tunggal ini.
Bukan waktu yang sebentar untuknya dalam mencari tahu kebenaran akan Islam, ia membutuhkan waktu dua tahun sebelum memutuskan masuk Islam. Sebenarnya, sejak awal dia sudah mengenal Islam dari sang nenek.
Tidak Diterima Keluarga
Saat awal memeluk Islam, betapa sedihnya dia ketika mengetahui bahwa keluarganya tidak bisa menerima keputusan tersebut. Terutama sang ayah. Namun, dia mengaku bahwa tekadnya sudah bulat, meskipun harus terusir dari rumah, ia tidak akan mengubah imannya.
Tapi, lama-kelamaan orangtuanya akhirnya bisa luluh juga, dan tidak memaksa sang anak akan pilihan hidupnya.
“Alhamdulillah tidak sampai seperti itu (diusir) dan diterima di keluarga,” tuturnya.
Setelah bersayahat, salah satu syarat untuk menjadi Muslim, kemudian Florensia pun berkewajiban untuk medirinkan sholat. Untuk yang pertama kalinya ia melaksanakan ibadah sholat, dia mengaku sangat terharu.
Terlebih, ketika masih kecil, ia sering sekali mimpi buruk. Namun, setelah memeluk mengucap syahadat dan menjadi mualaf, mimpi buruk tersebut tak lagi datang dalam tidurnya.
“Pertama kali sholat rasanya terharu, yang tadinya dari kecil dihantui mimpi buruk setelah saya mengucapkan kalimat syahadat dan sholat, Alhamdulillah sudah tidak dihantui lagi. Tetapi yang namanya manusia iman naik turun, jadi sering diingatkan lagi ketika mimpi buruk itu datang kalimat syahadat mengalir begitu saja,” ungkap Florensia.
Menurut pengakuannya, kalimat syahadat menguatkan hati untuk tidak takut. Terlebih dalam kehidupan sehari-hari, ia menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Semenjak menjadi mualaf, setiap kali ia melakukan hal yang tidak sepantasnya, selalu muncul rasa bersalah lalu terdorong untuk memperbaiki dirinya.
Ia sangat bersyukur, apalagi mengetahui bahwa teman-temannya menerima keputusan tersebut. Ia pun sedikit demi sedikit terus memperdalam keilmuannya tentang Islam, berkumpul dengan orang-orang saleh agar bisa memperbaiki diri. Ia juga menceritakan pengalamannya pertama kalinya berpuasa usai masuk Islam.
“Agak-agak bolong waktu itu, tapi semakin lama semakin dibiasakan ya jadi lama-lama biasa.”
Baca Juga: Melihat Putrinya Shalat, Greta Wanita 70 Tahun Putuskan Menjadi Mualaf
Florensia mengakui Islam agama yang indah. Ia tidak setuju Islam diidentikkan dengan kelompok teroris. Bagi Florensia, itu merupakan stereotipe atau penilaian yang tidak masuk akal. Menurutnya memang ada sebagian kelompok yang tidak menjalankan ajaran Nabi Muhammad SAW.
“Karena yang diajarkan Nabi Muhammad itu tidak (boleh) menyakiti orang lain, bahkan ketika berperang pun ada adab-adabnya. Kalau ada orang yang mengatakan Islam itu teroris, saya mengatakan itu tidak benar. Itu hanya orang-orang yang mengatasnamakan agama untuk nafsunya sendiri.” tutupnya.