Seruni.id – Perbedaan tentu ada disetiap keluarga. Entah perbedaan pendapat, sifat, maupun keyakinan. Meskipun terdapat perbedaan satu sama lain, kita harus tetap menghormati mereka. Seperti kisah yang dialami oleh seorang warga Malaysia keturunan Tionghoa. Lim Hun Kheng (44) dan juga putranya, Lim Ching Hong yang kini berganti nama menjadi Mohammad Firdaus Hong Abdullah yang berusia 12 tahun. Ia baru saja menjadi seorang muslim.
Perbedaan keyakinan diantara mereka tak membuat kasih sayang diantaranya luntur. Buktinya, sang ayah selalu mendukung dan membantu anaknya untuk tetap menjalankan ibadah di agama barunya, yakni Islam. Hal tersebut ia lakukan agar setelah memeluk Islam, putranya benar-benar beriman dan menjadi seorang muslim yang taat.
Dilansir dari Berita Harian via worldofbuzz, Sabtu (11/5) Lim Hun mengatakan, meskipun putranya menjadi seoang mualaf, Lim mengaku selalu mendukung anaknya agar menjadi muslim yang baik. Bahkan, setiap jam 5 pagi, ia kerap membangunkan Firdaus untuk memastikan bahwa putranya makan sahur selama Ramadan ini.
“Setiap hari jam 5 pagi, saya akan membangunkannya untuk sahur. Meskipun kami mempraktikkan agama yang berbeda, saya akan memastikan dia mematuhi ajaran Islam,” ungkap Lim.
Selepas sahur, Lim akan mengantar Firdaus salat subuh ke masjid sebelum mengantarnya ke sekolah. Kemudian, saat sore hari, Lim mengantar Firdaus ke kelas agamanya (Kelas Agama dan Fardhu Ain; KAFA). Firdaus memeluk Islam pada Maret 2018 lalu. Hal yang lebih menakjubkan, ternyata keputusannya untuk menjadi seorang muslim adalah kemauannya sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Berawal Karena Ikut Puasa Ramadan, Ayesha Siddiqa Putuskan Menjadi Mualaf
[/su_box]
Lim pun mengaku tak keberatan atas berpindahnya keyakinan sang anak, ia justru memberi semangat serta dukungan penuh. Ia berharap Firdaus dapat memperdalam ilmunya tentang Islam. Bahkan, Lim mengizinkan sang anak untuk berteman dan belajar Islam dengan keluarga angkatnya.
“Saya tidak keberatan Firdaus memeluk Islam. Sebagai seorang ayah, saya memberinya dukungan dan dorongan penuh,” ujar Lim.
“Meskipun kegiatan sehari-harinya penuh, saya masih ingin dia mengalokasikan waktu untuk memperdalam pemahamannya tentang Islam. Saya mengizinkan dia untuk berteman dan belajar Islam dengan keluarga angkatnya,” tambahnya.
Lim bercerita, bahwa Firdaus telah menunjukkan ketertarikannya pada Islam sejak berusia 7 tahun. Hal itu terlihat ketika ia selalu mendapatkan nilai A dalam pendidikan agama Islam. Maka, Lim dan istrinya membawa sang anak ke kantor agama Islam Distrik Kubang Pasu untuk memenuhi keinginannya masuk Islam.
“Aku tidak keberatan sama sekali. Bahkan, saya mengizinkannya masuk Islam karena dia menunjukkan minat yang mendalam pada agama,” jelas Lim.
Firdaus menceritakan, bahwasanya, setelah dirinya menjadi seorang muslim, ia menemukan jawaban untuk pertanyaan eksistensi yang telah ada di benaknya untuk waktu yang lama. Selain itu, Firdaus juga senang mendengarkan kisah tentang Nabi Muhammad SAW.
Agama Islam memberinya kedamaian dan ketenangan hati. Firdaus mengaku, puasa di bulan Ramadan telah mengajarinya tentang kesabaran. Ketika ditanya tentang kemampuannya membaca Alquran, Firdaus mengatakan dia sudah pindah ke iqra tiga, dan dia sudah bisa menghafal ayat-ayat selama salat.
Waktu luang yang ia miliki akan dihabiskan untuk belajar lebih banyak tentang agama bersama kakeknya, yakni Aziz (63). Firdaus belajar cara salat berjamaah dari Aziz, yang tinggal di Pulau Timbal.
“Banyak orang yang peduli dengan saya, termasuk guru saya yang selalu bersedia membantu saya sekolah, bahkan membelikan saya baju baru Hari Raya,” ungkap Firdaus.