Ketika segala meremang, tegak berdiri di bumi,
semak mencakarkan duri, dan benang hijau
menjelujur jauh, petal pun luruh, gugur jatuh,
luruh dan jatuh, yang menjelma jadi sisa satu-satunya bunga.
Air pun menjadi ihwal lainnya.
Air yang tak berarah, tapi jernihnya yang tenang
mengarus menembus seluruh imajinasi warna-warna,
menyerap kearifan yang tegas ada pada batu
dan pada peranan yang ia mainkan
ada yang sangat diinginkan buih. Yang tak pernah terwujudkan.
(sumber)