Seruni.id – 2005 lalu, seorang wanita Italia bernama Fatima Asmaa Paciotti (55) memutuskan untuk menjadi mualaf. Menjadi Muslimah membuatnya ingin selalu mengenakan busana Muslim. Namun sayang, kala itu sulitnya mencari busana Muslim di negaranya menjadi kendala tersendiri.
Sulitnya Mencari Busana Muslim
Fatima mengaku kesulitan berbusana yang mencerminkan imannya dikombinasikan dengan gaya pribadinya. Oleh sebab itu, semangatnya mulai terpacu untuk memproduksi sendiri pakaian Muslim guna mengakomodir kebutuhan Muslim di provinsi tempat tinggalnya.
“Saya hanya menemukan pakaian berkualitas buruk, yang juga mahal. Mereka tidak bertahan lama, dan kadang-kadang mereka merasa tidak nyaman,” katanya seperti dikutip dari khazanah.republika.co.id pada Senin (7/10/2019).
Awal memulai usaha, ia hanya memasarkan pakaian Muslimnya ke Facebook itu pun masih dalam skala kecil. Ketika bisnisnya semakin populer, Fatima kemudian mendirikan sebuah butik fashion kelas atas bagi Muslimah yang diberi nama Fatima Shop.
Toko miliknya bahkan menjadi terkenal lantaran lokasinya yang terletak di Cantu di provinsi Como. Seperti diketahui, provinsi Como merupakan wilayah di mana walikota yang terpilih pada putaran pertama pemilihan umum berasal dari partai politik sayap kanan-jauh, The League.
The League terkenal karena kampanye kerasnya melawan migran, yang sebagian besar dari mereka adalah Muslim. Partai ini pun telah menentang keberadaan masjid atau ruang ibadah yang dibuka untuk Ramadhan.
Kota tersebut menjadi tempat konflik mengenai hak-hak wanita Muslim ketika politisi Nicola Moltenu melancarkan pertempuran melawan wanita yang memilih untuk memakai kerudung di tempat-tempat umum.
Butiknya Berpusat di Como
Seorang jurnalis bernama Elisabetta Invernizzi, yang menulis sebuah artikel tentang Fatima, tertarik pada cerita tersebut. Sebab, butik Fatima berpusat di Como, tempatnya dilahirkan.
“Butik itu bisa dibuka di Milan, di ibu kota Mode, tetapi Paciotti memilih Cantu wilayah yang dipimpin partai sayap kanan dari Presiden Matteo Salvini,” kata Elisabetta.
Kisah Fatima tersebut setidaknya telah mengganti stereotip tentang Muslim dan berjilbab. Elisabetta berharap kisah Fatima juga akan mendorong debet serius tentang politik di Italia dan menumbuhkan rasa ingin tahu tentang mode dan tradisi Islam.
“Partai-partai sayap kanan, pada saat ini dalam sejarah, memiliki banyak dukungan,” kata Elisabette, “Muslimah adalah salh satu dari banyak kambing hitam.”
Fatima mengungkapkan, reaksi dari para pembaca di Italia juga terpecah atas tulisannya tentang Fatima. Menurutnya, beberapa orang berharap Fatima Shop gagal dan percaya (secara tidak benar) bahwa mengenakan jilbab membebankan atas semua wanita Muslim.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]Hengkang dari Noah, Kini Uki Lebih Fokus Jualan Baju
[/su_box]
Sementara itu, yang lain justru menyambut baik toko tersebut. Akan tetapi, Fatima justru mengatakan bahwa dia perlahan-lahan memenangkan hati dan pikiran tetangga barunya itu, bahkan mereka yang awalnya khawatir tentang keberadaan toko pakaian Muslim miliknya.