Seruni.id – Sebagai seorang Muslimah, kita tentunya memiliki kewajiban yang harus dijalankan, seperti beribadah, menjaga kehormatan dan kemuliaan diri, melaksanakan rukun-rukun Islam dan lainnya. Semua merupakan bentuk keistimewaan yang khususkan Allah atasnya, sehingga tidak ada alasan baginya untuk melalaikan segala kewajiban yang diembannya.
Namun, jika seorang wanita Muslimah telah melakukan sebagian besar kewajibannya itu, tetapi dia belum menutup auratnya dengan berhijab, bagaimana hukumnya? Apakah ibadah-ibadah yang dilakukannya selama ini diterima atau tidak?
Banyak kaum hawa yang berpikir, bahwa tidak memakai jilbab merupakan dosa kecil yang dapat tertutupi dengan pahala dari ibadah-ibadah yang telah dikalakukannya. Sayangnya, ini adalah pemikiran yang salah dan harus diluruskan. Wanita yang tidak meutup auratnya, tidak hanya berdosa besar kepada Allah, tetapi seluruh pahala dan amal ibadahnya akan terhapus.
Seperti yang tertulis dalam firman Allah SWT,“…Barangsiapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Maidah: 5).
Na’udzubillah. Semoga kita terhindar dari azab Allah yang sangat pedih. Terdapat sebuah kisah menggetarkan tentang seorang perempuan yang menganggap bahwa dosa tidak mengenakan hijab adalah dosa kecil. Berikut kisahnya:
Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya, ia belum menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, ”Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab.” Ini adalah jawaban yang sering terdengar dari kaum Hawa. Sudah banyak orang menanyakan maupun menasihatinya, tapi jawabannya tetap sama.
Hingga di suatu malam, ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas dipinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.
Ia tak sendiri. Ada beberapa wanita disitu yang terlihat juga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.
“Assalamualaikum, Saudariku…”
“Wa’alikum salam. Selamat datang, Saudariku.”
“Terimakasih. Apakah ini surga?”
Wanita itu tersenyum. “Tentu saja bukan, Saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga.”
“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.”
Wanita itu tersenyum lagi, “Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, Saudariu?”
“Aku selalu menjaga waktu salat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah.”
“Alhamdulillah…”
Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman mulai memasukinya satu per satu.
“Ayo kita ikut mereka,” kata wanita itu setengah berlari.
“Ada apa di balik pintu itu?” katanya sambil mengikuti wanita itu.
“Tentu saja surga, Saudariku,” larinya semakin cepat.
“Tunggu..tunggu aku…” teriak si wanita itu. Dia berlari namun tetap tertinggal, padahal wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum kepadanya.
Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak, “Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan?”
“Sama dengan engkau, Saudariku,” jawab wanita itu sambil tersenyum.
Wanita itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati peintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu. “Amalan apa lagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?”
Wanita itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata, “Apakah kau tak memperhatikan dirimu, apa yang membedakan dengan diriku?”
Ketika itu, ia sudah kehabisan nafas, dan tak mampu lagi menjawab. “Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke surga-Nya tanpa jilbab menutup auratmu?”
Tubuh wanita itu telah melewati pintu. Tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata, ”Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati.”
Ia tertegun lalu terbangun, beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan shalat malam. Menangis dan menyesali perkataanya dulu. Berjanji pada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.
Saudariku, “Sesungguhnya seorang mukmin dosanya itu bagaikan bukit besar yang kuatir jatuh padanya, sedang orang kafir memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap diatas hidungnya.”
Setelah membaca kisah di atas, bagi mereka yang belum menutup auratnya dapat menanyakan ke dalam hati nurani mereka masing-masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu bisa terjatuh menimpanya atau bagaikan lalat yang hinggap di hidung mereka?
Jika masih menganggap enteng dosa mereka bagaikan lalat yang hinggap di hidungnya, maka tak akan ada kata taubat di dalam hidupnya. Atau dengan kata lain tidak ada perasaan takut kepada Allah, itulah yang membuat mereka kekal di dalam neraka. Tak hanya itu, mereka juga tidak akan mendapatkan syafaat di kahirat nanti.
Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala salatnya yang hidup di zaman ini dan di zaman yang akan datang. Semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:
“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat, tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi mereka”.
Dari hadits diatas, ada sepenggal kalimat “sebenarnya bukan mendirikan shalat” maksudnya ialah nilai shalat mereka tidak ada disisi Allah. Karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari ayat tentang perintah jilbab.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Mana yang Lebih Dulu, Menghijabkan Hati atau Aurat?
[/su_box]
Begitulah Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banyak ummatnya dari kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan salat, tetapi tidak memakai jilbab semasa hidupnya. Apakah kita yang mengaku mencintai sesama ummat Nabi Muhammad SAW akan diam berpangku tangan membiarkan kaum wanita berada dalam dosa yang bergelimpangan? Tentu tidak. Mari saling mengingatkan.