“Liburan yang Membawa Hidayah”

dream.co.id

Seruni.id – Alana Blockley, adalah seorang mahasiswa jurusan media yang tinggal di Glasgow, dia dibesarkan dan dibimbing dalam agama tertentu di keluarganya. Pemberitaan di media cukup mempengaruhi pandangannya tentang Islam, bahwasanya Islam adalah agama yang suka kekerasan, pria diperbolehkan memukul wanita, dan wanita hanya dikurung di dalam rumah. Kurang lebih, seperti itulah informasi yang kerap didapatkannya mengenai Islam.

oaboutislam.net

Namun, stigma negatif tentang Islam berubah, ketika Alana melihat langsung, sewaktu berlibur musim panas ke Fuerteventura di Kepulauan Canary, Spanyol. Semula, ia berencana untuk berlibur di sana selama enam pekan ke depan, namun sayangnya gagal akibat badai debu di Canary. Kegagalan tersebut menjadi sebuah hidayah tersendiri untuk Alana.

Pasalnya, selama liburan dua pekan itu, dia bertemu dan berinterkasi dengan komunitas Muslim di sana. Penilaian negatif tentang Islam kemudian berubah, banyak hal kecil yang membuatnya justru tertarik terhadap Islam.

Selama berlibur, dia melihat kehidupan Muslim yang sesungguhnya, penuh dengan kejujuran serta kesederhanaan. Tidak minum alkohol, berhati-hati dengan makanan, dan hal-hal keseharian lain. Ia takjub akan kejujuran teman Muslim yang ia kenal, dia mengembalikan uang kembalian yang berlebih kepada pemiliknya.

Dari situlah, Alana semakin tertarik mempelajari Islam, melalui buku-buku. Hal yang paling ia sepakati adalah Tuhan bukan dan tidak seharusnya berwujud manusia. “Meski belum menjadi Muslim kala itu, saya merasa konsep Yesus sebagai anak Tuhan tidaklah tepat,” kata Alana.

Premis yang ia dapat itu mendorong dirinya untuk menggali lebih dalam tentang Rasulullah SAW, malaikat, dan kehidupan setelah mati. Konsep-konsep Islam yang ia temukan ternyata cocok dengan apa yang diyakini selama ini, tentu jauh sebelum mengenal Islam. Hingga akhirnya, di tahun 2010, Alana mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang Muslimah.

Untuk memperdalam keislamannya, Alana mengikuti kelas sepekan sekali. Ia tak sendirian, banyak wanita yang juga ikut di sana. Mereka menyambut hangat Alana. Mereka juga memberikan buku-buku Islam untuk dibaca dan mengajak Alana untuk kembali setiap pekan ke sana.

Ketika mempelajari Islam, hal pertama yang ia dalami adalah bagaimana Islam memperlakukan wanita, apa itu hijab, mengapa wanita Muslim perlu berhijab, serta peran wanita dalam keluarga dan rumah tangga. Alana mengaku, bahwa Islam sangat berbeda dengan agama yang dianutnya dulu. Sebab, dalam Islam, semua aspek kehidupan lebih tertata dan terarah. Salat lima waktu sehari membuatnya sadar akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya setiap saat.

Saat ia menemukan kebenaran, Alana tak ragu lagi menjadi seorang Muslim. Baginya, tak perlu menutup mata dan bersembunyi. Ia merasa tak perlu juga menutupi identitasnya sebagai Muslimah, terlebih setelah ia menggunakan hijab. Ketika berhijab, dia merasa sangat terlindungi, terutama dari mata para lelaki nakal.

Semula Alana belum berani mengungkapkan keislamannya kepada orang-orang di seitarnya. Hingga akhirnya, satu setengah tahun kemudian, bertepatan mendekati Ramadhan, ia baru berani memberitahu kepada kedua orangtunya. Karena, ia tahu, cepat ataupun lambat orangtua akan bertanya-tanya akan perubahan yang dialami putrinya itu.

Orangtua Alana sempat kaget dan heran mengapa putrinya itu menjadi Muslimah. Bahkan, orangtuanya mengira anaknya itu hamil di luar nikah atau tertabrak mobil. Akhirnya, Alana menjelaskan perkara tersebut bukanlah pemicu keislamannya, tetapi karena Islamlah, pintu hatinya terbuka dan sadar akan eksistensi Tuhan.

Tinggal di satu negara Eropa tak bisa membuatnya luput dari orang-orang yang anti dan takut terhadap Islam (Islamofobia). Untuk melawan Islamofobia, Alana mengungkapkan, Muslim harus menunjukkan Islam melalui perilaku mereka. Saat hal buruk terjadi, tidak perlu bereaksi negatif dan berlebihan. Sebab, banyak non-Muslim yang memerhatikan umat Islam.

Banyak non-Muslim terbuka untuk membicarakan agama sehingga menurut Alana, tidak perlu ragu jika harus mendiskusikan itu. Dari pembicaraan tersebut nantinya, diharapkan satu atau dua poin yang baik dan positif mungkin akan mereka ingat.

Alana merasakan sendiri pengalaman itu. Setelah bertukar cerita tentang agama, ibunya memutuskan berhenti merokok. Orangtua Alana juga lebih terbuka untuk membicarakan tentang Islam.

Alana sempat mengajak kedua orang tuanya ke Central Moqsue di Glasgow. Mereka sempat agak ragu dan bertanya apakah mereka harus menggunakan pakaian yang sama seperti Muslim. Alana meyakinkan mereka untuk tampil apa adanya, Muslim terbuka dan menerima semua orang.

Ayah Alana jadi banyak tahu tentang Islam setelah kunjungan itu. Bagi Alana, menjadi Muslim tidak mengubahnya. Alana masih tetap menjadi anak dari kedua orang tuanya seperti dulu. Saat Natal tiba, bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya setelah ia menjadi Muslimah. ”Saya tidak merayakan Natal, tapi saya tetap membantu keluarganya yang masih merayakan. Agak sedikit berkompromi memang,” kata Alana.

Ia membujuk dan bicara baik-baik dengan keluarganya untuk memakan daging yang halal saja. Bujukan itu berhasil, keluarganya memilih memakan kalkun saat Natal meski minuman beralkohol masih menjadi hidangan favorit keluarganya.

”Mereka hanya keluarga yang saya miliki, saya harus pelan-pelan juga memahamkan mereka tentang apa yang boleh saya makan dan tidak,” kata Alana. Ia bersyukur perlahan-lahan orang tua mereka paham. Ayah dan ibunya bahkan berhati-hati saat membeli makanan dan mengecek apakah makanan yang mereka beli halal atau tidak agar Alana bisa nyaman dan aman mengonsumsinya.