Seruni.id – Cincin pernikahan menjadi sebuah simbol yang sangat sakral. Keberadaannya pun sangat penting bagi pasangan yang hendak menikah. Cincin pernikahan dijadiakn sebagai simbol pengikat pasangan ketika mengucapkan janji suci pernikahan.
Apakah kamu salah satu calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat? Penasaran gak sih, kenapa sebuah pernikahan itu kerap kali disimbolkan dengan pertukaran cincin antara mempelai laki-laki dan perempuan? Dan kenapa cincin selalu melekat di jari manis tangan kanan? Daripada semakin penasaran, yuk Seruni ajak kalian unutk membahas satu per satu tentang sejarah cincin pernikahan, berikut ini:
Sejarah Cincin Pernikahan
Konon, penggunaan cincin pernikahan berasal dari tradisi Mesir Kuno. Menurutnya, cincin yang memiliki bentuk lingkangan tak berujung, menjadi sebuah simbol suatu hubungan tanpa akhir. Lantas, apakah sejak awal Mesir Kuno mengenal cincin perniakhan dalam bentuk emas?
Tentu saja tidak, jauh sebelum ada cincin emas, mereka justru hanya menggunakan rumput atau alang-alang yang kemudian disematkan dijari mempelai pria maupun wanita. Namun, seiring berkembangnya zaman, disadari bahwa cincin dengan filosofi tiada akhir seharusnya tidak dibuat sembarangan.
Hingga akhirnya, mereka mulai berinovasi dan membuat cincin dengan material besi dan berkembang menjadi cincin emas karena dianggap lebih memiliki keindahan. Kini, cincin pernikahan hadir dengan berbagai macam jenis, hingga membuat para calon pengantin galau memilihnya. Ada yang terbuat dari emas, palladium, platinum, dan jenis lainnya yang dipercantik dengan permata bahkan berlian.
Sekarang cincin kawin berlapis berlian sudah menjadi hal lumrah bagi sebagian orang. Meskipun harus merogoh kocek lebih mahal, tapi cincin berlian dianggap memiliki kekuatan dan keindahan tersendiri, yang tak akan pudar walaupun digunakan setiap saat. Namun, di sisi lain, khususnya umat Muslim, laki-laki tidak diperkenankan menggunakan cincin bermaterial emas. Lalu bagaimana?
Tidak perlu khawatir, ya. Meski tidak diperkenankan menggunakan cincin pernikahan berlapis emas, sebagai alternatifnya, mempelai laki-laki bisa menggunakan cincin bermaterial palladium, perak, platinum, dan lainnya.
Kenapa Cincin Pernikahan Selalu Disematkan di Jari Manis?
Terkait penggunaan cincin pernikahan, mungkin masih banyak nih dari kita yang penasaran kenapa sih cincin tersebut selalu disematkan di jari manis tangan kanan? Ternyata menyematkan cincin di jari manis tidak dilakukan sembarangan, ya. Keberadaan cincin pernikahan di jari manis tangan kanan dijadikan sebagai simbol status seseorang sudah menikah, yang mana tangan kanan adalah bagian tubuh yang paling sering digunakan. Mayoritas orang menggunakan tangan kanan untuk melakukan beragam aktivitas sehari-hari. Hal ini dianggap bahwa tangan kanan memiliki kekuatan yang akan membawa kebaikan.
Selain sebagai simbol status, jari manis tangan kanan juga cenderung lebih besar ukurannya dan lebih kuat daripada jari lainnya. Sehingga ketika menggunakannya di jari manis tangan kanan, tidak perlu khawatir akan lepas, kecuali memang dilepas sendiri dengan sengaja.
Uniknya, di sebagian budaya barat cincin kawin disematkan di jari manis tangan kiri, mereka beranggapan bahwa manusia pada umumnya memakai tangan kanan sebagai tangan dominan untuk melakukan banyak hal. Penempatan cincin di jari manis tangan kanan akan menyebabkan perhiasan tersebut lebih mudah rusak atau tergores sehingga mereka menyematkannya di jari manis tangan kiri.
Tangan kanan ataupun kiri sepertinya tidak perlu dijadikan perdebatan karena keduanya sama-sama memiliki sisi positif, yang penting ketika membeli cincin pernikahan itu harus berdua dengan pasangan agar tidak salah pilih ukuran dan jenis cincin pernikahannya. Sayang kan kalau sudah dibeli taunya pasangan kalian tidak suka atau malah ukuran cincinnya tidak sesuai?
Baca Juga: 30 Rekomendasi Kado Pernikahan Murah yang Berkesan dan Bermanfaat
Jadi, begitulah sejarah cincin pernikahan pada masanya dulu. Ketika saat ini menjadi identik dengan sebuah simbol pernikahan, hal itu sudah lebih dulu ada dari zaman dulu. Makna tersebut akan selalu ada sampai kapanpun.