Seruni.id – Rumana menjadi satu dari enam tokoh penting Muslim Amerika yang bekerja di Gedung Putih. Beberapa Muslim memang diketahui memegang jabatan ‘sensitif’ National Security Council. Beberapa di antaranya berkontribusi pada legislatif, imigrasi, serta teknologi dan sains untuk departemen di Gedung Putih.
Pada artikel ini, Rumana berbagi kisahnya seperti yang diliput oleh Al Arabiya.
Perempuan berhijab penghuni gedung putih itu bernama Rumana Ahmed. Rumana menyebut dirinya sendiri sebagai ‘The Hijabi’, merujuk pada hijab yang menutup kepalanya. Hijab tersebut tetap dikenakan meski tengah menjalankan tugasnya sebagai penasihat dari Ben Rhodes, Deputi Keamanan Nasional untuk Presiden Barack Obama.
Muslim sudah menjadi bagian dari debat politik untuk keamanan nasional dan imigrasi. Namun sejak kepemimpinan Donald Trump, Muslim mendapat halangan dan menjadi target. Trump mencoba menghalangi Muslim untuk masuk ke wilayah politik Amerika Serikat (AS) dan berkata ‘sampai kami tahu apa yang akan kami lakukan pada mereka’. Sejak kepemimpinan Trump pula, Rumana Ahmed memutuskan mundur dari Gedung Putih.
Rumana merupakan sosok Muslimah aktif dan penuh dengan semangat. Ia bahkan merupakan salah satu penasihat senior yang bekerja untuk Rhodes. Perempuan ini lahir di pinggiran Kota Washington DC, Gaithersburg. Ia memiliki darah Maryland dan Bangladesh. Rumana tak pernah menyangka kariernya di Gedung Putih akan meningkat seperti ini sebelumnya. Semua berawal sejak 2008 silam ketika Obama mengatakan tentang perubahan dan kesempatan.
Satu tahun kemudian ia berhasil masuk Gedung Putih dengan bekerja sebagai salah satu staf. Pengalaman paling menarik ia dapatkan ketika bekerja untuk program Champions of Change. Kemampuan yang ia pelajari selama bekerja membuatnya bisa menolong komunitas Muslim di AS.
Karena mengenakan hijab ini membuat sosok Rumana menjadi sosok panutan Muslimah Amerika. Ia bahkan mendapat perhatian dari aktor Adam Scott. Sang aktor menanyakan perihal hijab yang ia kenakan dan menyeimbangkan dengan pekerjaan.
Scott mengatakan bahwa Rumana telah menginspirasinya. Scott bahkan ingin anaknya bisa mengekspresikan diri seperti Rumana. Rumana sadar, posisinya di Gedung Putih memberikan pengaruh besar bagi komunitas Muslim Amerika. Sebelumnya perbedaan sungguh nyata di dunia politik Amerika, dan ia lahir sebagai simbol.
Keberadaan Rumana di dalam Gedung Putih juga membuat banyak kejutan. Ketika Rumana berkunjung ke Maroko, seorang tamu dari Palestina bahkan terkejut melihat sosoknya bisa bekerja di dalam Gedung Putih. Peran Rumana di Gedung Putih juga mendapat apresiasi dari Rhodes, tokoh yang ia dampingi selama bekerja.
“Rumana sosok yang bisa menggabungkan antara negara dan kepercayaan yang ia punya, berkat Rumana keduanya ternyata bukan sebuah konflik,” ungkap Rhodes.
Sumber: Republika