Seruni.id – Selama beberapa bulan terakhir Lucy Osborne, yang berprofesi sebagai jurnalis lepas (freelance) sekaligus penulis ficer, berkesempatan untuk mewawancarai perempuan-perempuan di Inggris yang telah menjadi mualaf. Jumlah mualaf di Inggris begitu meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun dan hampir dua pertiganya adalah perempuan. Tapi sayangnya, mereka masih dipandang dengan penuh kecurigaan. Akhirnya, Lucy Osborne memutuskan untuk menyelidiki mengapa hal ini bisa terjadi.
I’sha adalah salah satu wanita mualaf yang bersedia diwawancarai oleh Lucy Osborne. Sebenarnya, keluarga I’sha tidak menyetujui dirinya menjadi seorang Muslim. Ditambah lagi, dalam kesehariannya I’sha kerap menggunakan pakaian tertutup berserta niqab yang hanya memperlihatkan kedua bola matanya.
“Ketika pertamakali memberitahu orangtuaku bahwa aku menjadi seorang Muslim, mereka tidak ingin ada yang tahu. Apakah itu keluarga atau tetangga,” kata I’sha (40) yang masuk Islam sejak empat tahun lalu.” Mereka tidak bisa mengerti keputusan saya.”
Kini, lingkungannya pun menentang keputusan I’sha untuk menjadi Muslim. Kebanyakan dari mereka tidak ingin anaknya terpengaruh. Sebab, mereka menganggap bahwa I’sha sudah gila.
”Orang-orang di mana saya dibesarkan kini berbalik melawan aku. Mereka tidak ingin anak-anak mereka bersama dengan anak-anak saya. Mereka menilai saya sudah gila.”
Seperti kebanyakan warga di Inggris, mereka tidak pernah menganggap bahwa agama itu ada. Jika I’sha pulang dari sekolah dan berbicara tentang Tuhan, ayahnya selalu akan mengatakan, “Sekarang, hanyna ada satu Tuhan di sini dan itu saya.”
I’sha, seorang pekerja perempuan pendukung di Masjid London Timur, berasal dari Newcastle. Dia adalah salah satu dari seratus ribu orang Inggris yang saat ini telah masuk Islam. Menurut hasil studi Faith Matters oleh Kevin Brice dari Universitas Swansea, sebanyak 5.200 warga Inggris tahun lalu telah menjadi mualaf.
Pengalaman I’sha terbilang tidak biasa. Mayoritas penduduk di Inggris masih memandang Islam sebagai agama terbesar ke dua di Inggris. Bahkan, mereka menganggap Islam merupakan sebuah keyakinan yang aneh dan sing. Tapi, I’sha tidak seperti kebanyakan orang Inggris yang berpikir negatif tentang Islam.
“Saya justru merasa seperti sudah menemukan jalan pulang,” katanya. “Melalui Islam, saya telah menemukan jawaban atas segala pertanyaan yang saya selama ini punyai. Saya telah menemukan kedamaian sejati.”
I’sha merupakan mantan anak punk, yang kerap berpakaian dengan potongan yang terbilang ‘memalukan. Dengan rambut ala Mohican yang mirip landak. Adiknya secara terbuka memproklamirkan diri sebagai seorang lesbian.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Bercita-cita Ingin Jadi Pendeta, Jamilah Kolocotronis Justru Menjadi Mualaf
[/su_box]
Ketika mengatakan kepada keluarganya, teman dan rekan-rekan bahwa dia telah memeluk Islam, I’sha mengatakan bahwa dirinya tetap tidak berubah. “Saya mencoba untuk meyakinkan mereka bahwa aku masih si lidah panjang dari utara seperti dulu. Tetapi, menjadi seorang Muslim itu tidak dilihat sebagai sesuatu yang ‘cool’.”
”Ketika orang melihat Anda berkulit putih dan orang Inggris, maka mereka benar-benar akan berperilaku kasar terhadap Anda. Karena, mereka berpikir bahwa Anda telah kembali pada cara hidup mereka dan menjadi bagian dari mereka,” tambah I’sha.