PADA umur ke-45 dia mencopot kalender
tua yang terpaku di dinding tubuhnya.
“Terima kasih, Anda sudah sangat berhasil
menakut-nakuti saya selama ini,” katanya.
Dari bekas tempat kalender, menganga lubang.
“Halo? Apakah ada orang?” ujarnya melolong.
Kalender itu lalu dipisahkan sebulan-sebulan.
Januari, Februari, Maret… Desember, wah kok
ada selembar tanggalan yang tak dikenalnya?
“Halo? Boleh saya berkenalan dengan Anda?”
katanya menyorongkan tangan, ngajak salaman.
Tanggalan tak bernama itu malah memeluknya.
Daripada sedih, akhirnya dia tempelkan lembar
tanggalan di bekas kalender lama di tubuhnya,
tanggalan yang angka tanggalnya ajaib semua.
Lalu matanya menangkap tatap mata lamanya pada
pasfoto di lembar itu. “Lho? Kamu kan ijazahku?”
“Ha ha. Saya kira kamu sudah lupa,” kata ijazahnya.
Lalu mereka pun terpingkal, saling menertawakan.
(sumber)