Kulit ingat berapa lama tahun-tahun tumbuh,
ketika kulit tak tersebntuh, ada lorong kelabu
kesendirian, bulu lepas dari ekor seekor
burung, berputar-putar pada langkah selangkah,
tersapu hilang, kaki seseorang yang tak pernah
melihat itu adalah bulu. Kulit menyantap, berjalan,
tidur sendiri, tahu bagaimana melambaikan
tangan-sampai-jumpa-lagi. Tapi kulit merasakan
itu tak pernah tampak, tak pernah tertandai
sebagai pulau di peta, mengendus bagai kota,
melenggang bagai kota, gemerlap kubah masjid
dan ratusan koridor kayumanis dan tali-temali.
Kulit punya harapan, itulah yang telah dibuatnya.
Menenteramkan wilayah rawan, membuka jalan.
Cinta berarti engkau bernafas di dua negeri.
Dan kulit ingat — sutera, rumput berduri,
dalam di relung kantong, di mana kulit simpan rahasia.
Bahkan kini, ketika kulit tak lagi sendiri,
dia kenang arti bersendiri dan menerimakasih pada
sesuatu yang lebih luas, ada pelancong di sana,
orang-orang bertandang wilayah ke wilayah, yang
lebih luas dari punya mereka sendiri.
(Sumber)