Seruni.id – Takdir dalam bahasa arab adalah qodar yang berarti ketentuan suatu peristiwa yang terjadi karena pilihan mahluk itu sendiri yang akan dipertanyakan dan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di pada Masyar.
Dalam kitab Al-Fawaid, Imam Ibnul Qoyyim mengatakan “jika sebuah takdir yang buruk menimpa seorang hamba, maka ia memiliki 6 sikap dan sisi pandang“ yaitu :
- Tauhid
Bahwasanya Allah-lah yang meetapkan takdir tersebut sekaligus dan Dialah yang menghendaki dan mewujudkannya. Apa saja yang Allah kehendaki pasti terwujud dan sebaliknya yang tidak Allah kehendaki maka tak akan pernah berwujud
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).
- Keadilan
Dilihat dari sisi keadilan, bahwa dalam kejadian tersebut berlaku hukum-Nya adil dan ketentuan merupakan takdir-Nya sehingga takdir tersebut pasti tidak akan keluar dari sifat Allah yang Maha Adil yang tidak mungkin menzalimi hamba-Nya yang mustahil berbuat lalin terhadap mahluk-Nya.
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya”(Fushshilat:46).
- Rahmat
Sesungguhnya rahmat Allah di balik takdir tersebut pasti lebih mendominasi dibanding murka-Nya dan pembalasan-Nya. Sisi luarnya seolah terlihat sebagai musibah, namun di baliknya ada rahmat dan kasih sayang Allah.
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” (Al-A’raaf:156).
- Hikmah
Bahwasanya hikmah Allah yang tidak kita ketahui mengharuskan seorang hamba ditimpa oleh takdir tersebut. Karena Allah, mustahil menakdirkan sesuatu yang sia – sia dan tidak memiliki maksud dan tujuan di baliknya.
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminuun: 115).
- Terpuji
Bahwasanya segenap takdir dan perbuatan Allah, pasti terpuji dan sempurna. Sekalipun takdir tersebut seolah “buruk”dan dianggap “bendana”di mata kita.
- Ubudiyyah
Bahwasanya kita ini sejatinya adalah murni seorang hamba bagi Allah, kita merupakan milik-Nya secara mutlak maka ketetapan apapun yang ditetapkannya untuk hamba itu murni menjadi haknya.
“.Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”(QS. Az Zumar 62-63)
-dari berbagai sumber-