Suci Ariyanti, Seorang Gadis Indonesia yang Merajut Mimpi di Swedia

Suci Ariyanti

Seruni.id – Mimpi mana yang tak mudah dijalani? Semua bisa bermimpi, tapi tidak semua bisa mewujudkannya. Karena, dibutuhkan perjuangan yang luar biasa, untuk bisa menggapai apa yang kita citakan. Seperti kisah yang dibagikan oleh seorang gadis asal Indonesia, Suci Ariyanti. Ia merupakan salah satu penerima beasiswa S2 dari Swedish Institute Study Scholarship (SISS). Mimpi Suci untuk bisa kuliah di luar negeri akhirnya tercapai, tapi bukan dengan begitu saja, melainkan setelah ia merasakan jatuh bangun dalam mengajukan beasiswa.

Kerasnya Perjuangan Suci Ariyanti Merajut Mimpi di Swedia

Kebiasaan wanita kelahiran 25 Maret 1992 ini adalah menonton film barat, ia juga gemar mendengarkan musik klasik, dan memiliki keinginan bisa merasakan winter. Hal inilah yang membuatnya terus bermimpi untuk bisa kuliah di luar negeri. Semua dimulai sejak SMA, ia mengajukan pertukaran pelajar ke Jepang dan ke Amerika. Namun, masih kegagalan yang ia dapatkan.

Baru setelah lulus SMA, keberuntungan mulai menghampiri Suci. Karena ia sempat mendapat beasiswa S1 ke Singapura. Tapi sayangnya? Beasiswa ini tidak jadi dia ambil, karena hanya mencakup biaya kuliah saja, tidak termasuk biaya hidup dan lain-lain. Maka, dengan sabar akhirnya Suci mengalah pada egonya, melanjutkan kuliah S1 di IPB, dan berusaha untuk mendapat beasiswa keluar negeri saat S2.

Langkah awal Suci dimulai dengan mengikuti beasiswa pertukaran pelajar ke Tokyo University of Agriculture, Jepang selama 10 hari, yang merupakan salah satu program dari IPB. Tidak berhenti sampai disitu, secara independen Suci juga mencoba apply summer scholarship ke pemerintah Turki, dan? Berhasil! Kali ini ia menghabiskan waktu 2 bulan untuk summer scholarship di Ankara University, Turki.

Dua kesuksesannya dalam meraih kesempatan untuk pertukaran pelajar membuat Suci semakin bersemangat untuk mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri. Namun, sayangnya hampir semua program beasiswa S2 mengharuskan pelamar untuk memiliki pengalaman bekerja minimal 3 tahun. Sedangkan kondisi Suci saat itu baru lulus S1 dengan IPK yang tergolong biasa saja, tentu hal ini tidak menguntungkan baginya.

Baca Juga: Kisah Ahmed Serhani Dijadikan Film, “Supir Bus Muslim Teramah di London”

Akhirnya, Suci kembali menahan ego untuk kuliah di luar negeri, dan memilih bekerja di Jakarta terlebih dahulu. Selain demi memenuhi persyaratan bekerja minimal 3 tahun, keputusan Suci untuk bekerja juga didasari kebutuhan dana untuk ikut kursus IELTS. Jadi, Suci memang bekerja untuk mempermudah jalannya dalam mendapatkan apa yang ia impikan; beasiswa S2 keluar negeri.

Dan Tuhan memang selalu tahu apa yang terbaik untuk kita, ya? Suci yang sedang dalam persiapan beasiswa, akhirnya diterima bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta dan mengikuti program management trainee.

Selama mengikuti program ini, Suci mendapat kesempatan untuk bekerja secara langsung di bawah CEO. Setiap 3 bulan, ia harus presentasi menggunakan bahasa Inggris di hadapan CEO nya. Secara tidak langsung kondisi ini membuat kemampuan speaking dan writing Suci semakin meningkat.

Setidaknya, Suci bekerja di bank ini selama 3 tahun dengan rincian 1 tahun program management trainee dan ikatan dinas selama 2 tahun. Suci menargetkan untuk menyelesaikan ikatan dinasnya di tahun 2016. Dan pada tahun 2013-2015 pun ia mulai menabung serta mengikuti preparation course untuk IELTS.

Sebelum sukses mendapatkan beasiswa dari Swedish Institute, Suci sempat mengalami kegagalan saat apply beasiswa lain seperti LPDP, New Zealand Scholarship, Turkish Scholarship, Chevening Scholarship, dan Kominfo Scholarship. Bahkan, sebenarnya saat menerima pengumuman bahwa ia lolos beasiswa Swedish Institute, Suci sedang dalam proses apply Australian Scholarship.

Hal ini jelas membuat Suci sangat bersyukur, karena bisa mendapatkan beasiswa S2 melalui Swedish Institute Study Scholarship (SISS). Karena penerima beasiswa ini tidak diharuskan untuk pulang langsung ke negaranya setelah habis masa studi. Maka, Suci memiliki kesempatan untuk bekerja pun tinggal di Swedia, setelah studinya berakhir.

Melalui beasiswa ini, akhirnya Suci berhasil melanjutkan S2 di Halmstad University, dengan mengambil jurusan Strategic Entrepreneurship. Keputusan Suci untuk mengambil jurusan ini terbentuk karena ia memiliki mimpi kelak bisa membuka bisnisnya sendiri.

Halmstad University terletak di sebuah kota kecil di Swedia. Kondisi ini sangat sesuai dengan keinginan Suci untuk tinggal dan menempuh pendidikan di kota kecil. Selain biaya hidup yang tidak telalu tinggi, kesempatan untuk bertemu warga lokal pun sangat besar.

Selain itu, di kota kecil ini Suci juga terbiasa bersepeda untuk beraktivitas setiap harinya. Dari sini, Suci juga menyadari jika ia adalah pesepeda yang buruk. Namun, terlepas dari semua itu, Suci juga memiliki beberapa pengalaman berkesan saat menempuh studi di Swedia.

Ia pernah naik kereta yang salah dan hampir membayar jutaan rupiah karena hal tersebut. Ia juga pernah bersosialisasi di pesta yang identik dengan alkohol, tapi tidak ada yang mempermasalahkan kondisi Suci yang tidak mau minum dan mengenakan hijab.

Semua orang sangat menghargai itu. Kondisi orang-orang Swedia yang tidak terlalu show up di media sosial karena alasan keamanan juga membuat Suci kerap harus meminta izin setiap kali hendak membuat vlog.

Sementara untuk sistem pendidikan di Swedia? Tentu sangat berbeda dengan Indonesia. Di sana, kuliah berlangsung selama 2-3 hari dalam seminggu, dan rata-rata hanya 4 jam per harinya. Mayoritas tugas juga harus diselesaikan dengan cara berkelompok.

Persentase antara kerja kelompok dan individu di sini ada di kisaran 80% berbanding 20%. Bahkan, kabarnya saat thesis nanti pengerjaannya pun dilakukan oleh dua orang. Jadi, di sana tidak ada tugas dadakan, dan semua terorganisasi dengan baik. Secara keseluruhan, Suci menganggap sistem pendidikan di Swedia ini mengajarkan independency dan self-awareness.

Menurut Suci, ada banyak keuntungan yang ia peroleh dengan kuliah di luar negeri. Beberapa di antaranya adalah ia bisa merasakan perbedaan musim, mendapat teman dari berbagai negara di dunia, bisa berpikir dari sudut pandang yang berbeda, dan semakin menghargai atas apa yang ia miliki saat ini.

Secara tidak langsung, Suci yang menjadi satu-satunya mahasiswi Indonesia di Halmstad University pun bisa terus mengasah kemampuan bahasa Inggrisnya agar semakin baik.

Pengalaman dalam menerima berbagai kegagalan untuk meraih beasiswa, mau tidak mau membuat Suci semakin matang dan kuat bangkit saat harus terjatuh. Suci pun membagikan sedikit tips dan trik untuk kamu yang sedang berburu beasiswa:

  • Kenali diri sendiri untuk tahu keinginan dan kemampuanmu, mulai dari negara tujuan, hingga jurusan yang kamu inginkan.
  • Lengkapi semua persyaratan yang dibutuhkan, dan persiapkan segalanya dengan sebaik mungkin.
  • Dapatkan skor IELTS/TOEFL yang baik. Jangan lelah untuk terus mengasah kemampuan writing dan speaking, karena komunikasi biasanya akan menggunakan bahasa Inggris dan kamu harus menulis banyak sekali essay. Maka, menonton film Inggris dan mendengarkan serta membaca lirik lagu berbahasa Inggris juga bisa membantu mengasah kemampuanmu ini.
  • Terakhir, jangan pernah menyerah, fleksibel, dan tetap fokus terhadap progress.

S E M A N G A T!