Mengapa Hari Sabtu dan Minggu Dijadikan Akhir Pekan dan Hari Libur?

Mengapa Hari Sabtu dan Minggu Dijadikan Akhir Pekan dan Hari Libur?
shutterstock.com

Seruni.id – Mungkin kamu pernah bertanya-tanya, mengapa hari Sabtu dan Minggu dijadikan sebagai akhir pekan atau hari libur? Mengapa harus di dua hari tersebut? Ternyata ada sejarang di baliknya, loh. Nah, agar kamu tidak penasaran lagi, untuk menjawab penasaranmu itu, Seruni telah merangkum sejarahnya berikut ini. Disimak baik-baik, ya!

Mengapa Hari Sabtu dan Minggu Dijadikan Akhir Pekan dan Hari Libur?
bola.com

 

Konsep Keagamaan

Ditetapkannya hari Sabtu dan Minggu sebagai akhir pekan dan hari libur, pertama kali tercetus dari konsep keagamaan orang Yahudi. Mereka mengenal konsep hari Sabat, yakni hari di mana yang mereka khususkan untuk beribadah kepada Tuhan. Pada hari Sabat, mayoritas orang Yahudi tidak bekerja, melainkan digunakan untuk beribadah.

Pada tradisi mereka, Sabat dimulai sejak terbenamnya matahari di hari Jumat, hingga terbenamnya matahari di Sabtu keesokan harinya. Sementara itu, bagi orang Kristen, mereka mengkhususkan hari Minggu sebagai hari untuk beribadah dan beristirahat.

Namun, seiring berjalnnya waktu, hari Sabtu dan Minggu kemudian dijadikan sebagai hari untuk rehat dari segudang rutinitas, terutama pekerjaan.

 

Waktu Istirahat Pekerja

Sejak abad ke-18 dan ke-19 di Inggris, para pekerja meminta waktu untuk istirahat lebih lama. Terlebih saat itu mereka berada di tengah kondisi kerja yang keras, tepatnya di era industrialisasi. Sementara itu, adanya hari Sabtu dan Minggu sebagai akhir pekan berawal dari kebiasaan orang Babilonia 4.000 tahun silam.

Mereka mengklaim, bahwa ada tujuh planet yang membentuk tata surya membuat nomor tersendiri yang dianggap begitu suci, sehingga mempengaruhi penentuan hari bagi penduduk Babilonia. Konsep tersebut, akhirnya juga ditemukan oleh masyarakat di Timur Tengah dan Eropa. Pada abad ke-19 di Inggris, hari Minggu dipercaya sebagai hari yang suci, sehingga diharapkan hari tersebut tidak digunakan untuk bekerja.

Mereka meyakini, dengan menerapkan konsep tersebut dan orang-orang menghabiskan waktu luangnya untuk hal-hal bersifat spiritual adalah hal yang mulia. Meski demikian, para pekerja di era tersebut masih menjadikan Senin sebagai hari libur yang merupakan sebuah tradisi dan tidak ada alasan religius untuk hal ini.

 

Konsep Lima Hari Kerja

Dengan menetapkan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur, rupanya tidak mendatangkan keuntungan sama sekali bagi industri. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, produktivitas pekerja menjadi menurutn. Hingga akhirnya para pemilik pabrik berinisiatif menukar libur di hari Senin menjadi hari Sabtu, tetapi hanya setengah hari.

Di mana mereka tetap masuk bekerja di hari Sabtu, tetapi tidak dalam waktu penuh. Dengan begitu, ketika Senin tiba para pekerja bisa memiliki pikiran yang lebih fresh dan semangat yang penuh. Seiring berjalannya waktu, hari libur tidak hanya setengah hari Sabtu dan hari Minggu, namun di dua hari itu secara penuh, utuh.

Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa pertandingan sepak bola di negara-negara Eropa dimainkan pada hari Sabtu dan Minggu sebagai hiburan kelas pekerja. Sebagaimana disebutkan di awal, Jumat petang hingga Sabtu petang adalah hari Sabat bagi kaum Yahudi, sementara Minggu adalah hari suci bagi umat Kristiani.

Akhirnya, mulai tercetuslah konsep lima hari kerja dalam satu pekan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Henry Ford, pendiri Ford Motor Company, ia menjadikan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur bagi para karyawannya di tahun 1962. Ia juga menetapkan jam kerja dalam sepekan, yakni 40 jam.

Baca Juga: Catat! Ini Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023

Ditetapkannya hari Sabtu dan Minggu diharapkan para pekerja bisa menggunakan waktu tersebut untuk rehat dan menjadikan kesempatan untuk para pekerja membelanjakan uangnya membeli produk konsumsi sehingga perputaran uang tetap terjadi. Amerika Serikat secara resmi mengadopsi sistem lima hari di tahun 1932. Ini dimaksudkan untuk melawan pengangguran yang terjadi akibat adanya depresi hebat.