AKU dan kamu
sama terbaring
getah darah belum kering
pada sepasang mataluka yang juling
Kalau ada pembezuk datang
kita usir dengan maki hamuk
dan kutuk,
“Enyah kamu, busuk!
Berseberang ranjang,
cuma sepelemparan parang jalang,
sesekali kita saling tebas,
putus selang infus!
Lalu,
entah kamu
entah aku
yang lebih dahulu
menjeritkan nama siapa saja
sebab yang datang pasti dia juga
perawat tua
berlidah belah,
tak bosan-bosannya dia
mengucap nasihat bercabang arah!
Di klinik tak bersubsidi ini
hanya ada dia, untuk kita sepasang
pasien sakit hati nyaris mati
Perawat tua,
hitam-hitam-hitam seragamnya
ia suntikkan
ekstsrak sariluka
dari seekor hewan besar
dan lapar
yang akhirnya takluk
pada perburuan
mereka
yang kabur dari penjara negara
setelah mencuri senjata
dan selembar atlas rahasia
Setiap malam, kita bertaruh:
Kau bilang,
perawat tua itu adalah
malaikat sabar
yang masih betah menyamar,
kalau tiba waktunya
diam-diam ia gunting putus
kabel nafas kita.
Aku bilang, tidak,
nyawa kita itu,
Tuhan sendiri yang akan
datang mencabut,
sekaligus
ia mengajari kita
hakikatulmaut!
(Sumber)