Nepotisme: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Contohnya

Nepotisme: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Contohnya
parenting.co.id

Seruni.id – Kalian pasti sering mendengar atau melihat kata nepotisme. Nepotisme merupakan salah satu istilah yang sangat lekat dengan dunia politik. Secara umum, nepotisme adalah sebuah tindakan suatu pihak yang menggunakan posisinya untuk lebih mengutamakan kepentingan orang terdekat atau keluarganya daripada kepentingan umum.

Nepotisme: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Contohnya
kawanhukum.com

Meski identik dengan dunia politik dan pemerintahan, nepotisme juga kerap ditemukan pada perusahaan atau organisasi lainnya. Tindakan ini juga biasanya disebut dengan istilah “orang dalam”. Namun, agar kalian semakin paham dan mengerti apa itu nepotisme, Seruni akan mengulasnya untukmu. Mulai dari pengertian, ciri, jenis, serta contohnya. Pastikan kamu menyimaknya baik-baik, ya.

 

Pengertian Nepotisme

Secara harfiah, nepotisme berasal dari kata Latin “nepos”, yang berarti keponakan atau cucu. Dalam konteks umum, nepotisme adalah praktik atau kebijakan di mana seseorang, terutama dalam lingkup pekerjaan atau kebijakan pemerintahan, memberikan perlakuan khusus atau hak istimewa kepada anggota keluarga atau kerabat dekatnya, terlepas dari kualifikasi atau kompetensi mereka.

Praktik nepotisme sering kali mengarah pada pengangkatan atau penempatan kerabat dekat di posisi-posisi penting atau pekerjaan yang penting, tanpa mempertimbangkan kecakapan mereka secara objektif. Hal ini dapat merugikan organisasi atau masyarakat karena dapat mengorbankan profesionalisme, integritas, dan efisiensi dalam pengambilan keputusan dan manajemen sumber daya manusia. Praktik nepotisme juga seringkali dianggap tidak adil dan tidak etis.

 

Ciri-ciri Nepotisme

Nepotisme memiliki beberapa ciri yang dapat diidentifikasi, di antaranya:

  • Pengambilan keputusan yang otoriter: Keputusan terkait penunjukan jabatan atau pemberian keuntungan sering kali dilakukan secara sepihak dan tanpa melibatkan pertimbangan objektif.
  • Penempatan orang yang tidak sesuai kualifikasi: Individu yang dipilih untuk posisi tertentu seringkali tidak memiliki kualifikasi atau kemampuan yang sesuai dengan persyaratan jabatan.
  • Ketidakjujuran dalam menjalankan amanat: Individu yang terlibat dalam nepotisme cenderung mengabaikan prinsip kejujuran dan integritas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
  • Mengabaikan kesempatan bagi yang lebih kompeten: Individu yang lebih kompeten dan memenuhi persyaratan sering kali diabaikan demi memberikan keuntungan kepada kerabat atau teman dekat.
  • Ketidakadilan dalam pemberian fasilitas: Fasilitas atau kemudahan tertentu diberikan secara eksklusif kepada kerabat atau teman dekat tanpa alasan yang jelas atau justifikasi yang adil.
  • Kesenjangan sosial dan ketidakpuasa: Praktik nepotisme dapat menciptakan kesenjangan sosial dan memicu ketidakpuasan di antara anggota organisasi atau masyarakat.
  • Risiko penyimpangan dan penyalahgunakan wewenang: Nepotisme meningkatkan risiko penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang karena individu yang terlibat cenderung mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok mereka.
  • Kemunduran kinerja dan profesionalisme: Nepotisme menghambat kinerja dan profesionalisme karena individu yang dipilih berdasarkan hubungan pribadi seringkali tidak memiliki kompetensi yang memadai.

 

Jenis Nepotisme

Nepotisme terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan hubungan antara individu yang memberikan dan menerima keuntungan atau perlakuan istimewa. Adapun jenis-jenisnya yaitu sebagai berikut:

  • Nepotisme ikatan keluarga: Praktik nepotisme yang didasarkan pada hubungan keluarga, seperti orang tua, anak, saudara kandung, dan kerabat lainnya. Contohnya, seorang pejabat pemerintah mengangkat saudaranya sebagai staf di kantornya.
  • Nepotisme ikatan pertemanan: Praktik yang satu ini didasarkan pada hubungan pertemanan, seperti teman dekat, kolega, dan rekan kerja. Contohnya, seorang penguhasa memberikan proyek kepada perusahaan milik teman dekatnya tanpa melalui proses tender.
  • Nepotisme ikatan organisasi: Didasarkan pada hubungan organisasi, seperti anggota partai politik, organisasi profesi, serta lembaga pendidikan. Contohnya, seorang dosen memberikan nilai yang lebih tinggi kepada mahasiswa yang merupakan anak dari koleganya.
  • Nepotisme ikatan etnis atau ras: Praktik yang didasarkan pada hubungan etnis atau ras, seperti anggota suku atau kelompok tertentu. Contohnya, seorang pengusaha memberikan pekerjaan kepada anggota sukunya tanpa melalui proses seleksi yang objektif.

 

Dampak dari Adanya Nepotisme

Nepotisme memiliki dampak negatif yang signifikan, baik bagi individu, organisasi, maupun masyarakat. Dampak negatif nepotisme antara lain:

 

Bagi Individu

  • Ketidakadilan: Individu yang tidak memiliki hubungan keluarga atau pertemanan dengan pejabat atau orang yang berwenang akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan atau perlakuan istimewa.
  • Ketidakpuasan: Individu yang lebih kompeten dan memenuhi persyaratan sering kali merasa tidak puas karena diabaikan demi memberikan keuntungan kepada kerabat atau teman dekat.
  • Kecurigaan: Individu yang menerima keuntungan atau perlakuan istimewa berdasarkan hubungan pribadi sering kali dicurigai tidak kompeten atau tidak layak.

Bagi Organisasi

  • Penurunan kinerja: Individu yang dipilih berdasarkan hubungan pribadi seringkali tidak memiliki kompetensi yang memadai, sehingga dapat menurunkan kinerja organisasi.
  • Kesenjangan sosial: Praktik nepotisme dapat menciptakan kesenjangan sosial dan memicu ketidakpuasan di antara anggota organisasi.
  • Risiko penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang: Nepotisme meningkatkan risiko penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang karena individu yang terlibat cenderung mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok mereka.

 

Bagi Masyarakat

  • Ketidakpercayaan masyarakat: Praktik nepotisme dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi atau organisasi yang melakukan praktik ini.
  • Meningkatkan korupsi dan kolusi: Nepotisme dapat menjadi pintu masuk untuk korupsi dan kolusi karena individu yang terlibat cenderung memanfaatkan posisi mereka untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
  • Memperburuk kualitas pelayanan publik: Praktik nepotisme dapat memperburuk kualitas pelayanan publik karena individu yang tidak kompeten atau tidak layak sering kali diberikan posisi yang penting.

 

Upaya Pencegahan Nepotisme

  • Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya publik.
  • Memperkuat regulasi dan penegakan hukum yang berkaitan dengan nepotisme.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya nepotisme.

Baca Juga: Toleransi: Pengertian, Ciri-ciri, Tujuan, dan Manfaatnya

Demikianlah pengertian nepotisme, ciri, jenis, serta contohnya yang dapat Seruni ulas. Pada dasarnya nepotisme merupakan praktik yang merugikan dan harus dihindari. Praktik ini dapat berdampak negatif bagi individu, organisasi, maupun masyarakat.