Seruni.id – Khadijah Noor Tanju, adalah seorang mualaf asal Kolombia. Awal mula dirinya mengenal dan belajar Islam, ia harus bersembunyi-sembunyi, dan itupun hanya melalui YouTube. Kisahnya bermula ketika ia berhijrah bersama keluarganya ke Amerika Serikat pada usianya sembilan tahun.
Awal Mula Menjadi Mualaf
Suatu ketika, wanita yang memiliki nama lahir Carol itu, mengalami bentrok dengan keluarganya karena ia menolak akan kebudayaan dan kepercayaan lamanya. Terlebih, saat ia menikah dengan seorang pria Turki-Amerika. Sebab, keluarganya melontarkan pernyataan, bahwa Muslim adalah teroris. Sementara suaminya itu, berjanji tidak akan pernah menyakiti istrinya, yakni Khadijah.
Sebenarnya, ia tak begitu religious ketika pertama kali bertemu dengan pujaan hatinya yang kini telah menjadi suaminya itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Khadijah mulai menyadari, tentang kebenaran Islam, lantas secara sembunyi-sembunyi ia mempelajari Islam lewat menonton sebuah video di YouTube.
Ketika Khadijah mendengarkan ceramah di rumah, ia merasa terilhami, hingga pada 2015 lalu, dia memutuskan untuk betobat dan bersyahadat dan resmi menjadi mualaf. Awalanya keluarganya tidak banyak berkomentar atas berpindahan keyakinan Khadijah. Namun, semua itu berubah saat dia memutuskan untuk mengenakan hijab.
Bukan tanpa alasan, dia mengenakan hijab karena ingin menjadi wanita solehah dan menjalani kehidupan sebagai wanita Muslimah yang sesungguhnya. Namun, ketika berada di tempat umum, pandangan mata orang-orang menyorotinya begitu tajam, seolah-olah sedang menghakimi dirinya.
Khawatir Akan Hijabnya
Sebenarnya, dia masih merasa khawatir, jika hijab yang dikenakan membuatnya tak menarik lagi Hingga kata-kata untuk melepaskan hijab itu muncul dipikirannya. Dia merasa jelek, tidak menarik, bahkan menjijikan. Pergolakan itu terus terjadi, dan selalu menghantui kepalanya.
“’Lepaskan saja. Kamu terlihat jelek, menjijikkan, kamu tidak terlihat menarik. Aku terus mendengar hal-hal ini di kepalaku,” ucapnya.
Khadijah merasa bingung, ia tak tahu harus bercerita kepada siapa akan kekhawatiran yang dirasakan. Sampai akhirnya, dia memutuskan untuk menghadiri acara-acara yang dikhususkan untuk orang-orang yang baru memeluk Islam, dan dia juga menjadi sukarelawan di WhyIslam.
WhyIslam merupakan organisasi nislaba yang mengajarkan tentang iman dan memiliki divisi dalam bahasa Spanyol pun bahasa Latin. Sekain lama ia bergabung dalam organisasi tersebut, membuatnya yakin untuk mempertahankan hijabnya.
Satu tahun yang lalu, dia mulai mengikuti kelas mingguan di North Hudson Islamic Education Center yang berlokasi di Union City. Di sana, terdapat 10% dari sekian jamaah yang merupakan orang-orang Latin. Khadijah tak lagi merasa sendirian. Sebab, dia merasa tak hanya dirinya yang memperjuangkan keimanan agar tidak mudah goyah.
Adanya komunitas mualaf ini tentu memudahkan para Mualaf Latin. Organisasi ini juga diisi oleh Muslim dari New York City, Miami, Chicago, Los Angeles dan Houston. Masing-masing mereka memiliki cara yang berbeda dalam menjalani kehidupannya sebagai mualaf.
Baca Juga: Cambridge Central Mosque Jadi Saksi Bisu Mualafnya Pedro Carvalho
Beberapa wanita tampak mengenakan hijab, sementara yang lain tidak. Beberapa dari mereka pun masih menikmati Natal bersama keluarga, namun ada pula yang memilih untuk menjauhkan diri. Semoga mereka yang telah menjadi mualaf tetap istiqomah dalam keislamannya. Dan senantiasa memperbaiki diri demi menjadi Muslim/Muslimah sejati. Aamiin.