Di selatan, hujan lebat sekali mengguyur Isla Negra
bagai tetes yang bersendiri, lebat, tembus tatap mata:
lalu laut nengadahkan daun-daunnya sejuk menerima:
bumi belajar mengaji pada takdir basah cermin kaca.
Jiwaku, takluk pada bujuk rasa masin kecupanmu,
seperti air laut bulan ini, madu dari wilayah ini sendiri,
aroma wangi, dilembabkan berjuta bibir langit itu,
ketabahan hati laut, musim dingin ini, laut yang suci.
ada yang memanggil kita: semua pintu membuka,
percik air bercerita kisah hebat kepada kaca jendela,
dan langit menyentuh akar, menggelembang turun.
begitulah hari merajut dan merenggut jejaring angkasa
dengan waktu, asin garam, yang tumbuh, bisik suara,
setapak jalan, perempuan, lelaki. Bumi musim dingin.
(Sumber)