Seruni.id – Mati syahid atau mati dalam keadaan yang mulia merupakan kehormatan yang begitu tinggi. Tak sedikit manusia yang mengharapkannya. Begitu pun dengan kisah wanita berikut ini, beliau meninggal dengan cara syahid meskipun ia tidak pernah berperang.
Nama belaiu adalah Ummu Waraqah binti Abdullah bin Harist atau lebih dikenal dengan Ummu Waraqah binti Naufal. Ia merupakan putrid dari Abdullah bin al-Harist bin Uwaimar bin Naufal al-Anshariyah, dinihbahkan kepada kakeknya. Beliau merupakan seorang mualaf, ia masuk Islam semenjak pertama kali mendengar tentang Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam dan hadist-hadist yang diriwayatkannya.
Beliau juga dikenal sebagai wanita paling mulia pada zamannya. Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam beberapa kali pernah mengunjungi Ummu Waraqah dan mengjulukinya denngan gelar asy-Syahidah. Ia merupakan wanita yang taat kepada Rasulullah, rajin beribadah dan membaca Alquran. Ia juga mengumpulkan ayat-ayat Alquran dan menuliskannya di kulit, pelepah kurma dan tulang belulang. Ayat-ayat Alquran yang ditulis Ummu Waraqah bahkan menjadi salah satu rujukan Zaid bin Tsabit ketika mengumpulkan Alquran di masa khilafah Abu Bakr RA.
Ia memiliki semangat yang begitu tinggi dalam urusan beribadah, sampai pada suatu ketika, Ummu Waraqah sempat meminta Nabi SAW, agar ada muadzin yang mengumandangkan adzan di rumahnya. Maka, Nabi pun mengizinkannya, beliau bahkan memerintahkan Ummu Waraqah untuk menjadi imam salat bagi ahlul baitnya. Sungguh hal tersebut menjadi sebuah kehormatan yang sangat luar biasa.
Kendati demikian, Ummu Waraqah ternyata belum merasa puas dengan ibadahnya, ia begitu mendamba-dambakan mati sebagai seorang syahidah. Maka ketika pasukan Badar sedang dipersiapkan, Ummu Waraqah meminta izin kepada Nabi SAW untuk ikut ke medan perang, ia berkata:
“Ya Rasulallah, izinkanlah aku untuk ikut berperang denganmu. Aku akan mengobati orang-orang yang sakit di antara kalian. Mudah-mudahan dengan itu Allah SWT menganugerahiku mati syahid” (HR Abu Daud)
Namun, Rasulullah SAW tidak mengizinkannya pergi, beliau berkata:
“Tinggallah di rumahmu, sungguh Allah Ta’ala akan menganugerahimu syahadah” (mati syahid). (HR Abu Daud)
Semenjak itulah, Rasulullah shalallahu’alihi wa salam memanggil Ummu Waraqah dengan nama “Syahidah”. Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah selalu mengunjungi Ummu Waraqah setiap hari Jumar. Suatu ketika Rasulullah pernah mengajak sahabatnya untuk mengunjungi Ummu Waraqah seraya beliau berkata “Mari kita mengunjungi Syahidah”.
Ummu Waraqah memiliki dua budak mudabbar, budak yang akan dibebaskan jika tuannya wafat. Satu budak laki-laki dan satu budak perempuan. Ketika masa kepemimpinan Umar bin Khattab, dua budak tersebut merencanakan pembunuhan untuk Ummu Waraqah. Rupanya kedua budak tersebut sudah tak sabar menanti kemerdekaannya.
Maka pada suatu malam, kedua budak tersebut masuk ke kamar Ummu Waraqah. Lalu mereka menyekap Ummu Waraqah dengan kain hingga ia wafat. Kedua budak itu pun melarikan diri.
Keesokan harinya, tubuh Ummu Waraqah ditemukan telah terbujur kaku. Sedangkan kedua budaknya telah melarikan diri. Maka Umar RA pun memerintahkan umat Islam untuk mencari keberadaan budak Ummu Waraqah, ia berkata “Barangsiapa yang menemukan kedua budak tersebut, bawalah keduanya”.
Maka orang-orang pun mencari kedua budak tersebut. Setelah keduanya tertangkap dan mengakui perbuatan mereka, kedua budak tersebut akhirnya disalib. Itu merupakan hukuman salib pertama di Madinah. Umar lalu berkata “Benarlah ucapan Rasulullah” (bahwa Ummu Waraqah akan mati dalam keadaan syahid).
Begitulah kisah kemuliaan Ummu Waraqah, sang perempuan yang syahid meskipun tak pernah berperang. Rumahnya menjadi sebaik-baiknya rumah karena ada adzan yang khusus dilantunkan di dalam rumahnya. Ia juga merupakan imam shalat bagi ahlul baitnya. Bahkan Rasulullah SAW juga rutin mengunjunginya.
Dari cerita diatas dapat diambil hikmah bahwa sebagai seorang muslimah hendaklah mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW dengan menekuni, membaca, memahami, dan menghafalkan serta mengimani Alquran dan hadist-hadist. Di samping itu, kita harus tetap istiqomah dalam menjalani hidup di jalan Allah.
[su_box title=”Baca Juga” style=”glass”]
Meraih Kematian dalam Keadaan Husnul Khatimah
[/su_box]
Melihat kondisi saat ini, kita sebagai Muslimah hendaknya meneladani kepribadian Ummu Waraqah, baik dalam berperilaku seperti tekun beribadah, memahami Alquran, serta tetap istiqomah dalam melakukan hal-hal positif dalam hidup.
Wallahu a’lam