Seruni.id – Menghadiahkan mahkota untuk orangtua di surga kelak, menjadi cita-cita yang sangat mulia bagi seorang penghafal Al-Qur’an asal Kota Tegal, Muhammad Ghazali Akbar alias Ahmad.
Sejak usia dini, Ahmad memang sudah mencintai Al-Qur’an. Bahkan, saking cintanya terhadap kalamullah, di usianya yang masih sangat belia ia sudah mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an.
Hafal 30 Juz dan 200 Hadis
Tidak hanya mampu menghafal 30 juz, rupanya ia juga hafal kurang lebih 200 hadis. Selain sebagai bentuk ketaatannya terhadap Allah SWT dan agama, menghafal Al-Qur’an menjadi cita-citanya agar dapat membahagiaan sang ibu dan memakaikan mahkota di surga kelak.
“Alhamdulillah hafalan Al-Qur’an saya sudah 30 juz dan 200 hadis. Saya ingin membahagiakan ibu dan memakaikan mahkota untuk orangtua di surga,” tutur Ahmad.
Ahmad hidup bersama ibu, kakak, dan adiknya, sedangkan sang ayah telah meninggal dunia pada 2014 silam. Sejak kepergian ayahnya, Ahmad berkeinginan untuk masuk pesantren. Sebab, ia tak ingin merepotkan sang ibu. Padahal, saat itu usianya masih 5 tahun.
“Dia (Ahmad) memutuskan sendiri (masuk pesantren). Dia bilang, ‘Ibu saya besok ikut Mas Rafa mondok, ya’. Terus saya bilang, ‘Jangan, dek, kamu masih kecil, ibu sama siapa?’ ‘Enggak apa-apa, bu, nanti ibu repot ngurus dek Faza. Enggak apa-apa aku mondok aja sama Mas Rafa. Dia berkeras mau mondok,” tutur sang ibu, Sri Ayu.
Tidak Menangis Ketika Dimasukkan Pesantren
Ibunya begitu terharu ketika ustaz di pesantren bercerita, jika sang anak adalah satu-satunya santri yang tidak menangis di malam pertama masuk.
“Ustaznya cerita, ‘Ibu, saya bertahun-tahun (melihat) anak-anak setiap kali yang masuk ke pondok ini, malam pertama pasti nangis. Mau tidur nangis ingat ibunya. Baru Ahmad ini yang enggak (menangis), dia berdoa untuk ayah, ibunya, buat kakak dan adiknya,” ungkap Sri Ayu.
Meski usianya masih sangat muda, tapi Ahmad memiliki pemikiran dan sikap yang lebih dewasa dari kakak dan adiknya. Meski Sri Ayu harus berjualan kue untuk membesarkan keempat anaknya seorang diri, tapi ia bisa menyekolahkan tiga anaknya di pesantren.
“Saya mulai usaha bikin kue dan alhamdulillah. Allah yang mencukupkan, mungkin kalau dipikir-pikir anak pertama di Gontor, anak kedua di pondok, Ahmad juga dan ada adiknya. Kalau dari jualan saya enggak cukup secara itung-itungan manusia. Tapi, saya percaya ada yang memberi saya, ada yang mencukupkan saya,” jelasnya.
Pendiri Pondok Pesantren De Muttaqin, Ike Muttaqin, bercerita Ahmad masuk ponpesnya pada 2016. Ketika mendaftar di pesantren itu, Ahmad sudah menguasai Alquran sebanyak 9 juz, tapi yang benar-benar lancar hanya 1 juz.
“Alhamdulillah Ahmad kami terima, kemudian kami coba perbaiki hafalannya, dan alhamdulillah hafal Alquran 30 juz dalam waktu 8,5 bulan,” jelasnya.
Ike pun berharap kehadiran Muhammad Ghazali Akbar, bisa menjadi motivasi untuk anak-anak mau menghafal Alquran.
“Harapannya kami dengan hadirnya Ahmad dan Kamil mungkin para penghafal Alquran lainnya yang anak-anak kecil kita harap mereka bisa jadi figur idola yang ada. Kuncinya kesungguhan,” papar Ike.
Warga Desa Sidakaton, Ustadz Nur, juga mengatakan sangat bangga dan bersyukur karena salah satu muridnya hafal Alquran sampai 30 juz.
“Semoga bisa menjadi motivasi untuk anak-anak TPQ maupun lingkungan terutama Desa Sidakaton untuk bisa mengikuti jejak Ahmad,” tutup Nur.
Baca Juga: Harumkan Nama Indonesia, Jihan Afifah Sabet Juara 2 MTQ di AS