Seruni.id – Jennie Nabilah, mahasiswa semester lima Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, berhasil menginspirasi banyak orang melalui kisah perjalanannya yang mengagumkan.
Jennie Nabilah baru-baru ini berhasil mengukir prestasi yang luar biasa. Ia berhasil lolos seleksi MORA Overseas Student Mobility Award (MOSMA) Kementerian Agama dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat.
Hal tersebut menjadi sebuah pencapaian gemilang, yang tidak hanya menghargai dedikasi dan usahanya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Perjalanan Jennie untuk meraih ini semua, tentu tidak mudah. Ia harus menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Bahkan, sejak dirinya duduk di bangku kelas 5 SD, ayah tercintanya meninggal dunia. Peristiwa ini seolah mengguncang keluarganya, apalagi tulang punggung ekonomi keluarga mereka telah tiada.
Berikut Seruni telah merangkum, perjalanan Jennie Nabilah, yang bisa dibilang tidak mudah, tapi berakhir indah. Yuk simak bersama-sama. Semoga saja, ini bisa menjadi inspirasi dan pemicu semangat bagi kita semua.
1. Nyaris Putus Sekolah
Jennie Nabilah telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar (SD). Namun, ia harus menghadapi tantangan cukup besar ketika hendak melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP). Saat itu, kondisi ekonomi keluarganya sedang tidak baik-baik saja, membuat dirinya nyaris putus sekolah.
Namun, Jennie percaya akan kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa. Sebab, Dia-lah yang memiliki rencana yang tak terduga bagi setiap hamba-Nya. Rencana-Nya itulah yang akhirnya mengantarkan Jennie untuk merasakan indahnya kuliah di Amerika.
Dengan mata yang berbinar, Jennie membagikan kisah inspiratif perjalanan beratnya hingga akhirnya berhasil lolos seleksi MOSMA Kemenag. Keberhasilan ini memberinya kesempatan emas untuk mengikuti kuliah selama satu semester di Buffalo State University, Amerika Serikat.
“Lulus SD 2016, saya hampir saja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SMP karena alasan biaya. Saat itu saya hampir putus sekolah,” ujarnya.
2. Dikenal Sebagai Anak yang Gigih Belajar
Hidup di tengah keluarga yang sederhana, semangat belajar telah melekat pada diri Jennie sejak ia kecil. Sejak usia dini, ia telah menunjukkan ketekunan yang luar biasa dalam menimba ilmu. Baginya, sekolah adalah sumber kebahagiaan yang tak tergantikan. Bahkan, meski pada waktu itu usianya belum mencukupi, Jennie selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah.
“Saya sering merasa terpacu dan selalu ingin menemukan hal baru. Tapi seperti jalan raya pada umumnya, pasti ada beberapa lubang yang harus dilewati,” ujar Jennie.
Lubang yang dimaksud oleh Jennie itu mulai ia rasakan, semenjak sang ayah meninggal dunia. Kondisi ekonomi keluarga sedang sulit, membuatnya tak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah.
Saat Jennie tengah berjuang dengan tantangan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, Tuhan menjawab doanya dengan memberikan bantuan yang tak terduga. Seorang tetangga, yang juga seorang guru les, datang dengan penuh kebaikan ke rumah mereka.
“Dia memberitahukan bahwa akan ada orang yang membantu biaya sekolahku hingga kuliah. Ini sesuatu yang sebelumnya terasa tidak mungkin digapai, tapi seolah kejutan. Surprise! Aku percaya setiap niat baik akan ada jalannya,” kata Jennis.
Pertolongan tersebutlah yang membaut Jennie dapat melanjutkan pendidikan. Bantuan yang diperoleh Jennie, seolah menjadi tanggunng jawab yang harus dijalani dengan baik dan sungguh-sungguh.
3. Setiap Tahapan Dijalani dengan Serius, Memiliki dengan Fasilitas Terbatas
Dalam setiap tahap pendidikannya, Jennie kerap melibatkan diri dengan tekad yang sungguh-sungguh. Ia berusaha keras untuk mengembangkan jiwa kompetitif, meskipun menghadapi keterbatasan fasilitas yang melingkupinya.
Misalnya, ketika sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade, ia tidak hanya menghadapi tantangan dalam mengikuti les tamabahan, tetapi bahkan untuk memperoleh buku soal latihan saja, ia harus mencari cara dengan meminjam dan menggandakan fotokopinya.
“Dulu masih merasa pesimis ketika melihat eman sejawat bisa pergi ke les privat olimpiade. Namun, aku percaya yang terpenting jangan membatasi kegigihan diri sendiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri, karena sebenarnya konsep itu yang mahal untuk berjalan,” ujar Jennie.
4. Dihadapkan dengan Masalah Biaya
Saat melanjutkan pendidikan, lagi-lagi ia dihadapkan dengan persoalan biaya.
“Orang yang selama ini membantu pendidikan saya dari SMP hingga SMA, dia hanya sanggup untuk membiayai kuliah saya jika bukan melalui jalur mandiri,” ujarnya.
Meski begitu, Jennie sangat berterima kasih, karena berkat bantuannya tersebut, ia bisa melanjutkan sekolah hingga jenjang SMA. Namun, keinginannya untuk kuliah masih tetap ada, ia pun berusaha mendaftar pada jalur prestasi, sehingga memungkinkannya mendapatkan beasiswa, tetapi upayanya belum membuahkan hasil.
Bingung mendera. Liburan sekolah setelah lulus SMA praktis kurang bisa dinikmatinya, apalagi saat diskusi dengan keluarga dan teman-teman, tidak sedikit yang bilang tidak perlu kuliah.
“Sempat down, tapi sejak kecil saya selalu ingin terus berjalan jauh di jenjang pendidikan. Sempat terbesit, apakah memang harus sampai di sini saja?” ujarnya lagi.
5. Sempat Putus Asa, Kini Ada Dua Orang yang Membantu Pendidikannya
Jennie Nabilah terus berupaya untuk memupuk asa, dirinya yakin bahwa akan ada jalan agar ia tetap bisa melanjutkan pendidikan. Dan bersyukurnya, lagi-lagi Tuhan menjawab segala doanya, bahkan melalui jalan yang sungguh di luar dugaan.
“Sekali lagi, memang manusia ini terbatas, tapi Tuhan tidak,” lanjutnya.
Kini ada dua orang yang membantu membiayai pendidikannya. Dia pun mendaftar dan diterima di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Jalan menimba ilmu di bangku kuliah terasa semakin mulus, setelah Jennie di UIN Sunan Ampel mendapat beasiswa.
Pada 15 Juni 2023, Jennie mendengar program MOSMA Kementerian Agama. Ada peluang beasiswa kuliah di luar negeri bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
MOSMA merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka. MOSMA berbentuk program mobilitas fisik yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri.
Program ini berlangsung selama satu semester dengan durasi maksimal enam bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam Satuan Kredit Semester (SKS) di kampus asal.
Jennie tidak menyia-nyiakan peluang ini. Kuliah di Amerika yang tak pernah dibayangkan, kini terbuka jalannya.
“Hadirnya program MOSMA terasa tepat waktu. Langsung saja jemput kesempatan, menyiapkan berkas, sertifikasi bahasa, wawancara, dan dinyatakan lolos dengan negara tujuan Amerika. Rencana Tuhan se-out of the box itu ya?” ucap Jennie.
“Insya Allah saya terbang ke Amerika pada 26 Agustus 2023,” lanjutnya.
Baca Juga: 7 Anak Artis yang Berprestasi, Bikin Bangga dan Menginspirasi