Seruni.id – Melalui kanal YouTube-nya, Ria Ricis mengabarkan bahwa dirinya mengalami mastitis, sehingga menyebabkan produksi ASI-nya menjadi sedikit. Bahkan, kondisi tersebut sempat membuatnya mengalami kesakitan, demam, dan nyeri selama satu minggu.
Namun, ia bersyukur, karena kondisinya kini telah membaik. Terlebih, sang suami, Teuku Ryan selalu berada di sampingnya dan memberi support agar Ria Ricis bisa segera pulih.
Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan mastitis itu? Dan mengapa seseorang bisa mengalami kondisi tersebut? Untuk para ibu, apalagi ibu baru yang sedang menyusui, wajib banget tahu tentang hal ini. Maka dari itu, Seruni akan menjelaskannya pada artikel berikut, mulai dari penyebab, gejala, pencegahan, hingga perawatan. Jadi, simak baik-baik, ya.
Apa itu Mastitis?
Mastitis adalah kondisi di mana jaringan payudara mengalami peradangan karena adanya infeksi, nyeri, kemerahan, dan pembengkakan. Tak jarang, kondisi ini kerap kali disertai dengan demam dan kedinginan. Meski umumnya mastitis terjadi pada ibu yang sedang menyusui. Namun, tak menutup kemungkinan, mastitis juga bisa dialami oleh wanita yang tidak menyusui dan juga pria.
Berdasarkan laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar 3-20 persen ibu menyusui mengalami kondisi tersebut. Mayoritas kasus terjadi pasca enam pekan pertama setelah bayi lahir. Namun seringnya, mastitis dialami oleh ibu menyusui pada pekan kedua atau ketiga usai lahiran. Bahkan, mastitis juga bisa terjadi sepanjang masa menyusui.
Seperti yang dialami oleh Ria Ricis, mastitis sangat berpengaruh terhadap produksi ASI yang menjadi sedikit. Bahkan, jika kondisi tak kunjung membaik, membuat seorang ibu terpaksa berhenti menyusui bayinya. Oleh karena itu, kondisi ini tidak bisa dianggap sepele, perlu mendapatkan perhatian khusus dan mengenali tanda-tandanya agar penanangan lebih cepat dilakukan.
Apa Saja Gejalanya?
Untuk para ibu baru, penting sekali mengenali apa saja gejala dari kondisi tersebut. Agar nantinya bisa melakukan langkah yang tepat untuk menanganginya. Berdasarkan situs Mayo Clinic, ada sejumlah gejala yang secara spesifik muncul ketika mastitis terjadi.
Tanda-tanda tersebut seperti pembengkakan pada payudara, penebalan jaringan dan benjolan, nyeri, serta sensasi terbakar ketika menyusui. Ciri-ciri lain yang menunjukkan gejala tersebut ialah kondisi kulit kemerahan dan membentuk sebuah irisan yang jika disentuh akan terasa hangat, demam tinggi disertai rasa dingin, dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius.
Apa Penyebabnya?
Banyak faktor yang menjadi penyebab mastitis pada ibu menyusui. Mengutip dari laman The Womens, sebuah rumah sakit spesialis kesehatan ibu dan anak dari Australia, menyebutkan bahwa ada delapan hal yang bisa menjadi faktor mastitis laktasi. Adapun kedelapan hal tersebut meliputi:
- Posisi salah ketika bayi menyusu, sehingga membuat puting terluka akibat gigitan si kecil.
- Bayi mengalami masalah pada lidahnya, sehingga posisi menyusui kerap salah.
- Adanya luka pada puting, sehingga ketika bayi menyusu bakteri dari mulut bayi masuk.
- Ada jeda panjang, sehingga ibu tidak segera mengosongkan payudara.
- ASI terlalu penuh.
- Adanya penyumbatan pada saluran ASI.
- Ibu berhenti menyusui terlalu cepat.
- Akibat bra yang terlalu ketat.
Perawatan untuk Penyembuhan Mastitis
Meski Seruni akan memberikan beberapa tips perawatan untuk penyembuhan mastitis, kamu juga harus melakukan konsultasi pada dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Adapun beberapa langkah perawatan untuk penyembuhan mastitis pada ibu menyusui, ialah sebagai berikut:
- Terus menyusui, usahakan tidak berhenti, meski perlu usaha yang ekstra, apalagi harus menahan rasa sakit. Namun dengan begitu, akan membuat ASI tetap aman untuk bayi saat mastitis masih dalam proses pemulihan.
- Kamu juga bisa melakukan kompres hangat dengan menggunakan kain atau air hangat yang ditaruh di dalam botol dan dilapisi kain. Tempelkan pada aera yang sakit sebelum menyusui. Cara ini akan membantu aliran ASI menjadi lancar.
- Lakukan pemijatan dengan lembut pada benjolan payudara ke arah puting susu saat menyusui dan ketika mandi.
- Konsumsi obat untuk mengatasi rasa sakit seperti parasetamol atau ibuprofen. Namun, tetap harus dengan izin dokter, ya.
- Perbanyak minum air putih, setidaknya delapan gelas per ahri.
- Istirahat yang cukup. Jangan ragu untuk meminta bantuan pada pasangan, keluarga, atau teman untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga.
- Jika tidak ada perubahan setelah beberapa jam, segeralah periksakan diri ke dokter.
- Apabila dokter meresepkan antibiotik, gunakan obat tersebut sesuai petunjuk. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik yang aman untuk ibu menyusui.
Cara Mencegah Mastitis pada Ibu Menysui
Ada beberapa cara untuk mencegah agar mastitis tidak terjadi pada ibu menyusui, yaitu:
- Ibu menyusui sesering mungkin, minimal 8-12 kali dalam 24 jam (bayi baru lahir).
- Jangan menunda untuk memberikan ASI pada si kecil.
- Ketika bayi tidur, sebaiknya lakukan pumping ASI saat payudara sudah terisi.
- Bangunkan bayi setiap 3 jam sekali untuk menyusu (bayi baru lahir).
- Jangan ragu berkonsultasi pada dokter anak soal posisi bayi menyusu yang benar.
- Berilah ASI pada bayi dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian.
- Hindari susu formula pada bayi, kecuali dalam keadaan mendesak dan atas saran dokter.
- Usahakan tidak menggunakan bra yang terlalu ketat.
- Jangan menekan payudara dengan jari ketika menyusui.
- Istirahat yang cukup dan sebaiknya pada saat bayi tidur.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Teh Pelancar ASI yang Bisa Jadi Pilihan