hujan : ke negeri hujan datanglah seorang
utusan dari negeri kemarau. “Maukah
engkau membagi hujanmu ke negeri kami?”
tanya sang utusan itu kepada sungai
yang sibuk mengalirkan air hujan ke
muaranya.
“Bertanyalah pada pepohonan,” kata sungai.
“Maukah?” tanya sang utusan kepada pohon.
“Memohonlah pada gunung,” kata pohon.
“Bolehkah?” tanya sang utusan pada gunung.
“Berharaplah pada awan,” kata gunung.
“Adakah harapan itu?” tanya sang utusan
kepada awan.
“Teserah pada angin,” kata awan.
“Kuminta kebijakanmu,” kata sang utusan
kepada angin.
“Mintalah izin pada laut,” kata angin.
“Berilah izin itu,” kata sang utusan
kepada laut.
“Saya harus bertanya pada sungai,” kata laut.
sang utusan pun pulang, dengan sebuah
keyakinan bahwa hujan akan kembali
di negeri mereka tanpa diminta, asalkan
mereka mau mengembalikan sungai ke pohon,
mengembalikan pohon ke gunung, mengembalikan
gunung ke awan, mengembalikan awan ke angin,
mengembalikan angin ke laut, mengembalikan
laut ke sungai.
penduduk negeri kemarau marah dan mengusir
sang utusan karena ia pulang tak membawa
hujan.
sang utusan pun dijemput oleh hujan dan
ia meminta dijadikan pelangi yang melengkungi
hujan, sungai, pohon, gunung, angin, lautan.
(sumber)