Seruni.id – Berbicara masalah korupsi, tentu kita sangat geram. Apalagi, saat ini banyak terjadi kasus korupsi di Indonesia yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tertangkap KPK. Pola asuh pada anak, merupakan suatu hal yang sangat penting, mengingat karakter anak sudah mulai terbentuk sejak usia dini.
Namun tanpa sadar, orang tua justru menerapkan pola yang salah, dan justru menimbulkan bibit korupsi pada mereka. Lantas, cara mendidik seperti apa yang dianggap sebagai kesalahan? Berikut ulasannya.
1. Membiarkan Anak Bersikap Egois
Ketika anak-anak sedang bermain bersama, hal yang paling sering terjadi adalah ‘rebutan mainan’. Jika terjadi hal seperti ini, sudah sepatutunya kita sebagai orang tua untuk melerai dan mengajarkan anak nilai kebersamaan dengan cara berbagi mainan. Namun sayangnya, kita kerap lelah melakukannya, sehingga hanya membiarkan mereka bertengkar, bahkan hingga salah satunya menangis.
Apabila dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin sikap egois akan tertanam di dalam diri anak. Mengapa demikian? Karena dengan begitu, mereka hanya tahu ‘yang penting mendapatkan apa yang diinginkan’ dan tak mau peduli bahawa tindakannya itu membuat temannya merasa sedih.
Dengan kata lain, anak tak belajar nilai kebersamaan dari peristiwa tersebut. Ia tak belajar bahwa yang terpenting bukanlah mainan itu, namun bagaimana mainan yang dimiliki dapat membawa kebahagiaan bagi mereka bersama. Jangan biasakan hal ini terjadi, karena lama-kelamaan anak hanya akan memikirkan kepentingannya saja tanpa peduli dengan orang lain.
2. Membenarkan Kesalahan Anak
Melihat anak sedang merasa kesal dan marah, mungkin adalah hal yang kerap kita anggap lucu. Misalnya, saat anak kesal pada orang dewasa lantaran ia ditegur atas kesalahannya, kita justru berpura-pura memarahi orang tersebut agar anak merasa aman. Namun, hal ini akan membuat anak tidak menyadari kesalahannya.
Jadi, jangan heran jika anak akan mengulangi kesalahan yang sama bahkan dalam skala yang lebih besar, tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Sebab, mereka akan berpikir bahwa ia akan dibela. Meski hal ini tampak sepele, namun dapat menuntun anak tumbuh menjadi pribadi yang sulit menerima kritik karena selalu berasa benar. Sikap selalu merasa besar tersebut dapat mendorong anak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan orang lain tanpa merasa bersalah.
3. Menanamkan pada Mereka Bahwa Uang Adalah ‘Segalanya’
Tak ada yang salah jika kita memotivasi anak untuk menjadi orang sukses, apalagi dalam keadaan finansial. Dengan memiliki uang ia bisa membahagiakan orang lain, bersedekah, dan membeli apa yang mereka inginkan. Yang salah hanyalah, jika kita menanamkan pada mereka bahwa uang adalah segalanya. Ini menjadi kesalahan sederhana yang berakibat sangat fatal.
Apalagi ketika memberitahu mereka bahwa uang bisa mendatangkan kebahagiaan. Bukan tidak mungkin mereka akan berpikir uang adalah syarat mutlak untuk hidup bahagia. Padahal, uang hanyalah sebatas media dalam mewujudkan kebahagiaan baik bagi diri sendiri pun orang lain.
4. Hanya Terfokus pada Hasil Tanpa Melihat Proses
Orang tua mana yang tak ingin melihat anaknya tumbuh menjadi seseorang yang pintar dan berprestasi? Tentu ini yang diinginkan oleh banyak orang tua. Namun sayangnya, banyak dari mereka yang hanya terfokus pada hasil yang didapatkan oleh anak, tanpa melihat proses yang sudah dilalui. Seperti ketika mereka mendapatkan peringkat terbaik dan nilai yang sangat memuaskan di sekolah.
Sehingga orang tua hanya menuntut anak harus selalu mendapatkan nilai terbaik. Bahkan, memarahi dan menghukum mereka ketika mendapatkan nilai yang tak sesuai dengan ekspektasi. Hal ini justru akan membuat anak berpikir ‘yang terpenting adalah hasil bukan proses’. Akibatnya, bisa saja ketika ia tumbuh dewasa anak akan menghalalkan segala cara, termasuk mencontek agar mendapatkan nilai yang sempurna.
Jika dibiarkan, perbuatan curang ini dapat menuntun mereka untuk melakukan kecurangan-kecurangan lain dengan skala besar, seperti korupsi misalnya. Oleh sebab itu, sebaiknya para orang tua tetap memberi apresiasi pada usaha anak sambil memotivasi untuk berprestasi.
5. Tidak Dapat Menjadi Teladan Integritas
Anak akan merekan dalam pikirannya apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Rekaman tersebut akan menjadi model bagi mereka dalam bersikap. Terkadang, kita tidak menyadari ketika melakukan segala hal yang tak seharusnya dicontoh oleh anak.
Misalnya, hanya menaati peraturan lalu lintas ketika ada polisis, membuang sampah sembarangan ketika tidak ada orang yang mengawasi. Perilaku yang tak berintergritas yang dilakukan di hadapan anak secara tidak langsung akan mengajarkan mereka bahwa melanggar peraturan dan merugikan orang lain bukanlah kesalahan selama tidak ada yang mengetahui, sehingga terhindar dari hukuman.
Baca Juga: Ini Efek Negatif Jika Orangtua Sering Membohongi Anak
Mulai sekarang, hindarilah pola asuh tersebut dan berlaih dengan pola asuh yang lebih baik. Agar buah hati kita tumbuh sebagai anak yang memiliki perilaku baik dan jujur.