Seruni.id – Kehidupan sejatinya dipenuhi dengan pilihan. Namun, segala pilihan dan keputusan yang kita ambil, merupakan proses untuk dapat tumbuh. Tak terkecuali soal keyakinan, yang kala itu dialami oleh Bunda Wiwin. Melalui perjalanannya yang panjang, kini Bunda Wiwin dapat menemui pilihannya, yakni meyakini Islam sebagai agamanya. Bagaimanakah kisah selengkapnya? Simak berikut ini.
Lahir dari Keluarga non-Muslim
Fransisca Wiwin, adalah seorang wanita inspiratif yang lahir dan dibesarkan dari keluarga non-Muslim. Ia adalah wanita pilihan yang memutuskan menjadi mualaf. Meski awalnnya restu dari keluarga tak berpihak padanya. Bahkan, sampai ia harus pergi meninggalkan rumah. Namun, wanita kerap disapa Bunda Wiwin ini, tetap istiqomah di jalan Allah.
Jauh sebelum dirinya menemukan Islam, Bunda Wiwin adalah seorang perias pengantin sekaligus pemilik salon kecantikan di Yogyakarta. Kala itu, salonnya begitu ramai didatangi oleh para pengunjung. Sedangkan suaminya adalah seorang kepala sekolah di salah satu SMA di Yogyakarta dan juga pengurus gereja.
Selain bekerja sebagai perias, ia juga sempat menjadi ketua lingkungan di tempat tinggalnya. Saat menjadi ketua lingkungan, ia tidak hanya memakmurkan lingkungan. Namun, ia juga harus memutar cara agar bisa mendapatkan umat.
“Ketua lingkungan itu seperti lurahnya gitu, jadi Saya sebagai Ibu lingkungan. Jadi punya tugas juga untuk memakmurkan lingkungan dan menjaga lingkungan. Memakmurkan lingkungan itu menambah umat. Bagaimana caranya kita mendapatkan umat, umat agama kami dulu dan menjaga lingkungan itu, menjaga umat kami dulu tidak keluar, tidak murtad ke agama kami yang dulu,” ujar Buda Wiwin pada tayangan video youtube Vertizone TV.
Penasaran dengan Islam
Kala itu, salonnya memiliki dua pegawai yang beragama Islam. Keduanya begitu taat dalam beribadah, baik salat maupun membaca Al-Qur’an. Akhlak dan kebiasaan keduanya itulah yang menjembataninya menuju Islam. Di mana saat itu, ia sangat penasaran dengan agama Islam. Bunda Wiwin yang penasaran, mulai membaca buku-buku yang sepertinya sengaja diletakkan di atas meja salon.
“Dari buku-buku itulah Allah membimbing Bunda mendapatkan hidayah,” ujarnya.
Banyak sekali pelajaran yang ia dapatkan selama proses hijrahnya. Salah satu hal yang sering Bunda Wiwin bahas di keluarganya adalah mengenai surat Al-Maidah ayat 116.
Surat tersebut menjadi bukti bahwa Nabi Isa bukanlah Tuhan dan tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah SWT. Namun sayangnya, pembahasan tersebut tidak juga membuka pikiran keluarganya. Yang terjadi hanyalah pertengarakan.
Tidak Mendapatkan Izin dari Suami
Setelah bertahun-tahun Bunda Wiwin merenungkan pilihannya, hingga akhirnya pada tahun 2005 ia benar-benar mantap untuk memeluk Islam. Langkahnya memeluk Islam bukan hal yang mudah.
Sebab, tekadnya yang sudah bulat itu, justru membuat sang suami naik pitam.Saking marahnya, mobil dan rumah milik Bunda Wiwin nyaris dibakar oleh suaminya itu.
“Bunda izin sama suami, suami saya marah, suami saya mau membakar rumah, bakar mobil dan alhamdulillah dulu cari uang mudah ya soalnya. Jadi punya rumah punya mobil. Intinya Bunda tinggalkan,” jelasnya.
Namun, demi berada di jalan Allah, Bunda Wiwin rela meninggalkan istana yang ia bangun selama ini. Untuk mempertahankan keputusannya sebagai Muslim, ia lebih memilih untuk tinggal di salon.
Ia sangat yakin dengan pilihannya untuk memeluk islam. Meskipun saat itu ia belum memiliki teman yang beragama Muslim. Hingga akhirnya ia meminta bantuan kepada teman non-Muslimnya yang memiliki teman Muslim, untuk bertanya tentang proses masuk Islam.
Bersedekah dan Memiliki Rumah Yatim
Ia merasakan adanya perbedaan dari agama sebelumnya. Bahkan, dalam sepekan, kurang lebih 14 majelis taklim yang ia hadiri. Masih membekas dalam benaknya mengenai perkataan seorang ustadz mengenai sedekah. Itulah ilmu yang pertama kali ia amalkan semenjak memeluk Islam.
“Waktu itu Pak Ustadz bilang gini, ‘Kalau kamu mau kaya ya perbanyak sedekah. Kalau kamu gak ingin kaya ya makan aja tuh hartamu sendiri’,” ucapnya.
Berawal dari sedekah itulah, Bunda Wiwin melanjutkannya dengan merawat dan menyayangi anak-anak yatim. Kelak ia ingin sekali berjumpa dengan Rasulullah.
“Selama ikut kajian-kajian itu di antaranya barang siapa yang ngurusin anak-anak yatim yang menyayangi anak yatim yang membantu kehidupan anak yatim, besok di akhirat akan bisa ketemu sama Rasulullah,” pungkasnya.
Pada tahun 2010 lalu, Allah mengizinkan Bunda Wiwin untuk menginjakan kaki di Tanah Suci Mekkah. Tangisnya pun pecah sambil berdoa dengan memeluk pintu Hajar Aswad.
“Ya Allah Saya minta jadi mualaf yang bisa jadi contoh yang istiqomah. Ya Allah Saya ingin pondok pesantren, saya ingin punya panti asuhan, saya ingin punya anak yatim 100. Semuanya saya pengin saya ungkapkan sambil nangis sambil memeluk memegang pintu Hajar Aswad itu,” ceritanya.
Ketaatan dan cintanya kepada Islam, membuat hidupnya lebih damai. Bahkan, satu per satu keinginannya mulai menjadi kenyataan. Bahkan, kini Bunda Wiwin telah berhasil membangun yayasannya yang yang bernama LKSA Rumah Yatim Wiwin Muslimah.
Baca Juga: Kisah Tiphaine Paulon Jadi Mualaf dan Menikah dengan Pria Aceh
Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua.