Seruni.id – Ada sebagian orang yang berutang pada orang lain, namun, ketika ia punya uang dan mampu, ia tidak segera melunasinya. Orang tersebut malah mendahulukan kebutuhan lainnya. Saat seorang Muslim menunda pelunasan utang, ini adalah salah satu bentuk dari kedzaliman. Maka, satu hal yang penting untuk diingat adalah kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja. Sehingga malaikat maut telah datang, sementara ia masih dalam keadaan berutang, maka akan sulit untuk membayarnya.
[read more]
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Penundaan (pembayaran utang dari) seorang yang kaya adalah sebuah kelaliman, maka jika salah seorang dari kalian dipindahkan kepada seorang yang kaya maka ikutilah.”
Orang yang menunda pelusanan utang akan merugi dunia-akhirat. Berikut beberapa hal tersebut:
Pahalanya Akan Berkurang
Barangsiapa yang menunda pelunasan utang, ia akan kehilangan pahalanya di akhirat kelak. Sebagaimana yang telah diriwayatkan,
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari Kiamat nanti) karena di sana (di Akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414).
Dosanya Tidak Akan Diampuni Meski Mati dalam Keadaan Syahid
Betapa meruginya seseorang yang meninggal dalam keadaan syahid tetapi ia masih meninggalkan utang di dunia. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang.” (HR. Muslim no. 1886).
Maka, alangkah baiknya kita tidak mudah berutang pun memberi utang pada orang yang kita tahu bahwa ia akan sulit melunasinya. Dan jangan pula memberi jalan bagi mereka untuk berbuat zalim terhadap dirinya sendiri dengan memberikan utang yang akan sulit ia lunasi.
Terkatung-katung Jiwanya Sampai Utang Tersebut Lunas
Orang yang menunda pelunasan utang nasibnya akan mengatung, tidak jelas atau tidak pasti ia akan selamat atau binasa. Bukankah kita tidak senang dengan ketidakpastiaan? Apalagi, untuk urusan di akhirat nanti, yaitu antara surga dan neraka. Sebagaimana diriwayatkan bahwa, “Jiwa seorang Mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078 dan Ibnu Majah no. 2413).
Menghadap Allah dengan Status Sebagai Pencuri
Selanjutnya, telah dijelaskan pula bahwa orang-orang yang berutang dan tidak ada niat untuk melunasinya, kelak di akhirat mereka akan masuk ke dalam golongan pencuri. Serta mendapatkan hukuman layaknya hukuman yang akan diterima oleh para pencuri. Telah diriwayatkan bahwa, “Siapa saja yang berutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari Kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410).
Akan Mendapat Kehinaan di Siang Hari dan Kegelisahan di Malam Hari
Umar bin Abduk Aziz pernah berkata,
“Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berutang, meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya utang adalah kehinaan di siang hari kesengsaraan di malam hari, tinggalkanlah ia, niscaya martabat dan harga diri kalian akan selamat, dan masih tersisa kemuliaan bagi kalian di tengah- tengah manusia selama kalian hidup.”
Namun, bagi yang terpakasa berutang karena suatu keadaan yang darurat, tidak perlu terlalu khawatir, karena jika memang terpaksa dan berniat untuk melunasinya, maka akan dipermudah oleh Allah SWT. Ancaman tersebut hanya berlaku bagi orang-orang yang berutang namun enggan membayarnya.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Bagaimanakah Adab Menagih Utang yang Benar?
[/su_box]
Beruntunglah orang-orang yang terbebas dari utang, karena tidak akan merasakan kerugian tersebut. Sebagaimana yang disebut oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] utang, maka dia akan masuk surga”. (HR. Ibnu Majah no. 2412). Ya Allah, lindungilah kami dari berbuat dosa dan beratnya utang, maka berilah kemudahan untuk kami dalam melunasinya. Aamiin.
[/read]