Seruni.id – Maraknya fenomena penyimpangan seksual seperti yang dilakukan kaum Sodom saat ini tengah menjadi sorotan masyarakat. Di Indonesia, perilaku penyimpangan seksual tersebut sudah terbuka. Para perilaku penyimpangan seksualitas seperti homoseksual sudah berani secara terang-terangan memproklamirkan dirinya di hadapan publik.
Keterbukaan mereka pastinya membuat kita sebagai ibu dari anak-anak merasa khawatir. Apalagi, para perilaku penyimpangan seksual tersebut menghalalkan berbagai cara untuk menularkan perilaku mereka pada orang lain. Gerakan mereka pun terorganisir dengan rapih dan didanai dengan dana yang luar biasa besar.
Maraknya penyimpangan seksual tersebut ternyata sudah pernah diprediksi oleh Rasulullah SAW. Rasul pernah memprediksi bahwa fenomena ini akan terjadi di masa depan. Kita juga pasti meyakini, tidak ada satu pun perkara yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan terjadi di masa depan melainkan pasti benar dan terjadi.
Terkait hal tersebut, baiknya kita simak tulisan berikut agar kita dan keluarga, teman, sahabat, ataupun orang-orang yang kita kasihi tidak terjebak dalam penyimpangan seksual ini. Berikut adalah tulisan dari seorang ahli psikolog terkait homoseksual.
Politisasi Ilmu Psikologi oleh Gerakan Homoseksual
Dr. Bagus Riyono, MA., Psikolog.
Universitas Gadjah Mada
Ilmu Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia. Dalam rumpun ilmu sosial, ilmu psikologi termasuk ilmu dasar. Artinya ilmu sosial yang lain akan sangat dipengaruhi oleh ilmu psikologi. Posisi ini menjadikan ilmu psikologi sebagai ilmu yang sangat penting. Di kalangan masyarakat awam, apa yang dikatakan ilmu psikologi dianggap sebagai kebenaran. Oleh karena itu ilmu psikologi juga menjadi ilmu yang berbahaya karena pengaruhnya yang sangat kuat. Menyadari hal itu para ilmuwan psikologi mengusahakan untuk setia pada prinsip prinsip ilmiah dalam mengambil kesimpulan. Komitmen ini desebut sebagai “Leona Tyler Principle”.
Leona Tyler adalah presiden dari American Psychological Association (APA) pada tahun 1973. APA adalah organisasi profesi yang memiliki otoritas untuk mempublikasikan dan menentukan standard keilmuan di bidang psikologi. Sebagai presiden APA, Leona Tyler sadar bahwa ilmu psikologi harus dijaga objektivitasnya supaya tidak menyesatkan. Oleh karena itu dia menginisiasi sebuah komitmen dalam APA untuk tidak mempublikasikan sebuah standard keilmuan sebelum teruji dengan kuat melalui prinsip-prinsip ilmiah. Aturan ini kemudian disebut sebagai “Leona Tyler Principle”. Prinsip ini terus ditegakkan dalam APA sampai pada tahun 1979, ketika jabatan President APA dipegang oleh Nicholas A. Cummings, PhD.
Dr. Cumming menyaksikan perubahan trend di APA pada era 1970-an tersebut. Dia mengatakan bahwa pada waktu itu muncul gerakan feminisme (“woman rights movement”) yang mulai masuk dan mempengaruhi APA. Gerakan feminisme ini kemudian menjelma menjadi gerakan mendukung homoseksual (“gay rights movement”). “Sulit membedakan antara gerakan pembela perempuan dan derakan pembela homoseksual ini karena orang-orangnya sama”, demikian kesaksian Dr. Cumming. Semakin banyaknya psikolog yang homoseks dalam tubuh APA menyebabkan perkembangan wacana yang mengarah pada topic homoseksual.
Pada waktu itu homoseksual masuk ke dalam klasifikasi abnormalitas (“Mental Illness”). Kelompok pembela homoseksual dalam tubuh APA ini kemudian mengusulkan sebuah resolusi melalui Dewan Pakar APA (“APA Council”) untuk mengambangkan status abnormalitas ini dengan janji akan dilakukan penelitian ilmiah untuk nantinya memutuskan apakah homoseksual itu normal atau abnormal. Keputusan diambil dengan suara terbanyak (voting) dan Dewan Pakar APA menyetujui untuk mengeluarkan resolusi tersebut.
Kesaksian Dr. Cumming mengatakan bahwa setelah itu tidak ada penelitian ilmiah tentang homoseksual seperti yang sudah disepakati bersama. “Leona Tyler Principle” sudah tidak dipakai lagi, walaupun tidak ada pencabutan prinsip itu secara resmi. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Dr. Cumming. Belakangan diketahui bahwa para pimpinan APA sebagian besar adalah homoseksual, baik gay maupun lesbian. Akhirnya Dr. Cumming, seorang ilmuwan senior mantan Presiden APA, didepak dari APA karena tidak sejalan dengan mayoritas. Dr. Cumming kemudian mendirikan NARTH (National Association for Research & Therapy of Homosexuality) dengan menegakkan kembali “Leona Tyler Principle”. Namun demikian sebagai organisasi baru NARTH belum bisa menyaingi APA yang sudah menjadi organisasi “raksasa” yang telah menguasai keilmuan psikologi dunia, termasuk Indonesia.
Belakangan APA melakukan penelitian-penelitian yang mendukung kelompok homoseksual. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh kelompok homoseksual ini bertujuan untuk melegalkan homoseksualitas sebagai sesuatu yang normal. Penelitian-penelitian tersebut tidak mengikuti kaideh-kaidah ilmiah dan bias kepentingan. Namun publikasi penelitian-penelitian pro-homoseksual ini didukung media masa liberal. APA sudah menjadi organisasi politik untuk kepentingan kaum homoseksual. Pada tahun 2015 gerakan pendukung homoseksual ini berhasil meloloskan legalisasi pernikahan sejenis dalam Mahkamah Agung Amerika melalui voting, dengan 5 hakim dukung homoseks dan 4 hakim menolak.
Dengan bekal legalitas tersebut kelompok pendukung homoseksual semakin merajalela. Mereka juga menguasai American Psychiatric Association (APA) – yang kemudian disebut sebagai “little APA”. Pada 8 Maret 2016 “little APA” ini menegur Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), hanya karena ada psikiater Indonesia yang mengatakan bahwa homoseksual dapat disembuhkan. Surat teguran ini menunjukkan sikap arogan “little APA” yang didasarkan atas argumen yang secara ilmiah tidak valid. Penelitian-penelitian ilmiah yang objektif telah membuktikan bahwa homoseksual adalah sebuah kecenderungan yang dapat disembuhkan. Spitzer (2003) melaporkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 200 penderita homoseksual dapat dikembalikan menjadi heteroseksual.
Para peneliti pro homoseksual juga mengklaim bahwa homoseksual adalah bawaan lahir. Sebagian mengklaim bahwa ada gen homoseksual dan sebagian mengklaim bahwa kaum homo memiliki bentuk otak yang berbeda. Klaim-klaim tersbut telah terbantahkan secara ilmiah. Dr. Joseph Davis (2015) menyampaikan bahwa dia menemukan 26 jurnal ilmiah yang menunjukkan data bahwa homoseksual disebabkan oleh banyak faktor dan kebanyakan adalah faktor sosial seperti pola asuh dan pergaulan. Dr. Joseph Davis juga mengatakan bahwa klaim terhadap adanya gen homoseksual juga tidak valid karena penelitian terhadap kembar identik menunjukkan bahwa tidak ada kepastian bahwa jika salah satu homoseksual berarti saudara kembarnya juga homoseksual. Sedang penelitian mengenai otak dilakukan pada para homoseksual penderita HIV dibanding orang sehat yang bukan homoseksual. Perbedaan otak antara dua kelompok tersebut bisa disebabkan karena virus HIV yang merusak otak, bukan bentuk otak sejak lahir.
Politisasi yang telah terjadi dalam ilmu psikologi ini perlu diwaspadai oleh ilmuwan, terutama ilmuwan psikologi di Indonesia, karena tanggungjawab kepada masyarakat menuntut para ilmuwan psikologi dan psikiatri untuk menjaga prinsip-prinsip ilmiah. Di samping itu gerakan pendukung homoseksual ini telah menjadi ancaman bagi bangsa dan negara Indonesia baik secara kesehatan, kemasyarakatan, moralitas maupun pertahanan dan keamanan negara.
Masyarakat bersama pemerintah harus bekerjasama di segala bidang untuk mencegah dampak buruk politisasi ilmu psikologi ini terhadap generasi masa depan bangsa. Penyadaran, pencerahan, dan pencerdasan kehidupan bangsa Indonesia harus dilakukan di segala lini, yaitu hukum, pendidikan, parenting, terapi dan rehabilitasi, dan bahkan politik.
Daftar Pustaka
Wikipedia. (2016). American Psychiatric Association. https://en.wikipedia.org/wiki/American_Psychiatric_Association
Throckmorton, Warren. (2007). NARTH adopts Leona Tyler Principle. http://www.patheos.com/blogs/warrenthrockmorton/2007/02/10/narth-adopts-leona-tyler-principle/
Wikipedia. (2016). Leona E. Tyler. https://en.wikipedia.org/wiki/Leona_E._Tyler
American Psychological Association. (2016). Former APA Presidents. http://www.apa.org/about/governance/president/past-presidents.aspx
Nicholas A. Cummings, PhD. (2012). ’Unibiased, Open Research (on Homosexuality) Was Never Done’. https://www.youtube.com/watch?v=BPgq1c4TYi4
Joseph Davis. (2015). Are People Born Gay? Genetic and Epigenetic Determinism in Homosexuality. https://www.youtube.com/watch?v=0mkjaP3HEO8
Spitzer. (2003). Can some gay men and lesbians change their sexual orientation. Archives of Sexual Behavior, 32(5), 403–417. http://doi.org/10.1023/A:1025647527010
(LifeSiteNews.com). (2012). Former president of APA says organization controlled by ‘gay rights’ movement. https://www.lifesitenews.com/news/former-president-of-apa-says-organization-controlled-by-gay-rights-movement