Seruni.id – Virus Corona masih terus membayang-bayangi kehidupan kita. Keberadaannya dapat menyerang siapa saja, tanpa mengenal gender dan usia. Tak sedikit orangtua yang merasa khawatir, bagaimana jika mereka dinyatakan positif COVID-19 dan memiliki anak yang masih harus ia urus.
Lantas, apa yang harus dilakukan apabila hal ini terjadi? Sementara orangtua juga harus melindungi anaknya agar tidak terpapar dari virus Corona. Berdasarkan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) DAN QOrld Health Organization (WHO), berikut adalah panduan mengasuh anak saat orangtua positif COVID-19:
1. Langkah Awal Apa yang Harus Orangtua Lakukan?
Ketika orangtua maupun pengasuh dinyatakan positif COVID-19, tentunya harus segera mengambil langkah agar anak tehindar dari virus. Adapun langkah yang bisa diambil berdasarkan usia anak, adalah sebagai berikut:
Anak dengan Usia yang Lebih Kecil
Jika orangtua terpapar virus Corona dan dinyatakan positif, tapi masih harus mengurus anak, sebaiknya segeralah menghubungi penyedia layanan kesehatan anak untuk mendapatkan arahan tentang cara terbaik melindungi anak dari virus tersebut.
Sementara, jika orangtua memiliki gejala yang cukup parah dan kesulitan untuk merawat anak, maka segerelah mencari pengasuh di luar rumah, seperti kerabat atau anggota keluarga lain yang dapat menemani anak. Namun, perlu diingat, pengasuh tidak boleh seseorang yang memiliki risiko COVID-19 lebih tinggi, ya. Sebab, kemungkinan anak telah terpapar virus.
Maka dari itu, pengasuh harus membantu anak melakukan karantina selama 14 hari sejak terakhir kali ia melakukan kontak dekat (dalam jarak 6 kaki atau 2 meter selama total 15 menit hingga lebih) dengan orangtua atau seseorang yang sedang sakit.
Anak dengan Usia yang Lebih Tua
Pastikan anak tidak melakukan kontak secara fisik dengan orangtua yang positif COVID-19 sampai benar-benar dinyatakan sembuh atau telah mengakhiri periode isolasi mandiri. Agar anak tidak berinteraksi dengan orangtua, maka orangtua pun harus memastikan bahwa anak harus cukup usia untuk merawat diri sendiri atau secara sah berada di rumah sendirian.
2. Jika Anak Tetap Berada Dalam Satu Rumah
Nah, kalau anak terpaksa harus tinggal di rumah bersama orangtua atau pengasuhnya yang positif, ada langkah penting yang harus dilakukan, yakni:
- Selalu gunakan masker, baik yang sakit maupun anak yang dalam keadaan sehat. Namun, perlu diperhatikan, bahwa masker tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah usia dua tahun, anak atau anggota keluarga yang mengalami kesulitan bernapas atau tidak sadar, serta anak atau anggota keluarga yang tidak mampu atau tidak dapat melepas masker tanpa bantuan.
- Ajari anak untuk mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik. Jika keduanya tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang mengandung alkohol minimal 60 persen dan gosok pada kedua tangan hingga kering.
- Menjauh 6 kaki atau sekitar 2 meter dari anak, jika memungkinkan dan jika aman.
- Pastikan ventilasi udara lancar, seperti membuka jendela di kamar yang menjadi tempat isolasi mandiri.
- Lakukan penyemprotan disinfektan pada barang yang perlu diberikan ke anak, tapi jangan mendisfeksi makanan yang diberikan ke anak.
- Usahakan untuk selalu memeriksakan suhu tubuh anak, setidaknya dua kali sehari dan perhatikan gejala COVID-19, seperti demam, batuk, sesak napas, atau gejala khusus anak.
- Selain itu, selama waktu ini orangtua juga harus memantau gejala pada diri mereka sendiri.
Moms, apabila buah hati mengalami gejala, segeralah hubungi penyedia layanan kesehatan anak untuk mendapatkan saran medis dan ikuti langkah-langkah untuk merawat anak yang sakit. Jika memungkinkan, anak harus menjauhi anggota keluarga lain atau orang-orang yang berisiko lebih tinggi terhadap COVID-19.
3. Hal yang Harus Diperhatikan Jika Anak Tinggal di Rumah Pengasuh Sementara
Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk tinggal bersama orangtua yang sedang isolasi mandiri di rumah, maka titipkanlah anak kepada pengasuh sementara. Entah itu keluarga, kerabat, atau pengasuh. Pastikan mereka harus membantu anak untuk dikarantika, dan melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Pastikan anak harus tinggal di dalam rumah pengasuh baru sampai 14 hari setelah kontak dekat dengan orangtua yang sakit.
- Perhatikan gejalanya.
- Selama karantina, pengasuh harus memantau gejala pada diri sendiri dan mempraktikan tindakan pencegahan sehari-hari.
- Periksa suhu anak dua kali sehari dan perhatikan gejala, seperti demam, batuk, sesak napas, atau gejala khusus anak.
- Jika terdapat gejala pada anak, hubungi penyedia layanan kesehatan anak untuk mendapatkan arahan medis dan ikuti langkah selanjutnya.
- Kalau memungkinkan, anak harus menjauhi orang-orang yang berisiko lebih tinggi terhadap COVID-19.
- Kemudian pengasuh harus melakukan karantina selama kurang lebih 14 hari setelah hari terakhir pengasuh melakukan kontak dengan anak yang sakit.
4. Perhatikan Gejala pada Anak
Bagi orangtua maupun pengasuh sementara, sebaiknya perhatikan gejala COVID-19 pada anak yang sempat kontak dengan seseorang yang positif COVID-19. Beberapa gejala yang paling umum adalah:
- Demam (suhu 38°C atau lebih tinggi);
- Batuk terus menerus serta sesak napas (anak yang memiliki asma/alergi mengalami perubahan bentuk batuk dari yang biasanya);
- Kelelahan.
Gejala lain yang kurang umum, namun dapat memengaruhi, meliputi:
- Nyeri dan sakit tenggorokan;
- Kehilangan rasa atau penciuman;
- Hidung tersumbat
- Konjungtivitis (atau mata yang memerah);
- Sakit kepala;
- Nyeri otot atau sendi;
- Berbagai jenis ruam kulit;
- Mual atau muntah;
- Diare;
- Menggigil atau pusing.
Gejala lain yang kurang umum adalah:
- Mudah marah;
- Kebingungan;
- Menurunnya kesadaran;
- Gelisah;
- Depresi;
- Gangguan tidur;
- Komplikasi neurologis yang lebih parah dan jarang seperti stroke, radang otak, delirium dan kerusakan saraf.
Baik anak maupun orang dewasa yang mengalami demam atau batuk yang berhubungan dengan kesulitan bernapas alias sesak napas, nyeri atau seperti rasa tertekan di dada, kehilangan kemampuan berbiacara atau bergerak, harus segera mencari perawatan medis.
5. Tanda-tanda Gejala Berbahaya yang Membutuhkan Perawatan Darurat
Ketika anak mengalami gejala, sebaiknya tidak menunda untuk mencari perawatan darurat untuknya. Unit Gawat Darurat (UGD) memiliki rencana pencegahan infeksi untuk melindungi orangtua dan anak dari penyakit Covid-19. Jika anak menunjukkan tanda-tanda peringatan darurat ini, segera dapatkan perawatan medis darurat. Berikut adalah gejala-gejala yang bahaya:
- Kesulitan bernapas;
- Rasa sakit atau tekanan di dada yang tidak kunjung hilang;
- Kebingungan;
- Tidak bisa bangun atau tetap terjaga saat tidak lelah;
- Kulit, bibir, atau alas kuku pucat, abu-abu, atau biru, tergantung pada warna kulit.
Namun penting untuk mengetahui bahwa daftar ini tidak mencakup semua kemungkinan gejala. Hubungi penyedia layanan kesehatan anak untuk gejala lain yang parah atau yang mengkhawatirkan.
6. Kondisi Lainnya yang Perlu Diperhatikan
Multisystem inflammatory syndrome pada anak-anak (MIS-C) merupakan suatu kondisi di mana bagian tubuh yang berbeda dapat meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
Melansir dari CDC, hingga saat ini masih belum jelas apa yang memicu MIS-C. Namun, CDC mengatakan bahwa banyak anak dengan MIS-C memiliki virus penyebab Covid-19, atau pernah berada di sekitar seseorang dengan COVID-19. MIS-C bisa serius, bahkan mematikan, tetapi kebanyakan anak yang didiagnosis dengan kondisi ini menjadi lebih baik dengan perawatan medis.
Baca Juga: Gejala Terinfeksi Virus Corona Varian Delta
Jadi, itulah sedikit informasi yang perlu orangtua ketahui seputar bagaimana menjalani isolasi mandiri sekaligus mengasuh anak. Mari kita bantu untuk mencegah serta melindungi anak dari COVID-19 dengan melakukan protokol kesehatan 5M.
Di antaranya yakni, mencuci tangan dengan rutin, memakai masker, menjaga jarak (2 meter), menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Lakukan protokol 5M untuk melindungi orang-orang yang kamu sayangi agar terhindar dari virus Corona.