Berita  

IDAI Angkat Bicara Soal Peningkatan Kasus Cuci Darah pada Anak

IDAI Angkat Bicara Soal Peningkatan Kasus Cuci Darah pada Anak
brilio.net

Seruni.id – Kejadian memprihatinkan terjadi di Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Pasalnya, rumah sakit tersebut dibanjiri oleh pasien anak-anak yang menjalani cuci darah. Informasi ini viral di media sosial X, bahkan sampai membuat warganet terkejut.

“Asli syok, di RSCM banyak bocil-bocil. Kirain berobat apaan, ternyata pada cuci darah,” tulis unggahan tersebut.

Kebenaran isu ini, telah dikonfirmasi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), selaku ketua UKK Tumbuh Kembang Anak IDAI, menyatakan bahwa kasus penyakit ginjal pada anak-anak saat ini mengalmi peningkatan.

Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa RSCM dipenuhi oleh anak-anak yang mengidap penyakit ginjal kronik dan mengharuskan mereka untuk melakukan cuci darah.

“Tapi bocil-bocil yang gagal ginjal kronik di RSCM itu banyak juga. Anak kecil memang bisa sakit ginjal, rentan cuci darah juga ada,” ujar dr Rini apada Perayaan Hari Anak Nasional 2024, seperti yang Seruni kutip dari Detik.

Sejumlah warganet kemudian mengaitkan peningkatan kasus penyakit ginjal pada anak dengan kasus cemaran etilen glikol pada obat sirup yang sempat menjadi sorotan pada tahun 2023 lalu.

Merespons hal tersebut, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, kasus soal obat sirup anak yang menyebabakn gagal gnjal memang ada, namun itu sudah terjadi lama. Hal ini karena adanya kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Selain itu, dr Piprim juga menambahkan, bahwa IDAI telah melakukan survei kepada remaja dan ditemukan bahwa 1 dari 5 ana berada dalam kondisi hematuria dan proteinuria.

“Salah satu pakar ginjal IDAI bikin survei di anak-anak remaja usia 12-18 tahun. Ternyata 1 dari 5 anak remaja itu dicek urine-nya terdapat hematuria dan proteinuria. Jadi ada darah dan protein dalam urine,” kata dr Piprim.

“Ini salah satu indikator awal kerusakan ginjal. Ini menunjukkan gaya hidup anak-anak kita usia 12-18 tahun ini sangat memprihatinkan. Pola makannya, pola geraknya, pola tidurnya sering begadang, dan malas gerak olahraga,” tutupnya.

Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang bisa menyebabkan seseorang mengalami penyakit ginjal. Mulai dari faktor genetik, lingkungan, hingga penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang atau dengan dosis yang tidak tepat dapat merusak ginjal.

 

Dampak Penyakit Ginjal pada Anak

IDAI Angkat Bicara Soal Peningkatan Kasus Cuci Darah pada Anak
pontianakpost.jawapos.com

Penyakit ginjal pada anak dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti:

  • Terhambatnya tumbuh kembang anak: Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik, dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
  • Tekanan darah tinggi: Ginjal yang sakit juga bisa menyababkan tekanan darah tinggi yang bisa merusak organ-organ tubuh lainnya.
  • Anemia: Umumnya, pada ginjal yang sehat akan memproduksi hormon eritropoietin yang penting untuk pembentukan sel darah merah. Namun, ketiak ginjal sudah rusak, maka produksi hormon ini akan terganggu sehingga menyebabkan anemia.
  • Gangguan pertumbuhan tulang: Penyakit ginjal jugabisa menganggu metabolisme mineral dalam tubuh, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang.
  • Kerusakan organ lain: Penyakit ginjal yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, otak, dan organ lainnya.

 

Pencegahan dan Pengobatan

IDAI Angkat Bicara Soal Peningkatan Kasus Cuci Darah pada Anak
bumame.com

Untuk mencegah dan mengatasi masalah penyakit ginjal pada anak, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk:

  • Orang tua: Membiasakan anak dengan pola hidup sehat, seperti makan makanan bergizi, minum air putih yang cukup, dan berolahraga secara teratur.
  • Tenaga kesehatan: Melakukan deteksi dini penyakit ginjal pada anak, memberikan pengobatan yang tepat, dan melakukan edukasi kesehatan kepada masyarakat.
  • Pemerintah: Membuat kebijakan yang mendukung gaya hidup sehat, seperti menyediakan fasilitas olahraga yang memadai, mengatur kandungan gula dalam makanan dan minuman, serta meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Baca Juga: Sering Dianggap Sepele, Ini 5 Kebiasaan yang Bisa Menganggu Kesehatan Ginjal di Usia Muda

Peningatkan kesdaran masyarakat tentang pentingnya menaga kesehatan ginjal sejak dini juga sangat penting, loh. Dengan mengetahui faktor risiko dan gejala penyakit ginjal, kita dapat melakukan pencegahan dan penanganan yang tepat. Mari bersama-sama kita wujudkan generasi muda yang sehat dan berkualitas.