CINTA itu koyak pada tembok, gerbang tumbang,
yang datang bertandang tak akan pernah lagi ia pergi;
Cinta mengikhlaskan gua perlindungan ke Takdirnya.
Tiba sudah segan, dia yang mencinta yang tak tercintai.
Lalu, dua mulut yang sama hausnya, saling menemukan,
sakit terlupa, terbungkamlah tangis hati yang rapuh,
di surga — seperti itu saja, tapi terbawa jua
nestapa mimpi sendiri pada rengkuh lengan, dan berbaringan
sendiri di malam kesunyian, dengan sebayangan hantu.
Ada yang membagi malam. Tapi mereka tahu cinta mendingin,
Jadi palsu dan jemu, apa yang dulu semanis-dusta.
Tak ada lagi pukau di tangan dan bidang bahu,
Hanya gelap, kian gelap, mati dari kecup ke kecup.
Semua ini adalah cinta; dan semua adalah cinta kecuali ini.
yang datang bertandang tak akan pernah lagi ia pergi;
Cinta mengikhlaskan gua perlindungan ke Takdirnya.
Tiba sudah segan, dia yang mencinta yang tak tercintai.
Lalu, dua mulut yang sama hausnya, saling menemukan,
sakit terlupa, terbungkamlah tangis hati yang rapuh,
di surga — seperti itu saja, tapi terbawa jua
nestapa mimpi sendiri pada rengkuh lengan, dan berbaringan
sendiri di malam kesunyian, dengan sebayangan hantu.
Ada yang membagi malam. Tapi mereka tahu cinta mendingin,
Jadi palsu dan jemu, apa yang dulu semanis-dusta.
Tak ada lagi pukau di tangan dan bidang bahu,
Hanya gelap, kian gelap, mati dari kecup ke kecup.
Semua ini adalah cinta; dan semua adalah cinta kecuali ini.
(sumber)