/1/
Kau jangan tertawa,
“siapa yang memperbesar
lubang di jam pasir ini?”
Kau jangan tertawa…
“Aku perlu mengganti
kalender,
kau tahu apa
soal waktu?”
/2/
sore hari
dia pergi ke pasar pagi
“aku mau beli kalender baru,” katanya
pada diri sendiri. “Siapa tahu nanti
aku belajar lagi membaca hari-hari.”
di pasar, dia bertemu dengan Waktu
si tua penjual kalender langganannya.
“Wah, Anda terlambat, Saudara,
daganganku habis sejak tahun lalu.
Kau tahu sekarang orang tidak lagi
seperti dulu. Mereka suka berburu
hari libur di dalam tanggalan tak resmi…”
“Jadi? Gimana nih?” tanyanya.
“Sebaiknya kau pergi saja ke pasar loak.
Barangkali di sana masih ada sisa-sisa
Desember tahun lalu. Maaf, ya….”
/3/
Pulang dari pasar loak, dia
membawa 12 lembar kalender.
Buat apa, sih, banyak amat.
Satu aja kan, cukup?
“Biar saja, buat cadangan. Siapa tahu
nanti aku kehabisan lagi,” katanya
kepada bulan yang baru saja malam
eh sudah nongol di langit.
Penggemar kalender, ya?
“Ah, siapa bilang, aku ini kolektor waktu.”
/4/
di sepanjang Jl. Melupakan, dia berkhayal sedap sekali
sambil mengingat-ingat gambar pada kalender yang
didekapnya erat sekali.
Petikannya:
….1. kalender AA Gym akan saya
pasang di ruang tamu; 2. yang bergambar
Binatang Buas akan saya pasang di balik pintu,
3. yang bergambar Perempuan Muda Berbikini akan
saya pasang di kamar mandi (eh bagusnya di
kamar tidur kali ya? –dia meralat pikirannya sendiri);
4. yang bergambar Bayi-bayi akan dipasang di
kamar kosong; 5. Kalau yang bergambar Buah bagusnya
tentu dipasang di ruang makan; 6. Nah, kalau yang
bergambar Mobil Mewah akan dipajangnya di garasi;
7. Sementara yang bergambar ikan lohan paling
tepat digantung di dekat pencucian piring; 8 Di dapur?
He he he (maaf, ya Dian Sastro)..; 9. Di teras depan
akan dipasangnya kalender bergambar Smack Down;
10. Di ruang TV diletakkannya kalender meja bergambar
Mr Bean. 11. Lalu kalender bergambar Jam disimpan
saja sebagai cadangan. 12. Dan satu lagi kalender
tak bergambar apa-apa akan dipasang di tempat yang
paling rahasia di dalam hatinya.
/5/
malam hari, rumahnya gaduh sekali,
seperti suami istri bertengkar hebat sekali.
“tapi dia kan selama ini hidup sendiri?” kata
penjaga malam kepada temannya penjaga siang
yang malam itu ikut berjaga, karena siang pun
kadang-kadang dia suka minta ditemani.
“mungkin dia sedang berkelahi dengan waktu…”
“mungkin saja. tadi sore saya lihat dia beli
kalender banyak sekali.”
“mungkin saja. soalnya ketika berangkat ke pasar
saya lihat dia membuang sesuatu di tempat sampah…”
/6/
lampu teras rumah itu masih menyala.
ada beberapa tetangga singgah cemas.
“Dia sudah mati…”
“Lho?”
“Iya… Tak bernafas lagi..”
“Mana waker kita?”
“Jam waker?”
“Bukan. Tukang jaga malam?”
“Wah, pagi gini mereka pasti ketiduran di Pos”
“Panggi polisi aja.. nanti kita dicurigai…”
Polisi pun datang, tanpa raung sirine.
Lalu memeriksa rumah itu. Tak ada
tanda-tanda bahwa telah terjadi pembunuhan.
Karena di rumah itu hanya ada dia yang
telentang tewas, dan sebuah kalender lama
yang erat bertahan di dinding, kalender lama
yang koyak januari, februari, maret, april
dan mei-nya. Sementara di dinding masih bertahan
sisa-sisa bulan lainnya.
Di atas meja, tergeletak
12 kalender yang baru,
setia bertahan di dalam bungkusnya.
(tak ada yang ingat, di sana ada
Kau yang tersenyum bahagai)
(sumber)