INI boleh dimulai dari apa saja.
Kau didihkan air, demi segelas teh seduh,
atau kopi, untuk menjamu diri sendiri.
Bukankah, di kamar ini, kau adalah tuan
yang lelah dan juga tamu yang sedih?
Atau kau cari arah kiblat yang biasanya
mereka sembunyikan di plafon itu. Lalu
kau salatlah. Singkat saja, tak bersajadah.
Kau tak tahu, ada yang ingin sekali
menjadi makmum di belakangmu,
mengajakmu sembahyang berjamaah.
Atau kau telepon petugas room service,
memesan apa yang berhasil menipumu dan
laparmu di lembar menu itu. Sepanjang
siang tadi, kau bertahan tetap puasa.
Atau kau hidupkan televisi. TV-One atau
Metro-TV, apa bedanya? Toh, bencana itu
adalah bencana yang sama? Duka itu adalah
duka yang sama? Tangis itu adalah tangis
yang sama. Dan kau tak di sana. Kau jauh
dari episentrum itu. Kau yang juga tak mampu
meredam gempa di dada dan kepalamu.
Atau?
Ah, ini boleh dimulai dari mana saja.
Toh, segalanya akan berujung sama: Kau
tak tahu apakah ini telah berakhir atau masih
akan lama?
(sumber)