Seruni.id – Sebagai umat Muslim, setidaknya kita harus mengetahui tentang jenis-jenis hidayah. Untuk itu, untuk menambah ilmu pengetahuan kita semua, Seruni telah merangkum lima jenis hidayah berikut ini.
Hidayah bita terjadi pada setiap orang, tanpa bisa kita duga-duga atau menerka-nerka sebelumnya. Kata hidayah ini berasal dari bahasa Arab yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah; haada, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidyaatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia.
Secara bahasa, hindayah memiliki arti petunjuk. Sedangkan, lawan katanya adalah ‘Dholalah’ yang berarti ‘Kesesatan’. Secara istilah, hidayah adalah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan mengantarkan kita pada tujuan, sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Dapat dikatakan, hidayah merupakan sesuatu yang sangat berharga. Banyak orang yang berusaha mengejarnya, tapi hanya sedikit saja yang bisa mendapatkannya. Hidayah sendiri terbagi menjadi lima macam. Di antarnya yakni sebagai berikut:
1. Hidayah Ilhami
Jenis hidayah yang satu ini, adalah fitrah yang Allah SWT berikan kepada setiap makhluk-Nya. Contohnya, Allah SWT memberikan hidayah tersebut kepada lebah yang kerap hinggap di bunga-bunga untuk menyerap saripatinya, dapat membangun sarang yang menurut para ahli merupakan desain yang paling sempurna berdasarkan fungsinya.
Begitupun dengan bayi yang lapar, Allah SWT juga memberikan hidayah ilhami kepada bayi tersebut, dengan cara menangis dan merengek pada ibunya agar segera diberikan ASI. Lantas, siapakah yang mengajarkan lebah dan bayi untuk melakukan hal tersebut?
Manusia yang beriman, pasti akan menjawab; itulah kekuasaan Allah yang telah memberikan hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Setiap makhluk yang Allah ciptakan, sudah pasti akan menerima hidayah ini. Dalam bahasa kita, hidayah ilhami ini menjadi insting, yang merupakan tingkat inteligensi paling rendah.
2. Hidayah Hawasi
Setiap manusia diberikan kemampuan untuk dapat merespons suatu peristiwa dengan respons yang sesuai. Inilah yang disebut dengan hidayah hawasi. Sebagai contoh, ketika manusia mendapatkan kebahagiaan, maka ia akan senang. Begitupun sebaliknya, jika mendapatkan musibah, maka ia akan bersedih.
Bisa dikatakan, hidayah hawasi merupakan kemampaun inderawi. Hidayah hawasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Maka respons yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa sangat tergantung dengan lingkunganmu . Jika lingkungan itu normal maka responsmu akan normal.
Misalnya, orang yang mendapatkan musibah akan sedih karena lingkungannya mengajarkan untuk merespon peristiwa tersebut dengan bersedih. Di lain tempat dan waktu mungkin saja respon ini berubah karena lingkungannya merespon dengan hal yang berbeda. Maka untuk mendapatkan hidayah hawasi ini kamu harus membuat atau mengondisikan agar lingkunganmu normal alamiah.
3. Hiclayah Aqli (Akal)
Manusia diberikan akal untuk untuk dapat berpikir, menemukan ilmu, dan merespons segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Hiclayah aqli atau akal juga merupakan salah satu hidayah yang Allah berikan khusus untuk manusia. Hidayah akal akan bisa kamu miliki manakala kamu selalu mengambil pelajaran dari segala sesuatu, segala peristiwa, dan seluruh pengalaman hidup Anda ataupun orang lain.
Allah SWT berfirman: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan bagi mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) sebagai pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai wawasan’.” (QS. Al-Hasyr [591: 2).
Yang dimaksud dengan ahli Kitab dalam ayat ini yaitu orang-orang Yahudi Bani Nadhir pada masa Nabi Muhammad SAW di Madinah. Merekalah yang mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah karena mereka mengingkari Piagam Madinah. Ayat ini memerintahkan kamu untuk senantiasa mengambil hikmah dan ibroh dari segala kejadian dalam kehidupan ini, dengan harapan kamu tidak terjebak pada permasalahan yang sama.
Hidayah akal ini akan bekerja dengan ilmu yang diperoleh, dari proses pembelajaran kehidupan yang telah dilakukan, yang kemudian digunakan untuk memilih respon yang terbaik bagi diri di masa mendatang. Semakin banyak kamu mengambil pelajaran maka semakin tinggi kualitas hidayah akalmu.
Namun, hidayah akal ini mempunyai keterbatasan dalam menyeragamkan respons terhadap sebuah kejadian untuk seluruh manusia. Ada pepatah “Lain ladang, lain pula belalangnya. Lain kepala, lain pula isinya.” Mungkin respons tertentu baik menurutmu, akan tetapi belum tentu baik menurut orang lain. Maka diperlukan sebuah standar untuk menyeragamkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang hak dan mana yang batil. Jawaban untuk hal ini ada pada tingkatan hidayah selanjutnya.
4. Hidayan Dien (Agama)
Hidayah agama merupakan sebuah panduan ilahiyah yang membuat manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dan yang buruk. Agama, ibaratkan Stadard Operating Procedure (SOP), di mana ini dapat menjadi sebuah panduan untuk menjalani kehidupan. Tentunya yang membuatnya yang Maha segala-galanya, yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena yang Allah SWT tentukan, pastilah itu yang terbaik.
Allah SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, prilahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia tidak baik bagimu ABah mengetahui, sedang kamu lidak Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Maka, segala sesuatu yang sudah ditentukan oleh agama, adalah yang terbaik untukmu. Hidayah agama ini dapat diperoleh ketika kamu selalu belajar dan memperdalam agama Islam. Seperti Allah SWT tegaskan dalam Al Our’an,
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al Kitab, hikmah dan Itenabon. lalu dia berkata kepada manusia: ‘Hendaktah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (Dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajannya.” (OS. Ali Imran : 79)
Sernua orang mampu mempelajari agama ini (Al-Qur’an dan As Sunnan), akan tetapi tidak semua orang berkemauan untuk mengamalkan agama ini. Kemauan untuk mengamalkan agama akan berbanding lurus dengan sejauh mana Anda bisa manggapai hidayah taufiq.
5. Hidayah Taufiq
Jenis hidayah yang berikut ini, yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Jika diibaratkan, hidayah taufiq adalah benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani. Bersih dan suburya hati akan terlihat dari pohon-pohon kebaikan dan amal yang tumbuh di atasnya. Hanya kesungguhan yang akan membuat Anda pantas menerima hidayah taufiq dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabuut: 69).
Maka tidak ada jalan lain agar kamu mendapatkan hidayah taufiq Allah SWT, kecuali dengan jalan bersungguh-sungguh untuk menjalankan dan mengamalkan agama yang indah ini. Oleh karena itulah perlu perjuangan untuk mendapatkan hidayah Allah SWT hingga sampai kepada taufiq-Nya.
Baca Juga: “Liburan yang Membawa Hidayah”
Itulah lima jenis hidayah yang perlu kita kethui. Jenis hidayah Allah SWT ibarat sinar matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kamu merupakan penerima sinar tersebut. Apabila kamu membuka diri dengan hati yang bersih, maka kamu akan mudah untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kamu menutupi hati dan dirimu dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kamu akan sulit untuk mendapatkan sinar hidayah-Nya.