/1/
YANG menyala di fajar itu adalah tangan ibu.
AKU terbangun ketika ia menyilaukan tidurku.
Merapikan mimpi yang ia selimutkan semalam.
“IBU mau mendengar suara azanmu. Ayahmu
belum juga pulang. Kita sembahyang berjamaah.
Kau sudah besar. Kau pantas jadi imam dan ibu
makmummu.” Sejak itu, aku makin tampak sajak
bijak di matanya, dan mengerti sejuk air wudhu.
/2/
YANG mengalirkan hangat itu adalah tangan ibu.
AKU terbangun ketika ia menyentuh pipi dan
dahiku: meyakinkan lagi, aku masih mengenang
kecupannya di sana, sebelum terlelap semalam.
“IBU mau kau menemukan wangi pada sajadah,
yang sudah ibu hamparkan bagi sembahyangmu.”
Sejak itu, aku suka memperpanjang sujud dan tahu
harus menyebut nama siapa pada doa yang kubaca.
(sumber)