dan di negeri kami para juru tembak adalah prajurit buta,
dan si terhukum adalah lelaki takut hidup pun takut mati
dan penyair adalah orang yang membacakan sajak terakhir
tentang peluru yang mahir melacak arah ke detak jantung
para penyair itu, kelak akan jadi bisu, tak ada peluru
dalam sajaknya, tak ada mesiu dalam selongsong penanya.
(Sumber)