Seruni.id – Banyak perempuan muda yang dilanda rasa galau. Entah, galau karena pencapaiannya belum berhasil ataupun sebab lainnya. Mereka seringkali menangis sampai berhari-hari, dan tak jarang sebagian dari mereka lebih memilih mencurahkan isi hatinya lewat dunia maya, dengan harapan ada orang yang mempedulikannya. Padahal, cara tersebut tidaklah baik, loh. Hal ini sangat bertolak belakang sekali dengan sahabat Nabi pada zaman dulu. Lalu, apa saja perbedaan galau kita dengan galaunya para sahabat Nabi?
[read more]
Sahabat Ka’ab Bin Malik, galau selama 50 hari, loh. Namun, ia bukan menggalaukan masalah dunia, melainkan ia khawatir soal dosa. Khawatir soal dirinya apakah akan diampuni oleh Allah atau tidak.
Umar bin Khattab juga pernah merasakan galau, dimana kala itu, saat ia menjadi khalifah, ada salah seorang rakyatnya yang hidup miskin. Bahkan, saking miskinnya ia sampai rela memasak batu untuk menahan rasa lapar demi anak-anaknya. Tak tega melihat rakyatnya kelaparan, akhirnya, Umar bin Khattab datang sambil membawakan sekarung gandum
Tsa’labah bin Abdurrahman RA pernah merasakan kegalauan. Karena, secara tidak sengaja ia melihat seorang wanita Anshar yang mandi. Ia merasa sangat berdosa, dan malu kepada Nabi dan mengasingkan diri ke gunung selama 40 hari. Ia terus-menerus meminta ampunan kepada Allah. Sedangkan kita? Terkadang kita malah sayik melihat hal yang seharusnya tidak boleh dilihat. Apakah kita pernah meminta ampun?
Nabi Muhammad merasa sangat kehilangan salah seorang sahabatnya itu. Sampai Allah menunjukkan gunung tempat bersembunyinya. Nabi meminta Umar RA dan Salman RA untuk menjemputnya.
Tsa’labah masih merasa malu dan galau, ia hendak datang ke Madinah jika Nabi sedang salat, sehingga dianggap tidak menyadari kedatangannya. Saking galaunya, Tsa’labah mendertia sakit keras karena takut akan dosanya melihat wanita mandi, walaupun tak sengaja.
Sebelum sakit Nabi SAW memberikan amalan buatnya agar dosanya diampuni berupa bacaan Alquran “ …Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (al-Baqarah : 201). Sebuah do’a yang mudah dan sering kita ulang-ulang yaitu Robbana Atina Fid DUnya Hasanah wa fil akhiroti hasanah. Waqina adzaabannaar.”
Tsa’labah sakit keras selama 8 hari, karena khawatir akan dosanya. Bagaimana dengan kita? Setiap hari selalu berbuat dosa, apakah kita merasa bersalah? Sayangnya, kita terkdang tidak sadar telah melakukan banyak dosa. Nabi Muhammad SAW saja yang dijamin masuk surga selalu istighfar 70 kali sehari dalam riwayat lain dikatakan 100 kali sehari. Lantas, berapa kali kah kita mengucapkan istighfar setiap harinya?
Rasulullahpun menjenguknya. Rasulullah memangku Tsa’labah di pangkuannya.
Tapi ia menggeser kepalanya, “Kepalaku penuh dosa wahai Rasulullah. Aku tidak pantas!”
“Apa yang kamu senangi?”
“Ampunan Allah.”
Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan sebuah hadits tentang sahabat ini “Ketika itu turunlah Jibril Alaihisallam, mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam padamu, dan berfirman, ‘JIka hamba-Ku ini menemui-Ku dengan dosa sejengkal tanah, maka Aku akan menemui dengan sejengkal ampunan’.”
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Amalan Ketika Hati Galau dan Sedih
[/su_box]
Nah, itulah bedanya galau kita dengan galaunya para sahabat Nabi kala itu. Harusnya kita tidak hanya menggalaukan urusan dunia saja. Tetapi, yang harus kita galaukan adalah untuk urusan akhirat. Apakah ibadah kita sudah cukup banyak untuk menghapuskan dosa-dosa yang setiap hari semakin bertambah?
[/read]